Bab 39

2.6K 384 3
                                    

.

.

.

.

.

Taehyung duduk di ruang tunggu dan berusaha keras untuk tidak memandang pada pasien lainnya yang juga sedang menunggu. Ada dua wanita hamil. Wanita diseberang Taehyung didekap erat oleh lengan suaminya. Dia terus menerus berbisik di telinga sang istri yang membuatnya tersenyum. Tangan sang suami tidak pernah meninggalkan perutnya. Tidak ada keposesifan yang nampak dari perilakunya. Hanya sikap protektif. Seolah-olah sang pria melindungi istri dan anaknya hanya dari isyarat tubuh yang sederhana.

.

Wanita lainnya usia kehamilannya lebih tua daripada mereka berdua dan bayinya bergerak. Kedua tangan suaminya berada di perutnya kala dia memandang istrinya dengan penuh kekaguman. Ada sorot pemujaan yang manis terlihat di wajahnya. Mereka sedang berbagi momen dan hanya dengan melirik kearah mereka saja membuat Taehyung merasa seakan-akan mengganggu momen itu.

.

Kemudian disinilah Taehyung. Bersama Namjoon. Taehyung telah berkata padanya dia tidak perlu menemani namun dia bilang dia ingin melakukannya. Dia tidak akan ikut masuk ke dalam ruang pemeriksaan karena Taehyung tidak akan membiarkan dia melihatnya hampir telanjang dalam balutan jubah katun pemeriksaan yang tipis tapi dia akan duduk di ruang tunggu. Dia telah mengambil untuk dirinya sendiri secangkir kopi yang disediakan secara gratis dan karena dia hanya menyesap kopinya sekali Taehyung berasumsi rasanya pasti memuakkan. Taehyung merindukan kopi. Mungkin kopi yang diminum Namjoon tadi terasa nikmat untuknya. Taehyung harus membeli kopi non kafein.

.

"Taehyung," sang perawat memanggil dari pintu masuk yang mengarah ke ruang pemeriksaan. Taehyung berdiri dan tersenyum pada Namjoon. "Aku tidak akan lama." Dia mengendikkan bahu. "Aku sedang tidak terburu-buru."

.

"Suami anda bisa ikut masuk bersama anda," ujar sang perawat dengan ceria. Secara langsung wajah Taehyung menghangat. Taehyung tahu tanpa harus melihat bahwa pipinya merona.

.

"Dia hanya seorang teman," dengan cepat Taehyung mengoreksinya.

.

Kali ini sang perawat yang merona malu. Jelas sekali dia tidak membaca data dirinya dan melihat bahwa Taehyung masih lajang. "Saya mohon maaf. Uh, well dia bisa ikut masuk juga jika dia ingin

mendengar detak jantung si bayi."

.

Taehyung menggeleng. Hal itu terlalu pribadi. Namjoon adalah seorang teman namun Taehyung belum siap berbagi sesuatu sedemikian penting seperti detak jantung bayi dengannya. Jungkook bahkan belum pernah mendengar detak jantung bayinya. "Tidak, tidak usah."

.

Taehyung tidak memandang lagi kepada Namjoon karena Taehyung merasa malu untuk mereka berdua. Dia hanya membantu. Dianggap sebagai ayah dari si bayi bukanlah apa yang direncanakan sebelumnya. Pemeriksaannya tidak memakan waktu lama. Kali ini Taehyung dapatmendengar detak jantung bayinya tanpa harus melalui banyak prosedur. Suaranya senyaring dan semanis sebelumnya.

.

Kehamilannya berkembang dengan baik dan Taehyung dipersilahkan pulang dengan satu temu janji lagi empat minggu dari sekarang. Berjalan kembali ke ruang tunggu Taehyung menemukan Namjoon sedang membaca majalah Parenting. Dia mengalihkan pandangannya pada Taehyung dan tersenyum malu-malu. "Bahan bacaan di sini terbatas," dia menjelaskan.

.

Taehyung menahan tawa. Dia berdiri dan mereka berjalan bersama keluar dari pintu. Setelah berada di dalam mobil Namjoon memandangya. "Kau lapar?"

.

Sebenarnya Taehyung merasa lapar namun lebih lama dia menghabiskan waktu dengan Namjoon semakin Taehyung merasa tidak nyaman. Taehyung tidak dapat menyingkirkan perasaan bahwa Jungkook tidak akan menyukai hal ini. Dia tidak pernah senang Taehyung sering berada dekat dengan Namjoon.

.

Walaupun Taehyung membutuhkan tumpangan Taehyung mulai khawatir ini merupakan ide yang buruk. Mungkin sebaiknya Namjoon hanya mengantarnya kembali ke rumah Jungkook saja. "Aku merasa lebih lelah daripada apapun. Bisakah kau mengantarku saja, kembali ke rumah Jungkook?" tanya Taehyung.

.

"Tentu," timpalnya dengan senyuman. Namjoon sangat mudah dihadapi. Taehyung menyukai hal itu. Suasana hatinya tidak siap menghadapi yang sulit-sulit.

.

"Sudahkah kau berbicara dengan Jungkook?" dia bertanya.

.

Itu merupakan sebuah pertanyaan yang tidak ingin Taehyung jawab. Terlalu berlebihan menganggapnya tidak sulit dihadapi. Taehyung hanya menggelengkan kepala. Dia tidak membutuhkan penjelasan dan jika dia merasakan yang sebaliknya sayang sekali Taehyung tidak memiliki satupun. Taehyung merasa hancur dan kuhubungi Jungkook dua malam yang lalu dan langsung terhubung dengan pesan suara. Taehyung meninggalkan pesan namun dia belum balik menelepon. Taehyung mulai berpikir apakah dia berharap Taehyung sudah pergi ketika dia kembali. Berapa lama sebaiknya Taehyung tinggal di rumahnya?

.

"Dia tidak menghadapi semua ini dengan baik, menurut perkiraanku. Dia akan menghubungimu dalam waktu dekat," kata Namjoon. Dengan nada suaranya Taehyung bisa bilang diapun tidak yakin dengan apa yang dikatakannya. Itu hanya untuk membuat Taehyung merasa lebih baik.

.

Taehyung memilih memejamkan mata dan berpura-pura tertidur sehingga dia tidak perlu mengatakan apa-apa lagi. Taehyung tidak ingin membicarakan hal ini. Taehyung tidak ingin berbicara mengenai apapun. Namjoon menyalakan radio dan mereka berkendara dalam diam selama sisa perjalanan pulang ke Rosemary. Ketika mobil berhenti ia membuka mata dan melihat rumah Jungkook ada di depan. Taehyung telah kembali.

.

"Terima kasih," Taehyung berujar, menoleh pada Namjoon. Ekspresinya menyorotkan keseriusan. Taehyung tahu dia sedang memikirkan sesuatu yang tidak ingin dibaginya dengan Taehyung. Taehyung tidak perlu menanyakan apa itu. Dia juga berpikir sebaiknya Taehyung pergi. Jungkook tidak akan menelepon dan ada kemungkinan dia tidak akan kembali lagi. Taehyung tidak bisa begitu saja tinggal di rumahnya.

.

"Telepon aku jika kau membutuhkan sesuatu," ujar Namjoon menatap mata Taehyung.

.

Taehyung mengangguk namun telah memutuskan tidak akan pernah meneleponnya lagi. Walaupun jika Jungkook tidak memperdulikan apa yang Taehyung lakukan itu hanya terasa tidak benar. Taehyung membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Dengan lambaian terakhir Taehyung berjalan menuju pintu depan dan masuk ke dalam rumah yang kosong.

.

.

.

.

.

JATUH [Book 2] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang