side of sandaris

2.1K 113 0
                                    

Seketika rasanya tubuh gue kena demam. Demam dadakan, mendengar cowok asing dihadapan gue bersama seseorang yang pernah mengisi jalan cerita kasmaranku dan membuatku membuka hati untuk mencintai lagi.
Mereka cocok satu sama lain. Kalo kalian tau, bagaimana perasaanku saat itu??
Ada sisi yang rapuh dalam sekejap. Gue gak lebay.. tapi itu yang dirasain.
Mencoba tegar, tapi tidak sejalan sama keadaan. Dan itu tak bisa gue kondisikan. Saat cowok itu mengklaim reni miliknya.

......v........ v.....
Udah 3 Hari ini
Gue pulang dalam keadaan yang gak biasa. Rachel dan razel gue bawa kerumah mama. Sepertinya gue butuh menepi.
Hanya duduk diranjang. Dengan cahaya lampu yang gak terlalu terang alias remang.

Pintu kamar terbuka dari luar, gue tau itu my lovely sister. Yang liburan bareng keluarganya di rumah.
"MR. Siregar okay??"
Dia menarik kursi khusus komputer untuk duduk didepan gue.
"Cewek yang biasanya dipanggil mama sama double R. Tadi kesini lohh."

Seketika gue menatap kearah mbak gue.
"Yakin???"

"Yakin doong..eh, dia gemesin ya. Pantesan kamu kecantol,gar."
"Terus sekarang masalahnya apa??"

"Kenapa dia kesini?"
Membalikkan topik. Gue penasaran, kenapa dia bisa kesini.

"Balikin kotak yang dulu pernah lu kasih katanya. Itu gue simpen di laci."
"Pas gue yang nrima, gue ajakin masuk dia bilangnya gak usah. Ada cowok lain lagi nunggu bareng dia. Jarak 4 langkahlah.."

Gue hanya tersenyum hambar.cowok itu siapa lagi kalo bukan cowok yang mengklaim miliknya didepan dirinya.
Gue membuka kotak kecil dan menatap isinya lamat.
Cincin yang gue berikan padanya, tanda gue serius. Dan sekarang udah menjadi milik orang lain..ini gue yang terlau lembek tau yang gak bisa keluar dari kekuasaan mama. Untuk tetap menjodohkan perempuan pilihannya.
Gue mengambil rantai khusus kalung dan memasukan cincin itu. Dan memakainya di leher gue.

"Kamu tuh udah saatnya milih perempuan lain. Jangan terus mau di atur mama, san."
"Aku tau, mama gak pingin kamu terluka 2x.. nyatanya kamu sekarang malah merasakn perasaan itu lagi kan."
"Kakak mu ini juga seorang perempuan. Bisa dilihat.. dia itu masih pingin ada disisi kamu. Tapi kamunya kurang tegas untuk mengambil keputusan."

Kakak perempuan gue pamitan setelah omong gitu. Dia memberikan gue waktu. Untuk benar-benar berpikir. Mana yang harus gue perjuangin.

....c...... ....c... c....

Teman sekantor gue, juga merasakan perubahan. Yang biasanya gue tuh bakalan enjoy gitu kalo dapet "pasien" pelanggar lalu lintas. Nyatanya gue terlihat dingin plus sadis, bilangnya..hahah perasaan gue B aja 😑.

"Mas sandaris, tungguin neng."
Rizki,junior se-team sama gue, udah lari-lari ngejar.
Gak tau apa, lagi pingin ke kamar mandi..kebelet bow.

"Neng apaan?? Gila kau ini. Gak usah lari kayak gitu. Serasa gue dikerjar bencong."

"Astagfiruloh mas siregar.."
"Ada yang jempalek di depan polres bang. Untung bang dito pas didepan. Cewek lohh kasian."
Logat bahasanya masih kental banget. Dia itu orang surabaya asli. Yang kerja di blitar.

"Terus??"
"Siapa yang nabrak??"
Ada sedikit rasa,coba bayangin kalo itu saudara atau temen. Kan sakit tuh.

"Keselip ban nya bang, tyus nyungsep. Tunggal kok."
"Tuh dibantuin juga sama mbak dinda."
gue cuma bergumam.
Dan masuk kedalam kamar mandi didepan. Meninggalkan rizki yang ngomel karna ditinggal pergi.

.... .... ... .... ... ... ..

Sekelebat gue lihat reni di rest area. Mungkin perpanjang sim. Dan lagi-lagi si rizki hampirin gue sambil bawa kotak nasi plus teh kotak. Gue menatap dia bingung.

"Buat siapa tuh??"
Gue nunjuk bawaan rizki.

"Lah ini buat yang nyunsep tadi bang. Tuh mbaknya di rest area. Itu yang lagi duduk."
Gue otomatis ngeliat sosok itu. Jadinya diceritaain rizki dia. Tanpa dikomando gue lari menuju kesana.

"Ya Tuhan..."
Suara lemah gue, melihat dia depan gue.dalam keadaan lengan dan dahinya tertutupi handsaplast.

Bang dito yang mengetahui gue terkejut, segera mendudukan gue di kursi depan reni.
"Tadi dia nyunsep didepan kantor ,san. Untung gue pas didepan. Mau kasih kabar, hp elo gak aktif."
Abang dito tau kalo seseorang yang ditolong dirinya, adalah special someone for me.
Ini tuh pertemuan ke -2x nya.

Reni tak menatapku sama sekali. Dia hanya menundukkan kepalanya. Entah enggan tau tidak mau melihatku.
"Kamu gak pa-pa??"
Sejak kapan gue basa-basi seperti ini..memalukan.

"Saya baik."
Atmosfet canggung menyelimuti kita. Bang dito memutuskan untuk keluar ruangan dan menyerahkan kotak makanan untuk reni.

"Kamu mau pulang sekarang?? Atau ..."
"Aku sudah telepon orang rumah. Mungkin sebentar lagi mereka datang."
Masih tidak mau melihatku.

"Gak mau ngeliat mukaku??"
"Apa lantai itu lebih mempesona ketimbang mantanmu ini?"
Sepertinya gue salah omong.

"Saya sepertinya gak pernah menjalin hubungan dengan anda."
Sorotan mata itu tanpa malu seperti menembus ke jantungku.
Dia bukan dia yang dulu. Bersikap manis dan menggemaskan.

"Aku mau pulang, bagus sudah menungguku didepan."
Dia beranjak berdiri dan ingin membuka pintu. Tapi terhenti dengan kalimatku.

"Dulu kita saling mengenal, entah kenapa saat ini,detik ini,hari ini kau berubah untuk tidak mengenalku. Menghapus memori kita, hanya karna gue melakukan kesalahan yang menurut kamu itu tak termaafkan."
Gue mendengar decakan darinya. Dia membalikkan badanya dan membalas perkataanku yang tak kalah menusuk menurutku.

"Dulu aku gak tau, kau bakalan seperti kalajengking yang siap menusuk musuh tau seseorang yang kau sayangi. Gue kayak serbuk bunga yang terombang-ambing. Kau jatuhkan harga diriku, disaat gue mulai menyukaimu. Tapi nyatanya, kau sama saja seperti lelaki lain."

"Kau malu kan, karna aku pernah menikah. Kau malu menikah dengan duda??"
Kulihat dia menghela nafas.

"Gak sebaiknya kita hanya berdua mengobrol seperti ini. Aku gak mau calon istrimu berpikiran buruk."
Calon istri?? NGEHEK.

Reni tanpa menunggu jawabanku dia jalan keluar ruangan. Berpapasan dengan dhimas. Dia paham dengan keadaan, jadi hanya mempersilahkan reni jalan lagi.

"Bang, dicariin double R didepan."

Gue menganggukan kepala. Dan mengikuti dhimas.

... c....c...c..c..c......

Double R ternyata udah nemplok duluan ke reni. Anak-anak gue kangen. Apalagi bapaknya. Jangan lupakan ekspresi mama gue. Mungki dia bingung, kok dia bisa deket sama orang asing. My lovely sister mengkode diri gue untuk mendekat.

"Ren.."
Panggilan dari arah lain, menghentikan reni bermain dengan rachel.
Senyum itu, yang dia tampakan ke gue..sekarang bisa dilihat oleh dia juga. Gue gak setuju.

Reni memberikan rachel ke mama gue. Dan berpamitan ke mereka. Gue menyapa pria yang bersama reni.

Nikahin aku Om!!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang