.
.
.
.
.
Makam ibu adalah satu-satunya tempat yang ada dalam pikiran untuk Taehyung tuju. Dia tidak punya rumah. Tidak bisa kembali ke rumah Granny. Dia adalah nenek Jimin. Jimin mungkin ada di sana menunggunya. Atau mungkin tidak juga. Mungkin Taehyung juga sudah mendorongnya pergi hingga dia enggan untuk menunggu lagi.
.
Taehyung duduk di ujung makam ibu. Menarik lutut di bawah dagu dan melingkarkan tangan di kakinya. Dia pulang kembali ke kota Sumit karena ini satu-satunya tempat yang dia tahu akan dia datangi. Sekarang, Taehyung harus pergi. Dia tidak bisa tinggal di sini. Sekali lagi hidupnya akan segera menikung tajam. Keadaan yang tidak siap untuk dia hadapi.
.
Ketika Taehyung masih kecil ibu pernah membawa dia dan V ke sekolah Minggu di gereja Baptis setempat. Taehyung teringat sebuah ayat suci yang orang-orang bacakan untuk mereka dari Alkitab tentang Tuhan tidak memberikan beban lebih banyak daripada beban yang mampu kita hadapi. Taehyung mulai bertanya-tanya apakah itu hanya untuk orang-orang yang pergi ke gereja setiap hari Minggu dan berdoa sebelum mereka pergi tidur di malam hari. Karena Tuhan tidak tanggung-tanggung memberikan pukulannya terhadap Taehyung.
.
Mengasihani diri sendiri tidak akan menolongnya. Taehyung tidak bisa melakukannya. Dia juga harus mencari tahu jawabnya tentang yang satu ini. Menumpang di rumah Granny dan membiarkan Jimin membantunya mengatasi urusan hidup sehari-hari hanyalah untuk sementara. Taehyung tahu saat dia pindah ke kamar tidur tamu bahwa dia tidak bisa menumpang terlalu lama. Terlalu banyak sejarah antara Jimin dan dia. Taehyung tidak punya niat untuk mengulangi sejarah itu. Jawaban tentang kapan Taehyung akan pergi berada di sini tapi dia masih tetap tidak mengerti kemana dia akan pergi dan apa yang akan dia lakukan sama seperti tiga minggu yang lalu.
.
"Aku berharap kau ada di sini, Mom. Aku tak tahu harus berbuat apa dan aku tidak punya siapa pun untuk kutanyai," bisik Taehyung sambil duduk di pemakaman yang tenang. Dia ingin percaya bahwa ibu bisa mendengarkannya. Taehyung tidak senang memikirkan dia berada di bawah tanah tapi setelah saudara kembarnya, V, meninggalkannya duduk di sini, di tempat ini bersama ibu dan mereka bicara dengan V. Ibuya pernah berakata arwahnya sedang mengawasi mereka dan dia bisa mendengarnya. Taehyung sangat ingin percaya itu sekarang. Tapi─
.
"Ini aku. Aku rindu kalian. Aku tidak ingin sendirian...tapi begitulah. Dan aku takut." Suara yang terdengar hanyalah desiran angina menerpa daun-daun di pepohonan. "Kau pernah memberitahuku
kalau aku mendengarkan dengan cermat aku akan tahu jawabannya di dalam hatiku. Aku mendengarkannya Mom, tapi aku sangat bingung. Mungkin kau bisa membantuku dengan menunjukkan padaku ke arah yang benar, entah bagaimana?" Taehyung menyandarkan dagu di lutut dan memejamkan mata, tidak mau menangis.
.
"Ingat saat kau bilang aku harus mengatakan kepada Jimin bagaimana perasaanku yang sebenarnya. Bahwa aku tidak akan merasa lebih baik sampai aku menumpahkan semuanya keluar. Well, Aku melakukannya hari ini. Bahkan jika dia memaafkanku keadaan tidak akan pernah akan sama lagi. Bagaimanapun aku tidak bisa terusterusan bergantung padanya dalam banyak hal. Sudah waktunya aku mencari tahu sendiri. Aku hanya tidak tahu bagaimana caranya." Hanya bertanya padanya membuat Taehyung merasa lebih baik. Tahu bahwa dia tidak akan mendapatkan jawaban sepertinya tidak menjadi masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUH [Book 2] ✅
FanfictionKarena kita akan bangkit, setelah semua kejatuhan yang akan berakhir dengan melalui banyak tangis dan air mata.. [Remake from novel 'NEVER TOO FAR'-Abbie Glinnes| KookV - Mpreg ]