Bab 11

3.3K 463 5
                                    

.

.

.

.

.

"Aku akan bekerja di klub. Kita akan...umm...bertemu di lain kesempatan. Aku bisa mendapatkan pekerjaan di tempat lain tapi aku butuh uang dari klub." Taehyung menjelaskan hal ini kepada dirinya sama seperti saat menjelaskannya pada Jungkook. Taehyung tidak begitu yakin apa yang akan dia katakan saat muncul disini. Taehyung hanya tahu bahwa dia harus berhadapan dengan Jungkook. Pada awalnya Bee telah memohon padanya untuk memberitahu Jungkook tentang kehamilannya. Akan tetapi, setelah Bee mendengar apa yang sebenarnya terjadi dengan ayah Taehyung, Somi dan ibunya, Bee tidak berpihak lagi pada Jungkook seperti sebelumnya. Bee setuju bahwa tidak ada untungnya memberitahu Jungkook mengenai apapun.

.

Mengumpulkan keberanian untuk kembali ke rumah ini setelah Taehyung meninggalkannya tiga setengah minggu yang lalu adalah hal yang sangat sulit. Harapan bahwa hatinya tidak akan bereaksi saat melihat wajah Jungkook telah sia-sia. Dadanya mengerut sangat parah sehingga suatu keajaiban bahwa masih bisa bernapas. Tidak perlu berbicara. Jika Taehyung hamil bayinya...bayi mereka. Tapi kebohongan. Penipuan. Siapa dirinya. Semua itu telah menahan Taehyung untuk mengucapkan kata-kata yang seharusnya dia dengar. Taehyung tidak bisa. Itu salah. Dia telah menjadi seseorang yang egois. Taehyung tahu itu. Itu tidak akan mengubah apapun. Bayi yang Taehyung kandung sekarang mungkin tidak akan pernah tahu tentang Jungkook. Taehyung tidak bisa membiarkan perasaaan ini mengaburkan tujuannya akan masa depannya...atau masa depan anak yang sekarang ada dalam kadungannya. Ayah Taehyung, ibu Jungkook dan Somi tidak akan pernah menjadi bagian dari kehidupan anak nya. Taehyung tidak akan membiarkannya. Dia tidak bisa.

.

"Tentu saja. Yeah, bekerja di klub akan menghasilkan banyak uang." Jungkook berhenti dan menjalankan tangannya di rambut. "Tae, tidak ada yang berubah. Tidak bagiku. Kau tidak butuh ijinku. Ini adalah yang benar-benar aku inginkan. Adanya kau disini. Melihat wajahmu. Ya Tuhan, Tae, aku tidak bisa melakukan ini. Aku tidak bisa berpura-pura bahwa aku tidak gemetar dengan adanya kau berdiri di rumahku sekarang."

.

Taehyung tidak bisa melihatnya. Tidak sekarang. Dia tidak pernah mengira Jungkook akan mengatakan semua hal itu. Percakapan yang kaku dan menegangkan menjadi lebih dari yang Taehyung perkirakan. Itu adalah yang Taehyung inginkan. Hatinya tidak bisa menerima yang lainnya. "Aku harus pergi, Jungkook. Aku tidak bisa, aku hanya ingin memastikan bahwa kau tidak masalah dengan adanya diriku di kota ini. Aku akan menjaga jarak."

.

Jungkook bergerak sangat cepat hingga Taehhyung tidak menyadari sampai dia berdiri antara Taehyung dan pintu. "Aku minta maaf. Aku mencoba untuk bersikap tenang. Aku mencoba untuk berhati-hati tetapi aku menghancurkannya. Aku akan berbuat lebih baik. Aku janji. Pergilah ke tempat Bee. Lupakan apa yang barusan ku katakan. Aku akan bersikap baik. Aku janji. Hanya saja...hanya saja jangan pergi. Tolonglah."

.

Apa yang akan Taehyung katakan? Jungkook berusaha membuat Taehyung untuk menenangkannya. Untuk meminta maaf padanya. Jungkook adalah senjata mematikan bagi emosi dan akal sehat Taehyung. Jarak. Mereka butuh jarak.

.

Taehhyung mengangguk dan melangkah melewatinya. "Aku akan...umm...mungkin akan bertemu lagi dengan mu." Berhasil mengeluarkan suara parau sebelum membuka pintu dan melangkah keluar rumah. Taehyung tidak menoleh ke belakang tapi tahu jika Jungkook melihatnya pergi. Itu satu-satunya alasan Taehyung untuk tidak berlari. Jarak...mereka butuh jarak. Dan Taehyung butuh menangis.

.

.

.

.

.

Seolah tahu kalau Taehyung akan datang. Taehyung sudah memutuskan akan langsung pergi ke ruang makan dan mencari Minhoo. Taehyung rasa Minhoo tahu dimana menemukan Namjoon. Tetapi Namjoon telah menunggu Taehyung di pintu saat dia membuka pintu masuk belakang klub.

.

"Dan dia kembali. Sejujurnya aku mengira kau tidak akan kembali," Namjoon menggumam saat pintu tertutup di belakang Taehyung.

.

"Mungkin hanya sebentar," Taehyung mengendikkan bahu. Namjoon berkedip dan menganggukkan kepalanya menuju ruangan yang mengarah ke kantornya. "Ayo kita bicara."

.

"Oke," Taehyung berkata sambil mengikutinya.

.

"Bee sudah meneleponku dua kali hari ini. Dia ingin tahu apakah aku sudah bertemu dengan mu. Memastikan kau mendapatkan pekerjaanmu kembali," Namjoon berkata sambil membuka pintu

kantornya dan menahannya supaya Taehyung bisa masuk kedalam. "Yang tidak kusangka adalah telepon yang baru saja ku terima sekitar sepuluh menit yang lalu. Itu mengejutkanku. Dari caramu melarikan diri dari sini tiga minggu yang lalu dan meninggalkan Jungkook begitu saja, aku tidak mengira dia akan meneleponku untuk kepentinganmu. Dia tidak perlu melakukannya. Aku sudah setuju bahwa kau akan mendapatkan pekerjaanmu kembali."

.

Taehyung berhenti dan melihat ke arah Namjoon. Apakah benar yang Taehyung dengar darinya? .

"Jungkook?" Tanya Taehyung, hampir takut bahwa dia tengah berhalusinasi terhadap komentar itu. Namjoon menutup pintunya kemudian berjalan dan berdiri di depan mejanya. Dia bersandar pada kayu berkilau yang terlihat mahal itu dan menyilangkan tangannya di depan dada. Senyum yang ada sejak Taehyung datang telah hilang. Dia terlihat lebih khawatir sekarang.

.

"Ya, Jungkook. Aku tahu kebenaran telah terungkap. Johoon telah memberitahuku sebagian. Setidaknya hanya yang dia ketahui. Tapi kemudian aku tahu siapa dirimu. Atau yang disangka Jungkook dan Somi sebelumnya. Aku memperingatkanmu Jungkook akan memilih Somi. Dia telah memilihnya saat aku memberimu peringatan. Apakah kau benar-benar ingin kembali ke semua ini? Apakah Alabama begitu buruknya?"

.

Tidak. Alabama tidak seburuk itu. Tetapi berusia sembilan belas tahun dan hamil sendirian tanpa keluarga cukup buruk. Bagaimanapun hal itu bukanlah sesuatu yang ingin Taehyung ceritakan pada Namjoon. "Kembali kesini tidak mudah. Melihat...mereka, juga tidak mudah. Tapi aku perlu mengetahui apa yang akan kulakukan selanjutnya. Kemana aku akan pergi. Tak ada yang tersisa bagiku di Alabama. Aku tidak bisa berada disana dan berpura-pura ada yang kumiliki disana. Ini waktunya bagiku menemukan hidup baru. Dan Bee adalah satu satunya temanku. Pilihan tempat untukku pergi sedikit terbatas."

.

Alis Namjoon bergerak naik. "Ouch. Lalu aku apa? Aku pikir kita teman."

.

Tersenyum, Taehyung berjalan dan berdiri di belakang kursi di seberang Namjoon. "Kita teman tapi...bukan teman dekat."

.

"Bukan karena aku tidak mencoba yang terbaik."

.

Taehyung tertawa kecil dan Namjoon menyeringai. "Senang mendengar itu. Aku merindukannya." Mungkin kembali tidak akan begitu sulit. "Kau mendapatkan pekerjaanmu. Itu milikmu. Aku punya masalah dengan para gadis pembawa minuman dan Minhoo masih merajuk. Dia tidak akrab dengan pelayan yang lain. Dia juga merindukanmu."

.

"Terima kasih," jawab Taehyung. "Aku menghargainya. Aku ingin jujur padamu. Dalam empat bulan, aku bermaksud untuk pergi. Aku tidak bisa tinggal disini selamanya. Aku punya..."

.

"Kau punya kehidupan yang harus kau cari. Yah, aku mendengarmu. Rosemary bukanlah tempat untuk menanam akarmu. Aku mengerti. Untuk berapapun lamanya, kau mendapatkan pekerjaan. Taehyung-ah."

.

.

.

.

.

JATUH [Book 2] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang