Bab 12

3.1K 459 36
                                    

.

.

.

.

.

Jungkook mengetuk sekali sebelum membuka pintu kondominium milik Somi dan berjalan masuk. Mobilnya terparkir di luar. Jungkook tahu dia disini. Jungkook hanya ingin memastikan dia tahu kalau Jungkook ada disini. Jungkook pernah membuat kesalahan dengan tidak mengetuk pintu terlebih dahulu dan kemudian melihat adik tersayangnya itu sedang mengangkang di pangkuan seorang pemuda. Rasanya Jungkook ingin mencuci mata dan otak setelah kejadian itu.

.

"Somi, ini aku. Kita harus bicara." Jungkook memanggilnya kemudian menutup pintu. Melangkah ke ruang tamu dan bunyi yang tidak lebih dari suara hening dan langkah kaki yang datang dari arah kamar tidur utama hampir membuat Jungkook berbalik pergi. Tapi Jungkook tidak jadi melakukannya. Ini lebih penting. Teman tidurnya harus pulang sekarang bagaimanapun juga. Ini sudah lebih dari jam sebelas.

.

Pintu kamar tidurnya terbuka dan tertutup. Menarik. Siapapun yang ada disini, dia menetap. Mereka harus pergi keluar ke balkon untuk berbicara. Jungkook tidak ingin membahas Taehyung di depan orang lain.

.

Jungkook mungkin kenal dengan pria yang ada di kamar itu. Itulah adalah satu-satunya alasan kenapa Somi menyembunyikannya di dalam sana. "Apa kau tidak pernah mendengar tentang menelepon dulu sebelum datang?" Somi membentak saat dia berjalan ke ruang tamu memakai mantel sutera pendek. Dia semakin lama semakin mirip dengan Ibu mereka seiring bertambahnya usia.

.

"Ini hampir jam makan siang, Somi. Kau tidak bisa menahan pria mu di tempat tidur sepanjang hari," jawab Jungkook dan membuka pintu ke arah balkon yang menghadap ke arah laut. "Aku butuh berbicara denganmu dan aku tidak ingin melakukannya di tempat yang bisa di dengar teman menginapmu."

.

Somi memutar matanya dan melangkah keluar. "Aku merasa aneh bahwa ketika aku mencoba untuk berbicara denganmu selama berminggu-minggu dan kemudian kau sekarang ingin berbicara

denganku, kau menerobos masuk seenaknya seakan aku tidak punya kehidupan.Setidaknya aku meneleponmu terlebih dahulu." Somi juga mulai terdengar seperti ibu mereka.

.

"Aku pemilik kondo ini, Somi. Aku bisa datang kapanpun aku mau,"

.

Jungkook mengingatkannya. Somi akan pergi dari sini pada pertengahan Agustus untuk kembali ke asrama mahasiswanya dan jurusan kuliah yang belum dia putuskan. Kampus adalah fungsi sosial baginya. Dia tahu Jungkook akan membayar tagihan dan uang sekolahnya. Jungkook selalu mengurus semua hal untuknya.

.

"Sangat menyebalkan. Tentang apa ini? Aku bahkan belum minum kopi." Somi juga tidak takut kepada Jungkook. Bukan berarti Jungkook ingin Somi takut padanya, tapi ini saatnya dia bersikap dewasa. Jungkook tidak akan membiarkan dia membuat Taehyung melarikan diri. Dalam sebulan, Somi akan pergi. Biasanya Jungkook juga akan pergi. Tapi tidak tahun ini. Jungkook akan tetap berada di Rosemary. Ibu harus mencari lokasi lain. Dia tidak akan mendapatkan rumah ini secara gratis sepanjang tahun ini.

.

"Taehyung telah kembali," Jungkook mengatakan secara terus terang. Dia telah memiliki waktu untuk melihat segalanya dari sudut yang berbeda. Jungkook tidak lagi merasa bahwa Somi adalah seorang korban. Saat kecil dia memang korban tapi begitu juga dengan Taehyung.

.

Somi menegang dan matanya berkilat penuh kebencian yang mengarah kepada ayahnya alih-alih kepada Taehyung. "Jangan mengatakan apapun. Biarkan aku bicara lebih dulu atau aku akan mengusir teman menginapmu keluar dari kondo-ku. Aku yang berkuasa disini Somi. Ibu kita tidak punya apa-apa. Aku menghidupi kalian berdua. Aku tidak pernah memintamu untuk apapun. Tidak pernah. Tapi sekarang aku akan memintanya... tidak, aku akan menuntutmu untuk mendengarkanku dan mengikuti ucapanku." Kemarahan Somi memudar dan sekarang si anak manja ada disana melihat ke arah Jungkook. Dia tidak suka diperintah. Jungkook tidak bisa menyalahkan Ibu mereka atas sikapnya itu, tidak seluruhnya. Jungkook juga merupakan penyebabnya. Kepuasan yang berlebihan telah menghancurkan Somi.

.

"Aku benci dia," Somi mendidih.

.

"Aku bilang dengarkan aku. Jangan berasumsi aku menggertak, Somi. Karena kali ini kau berurusan dengan sesuatu yang aku pedulikan. Hal ini mempengaruhiku, jadi dengarkan dan tutup mulutmu."

.

Matanya membulat terkejut. Jungkook yakin dia tidak pernah berbicara seperti itu pada Somi. Dia sendiri juga sedikit merasa terkejut. Mendengar kebencian dalam suaranya yang mengarah ke Taehyung telah membuat Jungkook begitu marah.

.

"Taehyung tinggal dengan Bee. Namjoon telah memberi Taehyung pekerjaannya kembali. Dia tidak memiliki apapun di Alabama. Dia tidak memiliki siapapun. Ayah yang kalian berdua miliki tidak berguna. Baginya Ayahnya sudah mati. Dia kembali untuk mencari tahu dimana tempat yang tapat baginya dan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia telah melakukan hal itu sebelumnya, tapi ketika kebenaran telah terungkap membuat dunianya hancur sehingga dia melarikan diri. Merupakan sebuah keajaiban bahwa dia telah kembali. Aku ingin dia kembali disini, Somi. Kau mungkin tidak ingin mendengar ini, tapi aku mencintainya. Aku akan melakukan segalanya untuk memastikan dia aman. Dia telah aman dan tidak ada seorangpun, benar-benar seorang pun, bahkan adikku sendiri, yang akan membuatnya merasa tidak diinginkan. Kau akan segera pergi. Kau bisa menyimpan kebencianmu yang salah tempat jika kau ingin, tapi suatu hari nanti aku harap kau cukup dewasa untuk menyadari bahwa hanya ada satu orang untuk dibenci disini."

.

Somi tenggelam dalam kursi santai yang dia taruh disini untuk bersantai dan membaca buku. Jungkook juga mencintai Somi. Jungkook telah melindunginya sepanjang hidup. Memberitahunya hal ini dan mengancamnya adalah hal yang sulit tapi Jungkook tidak bisa membiarkannya menyakiti Taehyung lagi. Jungkook harus mengehentikannya. Taehyung tidak akan memberikan kesempatan lagi padanya selama Somi masih menyiksa hidupnya.

.

"Jadi kau lebih memilih dia daripada aku," Somi berbisik.

.

"Ini bukan kontes, Somi. Berhenti bertingkah seperti itu. Kau mendapatkan Ayah. Taehyung kehilangannya. Kau menang. Sekarang lepaskan."

.

Somi mengangkat matanya dan air mata menempel pada bulu matanya. "Dia membuatmu membenciku."

.

Drama sialan. Somi hidup dalam opera sabun dalam kepalanya. "Jeon Somi, dengarkan aku. Aku mencintaimu. Kau adalah adikku. Tak ada seorangpun yang bisa mengubahnya. Tapi aku jatuh cinta pada Taehyung. Itu mungkin halangan yang besar bagi rencanamu untuk menaklukkan dan menghancurkannya, tapi sayangku, sudah waktunya bagimu untuk melupakan masalah tentang Ayahmu. Tiga tahun yang lalu dia telah kembali. Aku ingin kau menyingkirkan rencanamu."

.

"Bagaimana dengan keluarga adalah yang utama?" Somi tercekik.

.

"Jangan bawa-bawa itu. Kau dan aku tahu bahwa aku selalu mengutamakanmu sepanjang hidupku. Kau membutuhkanku dan aku ada disana. Tapi kita sekarang sudah dewasa, Somi."

.

Somi menghapus air mata yang keluar dari matanya kemudian berdiri. Jungkook tidak bisa bilang apakah air matanya asli atau palsu. Dia bisa menyalakan dan mematikannya dalam sekejap. "Baiklah. Mungkin aku akan kembali ke sekolah lebih awal. Kau juga tidak menginginkanku disini bagaimanapun juga. Kau telah memilihnya."

.

"Aku ingin kau selalu berada disisiku, Somi. Tapi kali ini aku ingin kau bersikap baik. Pikirkan orang lain sebagai gantinya. Kau punya hati. Aku pernah melihatnya. Sekarang waktunya untuk menggunakannya."

.

Punggung Somi mengencang. "Jika kita sudah selesai bisakah kau meninggalkan kondo-mu?"

.

Jungkook mengangguk. "Yeah Aku selesai," menjawab dan berjalan masuk ke dalam. Tanpa berkata-kata lagi Jungkook berjalan menuju pintu depan. Waktu akan menunjukkan apakah dia harus menggunakan ancaman untuk memberi adiknya pelajaran. Hh, Jungkook harap dia tidak perlu melakukannya.

.

.

.

.

.

JATUH [Book 2] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang