Bab 7

3.2K 495 25
                                    

.

.

.

.

.

Papan kayu retak di bawah kaki Taehyung kala dia melangkah kembali ke teras depan rumah Granny. Membiarkan pintu kasa menutup dengan suara keras di belakang sebelum teringat bahwa pintu itu sudah tua dan kelihatan sudah lama berkarat. Taehyung menghabiskan banyak waktu masa kecil di teras depan ini mengupas kacang polong dengan Jimin dan Granny. Taehyung tidak ingin dia marah padanya. Namun, memikirkan hal itu membuat berutnya bergejolak.

.

"Duduklah Tae dan berhenti menatap seperti kau bersiap untuk menangis. Tuhan tahu aku mencintaimu layaknya kau cucuku sendiri. Kupikir kau akan menjadi salah satunya suatu hari nanti." Granny menggelengkan kepalanya. "Bocah bodoh tidak bisa mengatasinya bersama-sama. Aku berharap dia akan menyadarinya sebelum semuanya terlambat. Tapi dia tidak, bukan? Kau telah pergi dan menemukan orang lain untukmu."

.

Ini bukan sesuatu yang Taehyung harapkan. Dia mengambil kursi di depannya dan mulai mengupas kacang polong jadi Taehyung tidak perlu melihatnya. "Jimin dan aku telah putus lebih dari tiga tahun silam. Tidak ada yang terjadi sekarang karena hubungan itu. Dia adalah temanku, itu saja."

.

Granny berdeham dan bergeser di ayunan teras dimana duduk ."Aku tidak mempercayainya. Kalian berdua tidak terpisahkan semenjak anak-anak. Bahkan ketika remaja dia tidak bisa berhenti

menatapmu. Itu lucu melihat betapa dia memujamu dan bahkan tidak menyadarinya sendiri. Tapi masa remaja menghantam mereka dan kehilangan pikirannya tentang mencintai. Aku benci dia begitu. Aku benci dia kehilangan dirimu, Tae. Karena tidak akan ada Taehyung lain untuk Jimin. Kau untuknya."

.

Jimin tidak menyebutkan tes kehamilannya pada Granny. Apakah Granny tahu Taehyung membelinya?

.

Bagaimanapun juga Taehyung tidak ingin mengulang masa lalunya dengan Jimin. Tentu mereka punya kenangan tapi ada begitu banyak kesedihan dan penyesalan yang tidak ingin Taehyung alami lagi. Dia sudah hidup dalam kebohongan yang dibangun oleh Ayahnnya. Hanya mengingatnya saja sudah terasa menyakitkan. "Apakah Jimin datang ke sini hari ini?" tanya Taehyung.

.

"Ya. Dia datang pagi ini mencarimu. Aku bilang padanya kau belum kembali dari kepergian awalmu. Dia tampak khawatir dan berbalik dan pergi tanpa mengatakan apa -apa. Dia juga menangis. Jangan dikira aku pernah melihatnya menangis sebelumnya. Paling tidak sejak ia masih kecil."

.

Jimin menangis?

.

Taehyung memejamkan mata dan menjatuhkan kacang polong ke dalam ember plastik besar yang digunakan Granny. Jimin seharusnya tidak marah. Dia tidak seharusnya menangis. Dia membiarkan Taehyung pergi sejak lama. Mengapa ini begitu sulit baginya?

.

"Berapa lama itu?" tanya Taehyung, berpikir tentang berapa jam yang telah Jimin lalui sejak dia memperlihatkan semua padanya di tempat parkir apotek.

.

"Ah, sekitar sembilan jam yang lalu kurasa. Itu masih pagi. Dia terlihat kacau, Tae. Setidaknya pergilah mencarinya dan berbicara dengannya. Tidak peduli bagaimana perasaanmu padanya sekarang dia perlu mendengar sendiri darimu bahwa kau baik-baik saja."

.

Taehyung mengangguk. "Bisakah aku memakai telponmu?" tanyanya sembari berdiri.

.

JATUH [Book 2] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang