pilihan

2.1K 111 0
                                    

Butuh waktu beberapa jam untuk sampai ke korea. Dan disini cuacanya lagi mendukung. Gue berasa sedikit melupakan masalahku dengan dirinya. Saat ini, prioritasku adalah adipatih.
Rencananya setelah tiba di korea, langsung otw ke rumah sakit.
Dan kita bertiga "nyasar" gimana gak, lah wong ngandelin google map aja.
"Kita kayaknya udah muterin ini tempat berulang-ulang deh bro."
Banyu mulai jengkel, dia merusak tatanan rambutnya sendiri.
"Duh gusti, nyasar maneng.."

"Laper bang.."
Gue memegang perutku sendiri. Tatkala mendengar suara gemuruh minta diisi.
Bira manyun seketika. Dan inisiatif menelepon adipatih. Ada jeda tak lama karna si pemerima telepon marah-marah. Karna kita nekat mengunjungi dirinya sampai sejauh ini. Setelah menunggu beberapa lama, teman korea dari adipatih menjemput kita..
Dan dia bisa bahasa indonesia. Walaupun masih kagok sih.

"Kalian bisa makan di salah satu restaurant dekat rumah sakit. Disana berlabel halal."
Informasi yang cukup menguntungkan bagi kita bertiga.
Cowok itu memberikan gue sekotak cookies greentea. Dan gue tersenyum malu. Ihh bow, oppanya kalo dilihat dari dekat gini ganteng euy 😆.

........

Gue menggandeng bira, dengan menganyunkan kedua tangan kita ke belakang-depan begitu seterusnya. Banyu berjalan didepan, sesekali gue lihat dia mesem.pas berpapasan sama cewek korea. perawat kalo gak dokter,mungkin.
"Bir... ceweknya cantik-cantik ya.."
Banyu memelankan langkahnya dan menggait tangan gue.
"Berasa punya pacar dan selingkuhan sekaligus." Celetukku.

...

"Itu adipatihku?? Kok mukanya malah mirip orang korea sih."
Komentarku yang langsung ditanggapi sama cowok yang anter kita tadi.
"Kalo lama disini, kebanyakan kayak gitu. Mbak."

"Bro, sakit apa sih?? Jauh-jauh ke korea. Malah ngandang di mah sakit."
Bira mendudukan pantatnya di kursi samping ranjang patih.
"Sakit gak enak mbloo." Ujarnya.

Dan berlanjut dengan ngobrol ngalor-ngidol, gue nya sih.memutuskan makan cookies yang tinggal separo. Cowok tadi mengenalkan dirinya dengan nama "kim Sungji" teman satu kantor patih. FYI, dia masih jomblo. Ehehe

... ...... .....
Menjelang sore, gue mutusin buat jalan keluar tau muterin rumah sakit. Ditemenin bira. Banyu lagi gak mood ngapain-ngapain. Hayati lelah katanya.
"Mas sandaris kayaknya sayang banget sama elo deh."
Gue memilih memakan kimbab daripada membenarkan ucapan bira.

"Gak pingin nemuin dia ndut??"
Bira menoel-noel lengan gue.
"Apaan sih, bir.. gue lagi gak mood omongin dia deh."

"Yakin???"
Hik, suara ini.. gue gak berani melihat kebelakang tubuh gue.
"Kalo gak cinta, mana mungkin ngikutin kamu sampai sini.ya gak bir??"
Mendudukan dirinya diantara gue dan bira. Dan tersenyum padaku.

"Makan yang bener. Gimana mau ngurusin double R. Kalo mamanya makannya masih blepotan gini."
Tangan itu hampir bentar lagi.. dikit lagi menyentuh sudut bibir gue...dan ... enak aja main sentuh. Gue tepis tuu tangan. Sedikit kasar lebih tepatnya.

"Ya udah lah ya.. udah ada suaminya. Gue balik ke ruangan patih deh.. mas nanti anterin yoh."
Bira ngacir, ninggalin gue sambil melambaikan tangannya ke arah gue. Anjirr ini orang satu.

"Aku kan gak hapal jalan balik keruangan."
"Gue anterin.. mantan istri gue dulu kerja di rumah sakit ini."
Gue ber-oh ria.
Sandaris menarik tangan gue, tuk mengikuti langkahnya. Pasrah aja ekeh.

Gue diem aja.. gak ada topik yang harus di obrolin sama dia. Canggung.. yaa canggung.
"Terus gimana??"
Sekian lama diem, mas sandaris nanyak seperti itu.
"HAH???" Respon terbaik gue.
"Jangan lari kayak gini, ada perasaan yang terbawa pergi. Saat kamu juga berpura-pura untuk acuh."
Eh vusyet bang, kalimat lu.. terharu gue T_T .
Tapi gak jadi. Karna gue udah mutusin buat udah.. UDAH SELESAi.

"selesai."
Sandaris menoleh dan menatap gue lama. Seperti mencari kebohongan di mata gue. Ku lihat dia, tak melihat kearahku. Tapi memusatkan pandangannya kedepan. Menghela nafas.
"Hanya sebentar??"
"Hmmm...baiklah.. ku antar balik keruangan."
Dia berdiri. Tanpa menungguku berdiri juga. Dia udah jalan didepanku.. tanpa ada percakapan lagi.

"Mau bilang aku gak cocok sama kamu tuh. Basi mas. Bilang aku gak cantik itu bukan alasan. Tapi fakta. Mau nyangkal aku cuma karyawan toko dan mungkin gak setinggi pendidikannya kayak kamu.. gimana mau ngurusin anak-anak kamu kalo calon mamanya SMA."
Dialog itu saling bersahut-sahutan memenuhi batin gue. Gue minder banget. Bukan karna yang lain. Dilihat dari cewek yang gue temuin dirumahnya mas sandaris ituh, kayaknya modelan cewek kampus. Yang pasti bertittle. Apalah gue cuma, yaah gitu lah...

Tepat didepan kamar ruangan, sandaris mengetuk pintu dan membukanya setelah itu. Gue gak ikutan masuk. Sepertinya mereka lagi basi-basi. Gak butuh waktu lama. Sandaris keluar dengan muka lebih ke "senggol bacok" sereemm.. gantengnya 2x lipat, ehhh.

"aku pulang dulu, kamu hati-hati disini."
Lohh pulang?? Cepet banget. Hoy jangan ngasih harapan ke dia, kan lu udah nyerah.
Gue hanya bergumam seadannya. Karna gak mau nahan perasaan lagi.

Dia hanya diam, seolah gue antifans dia. Masih berdiri didepan gue, tanpa bergerak sedikitpun. Why???
"Ada apa???"
Lelah hayati bang,kalo cuma diem-diem begono.
Eh bukannya jawab, dia malah senyum. Lah bang, eneng kan malah anu.. apa itu namanya?? penasaran deng.

"Sampai ketemu lagi di indo."
Duielehh.. kayak kita kepisah negara wae. Gue menganggukkan kepala tanda "i know" .

Ada ape lagi sih nih orang?? Katanya mau pulang. Udah salam-salam juga.
"Kamu gak mau anter aku, sampek lobby??"
"Aku gak tau jalan balik. Hati-hati aja di jalan."
Gestur gue kayak ngusir dia gitu.

Sekali lagi dia mandang gue, yang salting atuh bang. Please, kasian calon lu dirumah. Gak usah mandang gue lagi. Sakit bang.
"Aku pergi."
Singkat, tapi kok kecewa ya.
Gue usahain gak ketemu kamu lagi mas. Takut gak bisa move on. Maaf ....

Nikahin aku Om!!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang