ketemu mantan istri

2.6K 114 0
                                    

Ada rasa sedikit gelisah yang menghinggapi hati seorang reni. Jika dibandingkan dengan masa lalu sandaris. Dia kalah telak. Mantan istrinya itu benar-benar sosok yang keibuan.

"Mama... kok ngelamun??"
Semenjak sandaris datang kerumah untuk mengajakku keluar alias kencan. Izin restu udah dikeluarkan oleh kedua orangtuaku. Hanya masih setingkat saling mengenal bukan diatasnya. Tapi razel anak pertama sandaris mengartikan lain. Dia pikir aku adalah ibunya sekarang.

"Razel mau kemana hari ini? Kok rapi bener??"
Dia tersenyum menampilkan mata sipit khas orang korea. Karna mamanya dulu penduduk korea.

"Mau anter adek ke eyang, mama ikut kan??"
Dia menganyunkan tangan gue kekanan dan kekiri.
Akhirnya gue cuma menganggukan diri.

Ini itu gue gak ada niatan buat couple an gitu bajunya. Entah kenapa outfit yang kita ber4 itu hampir sama. Senada pula warnanya. Dari jauh tuh kayak pengantin baru hahhh.

"papa, mama nginep dirumah eyang ya??"
Sandaris menoleh kearah gue sebentar. Lalu menundukkan tubuhnya sejajar dengan razel.

"Mama gak bisa sayang. Kan kerja. Cukup papa aja ya yang nemenin."
"Nanti waktu pulang kerumah, biar papa ajak mama buat jemput.okay??"

"Baiklah... razel paham."
"Mama gendong.."
Gue menerima tubuh lelaki kecil itu tuk ku gendong depan..Rachel yang berada di gendongan papanya. Menatap saudaranya dengan pandangan teduh.

"Ma..mam..mama. ma..."
Celoteh rachel. Yang sepertinya ingin digendong juga.

..... ....... ................

"apa yang kamu pikirkan??"
Dia menggerakkan tangannya tepat di depan mukaku.
Dan tersenyum kecil, ketika gue balik ke dunia nyata.

"Enggak ada."
Singkat, karna gue lagi bimbang saat ini. Ntah sampai sini gue kepikiran omongannya banyu "siap lahir batin gak elo, nikah sama duda?"
Gue menghela nafas tuk sekian kalinya.

"Sayang.."
Gue menoleh ke samping. Dia yang sedari tadi sibuk nyetir. Dan gue sibuk ngelamun yang gak berhujung.

"saya tau kamu lagi memikirkan sesuatu. Kamu bisa berhenti dari sini. Atau lanjut. Itu terserah kamu."
"sebelum semuanya terlambat."
Jderr.. kok dia omongin masalah baru sih?? pas kesasaran pula. Diam itu lebih baik. Makanya gue diem aja timbang salah omong. Terus jadi runyam.

"Mungkin kau butuh waktu. Seumur nih masih suka bersenang-senang. Berkeluarga tuh. Belum terpikirkan mungkin.gak papa."
Sandaris tersenyum, tapi sebenrnya ada kilatan menahan kecewa di iris mata coklatnya.

"Jadi selama ini, kamu menilai aku seperti itu?? Bersenang-senang??"
Hello gue gak gitu juga kali, ini orang masih dalam pendeketan. Omongnya ngawur. Pegel, esmoni, kecewa jadi satu.

"Turunin aku didepan sana."
Gue melepas sealtbet. Dan meraih tas slempangan di atas dashboard.

Mobil berhenti didepan tempat kerjaan banyu. Gue butuh pendingin.
"Kamu ngapain minta turun disini??
Dia memegang, ah enggak menarik tanganku sedikit kasar.

"Terserah aku, le-pa-sin."
Gue mengeja kalimat terakhir dengan jelas.

"Kamu kalo keluar dengan rasa marah, gak bakalan berpikir jernih."
"Bukan gitu maksudku."
Sandaris menatap kedepan, tapi tangan tak mengendur sama sekali. Gak ada celah gitu buat gue out dari dalam mobil.

"Maaf..."
"Karna aku telah menyukaimu."
"Aku pun gak maksa kamu,tuk menyukaiku balik. Jadi istri anak-anakku. Hidup bersama."
"Kamu bisa pukul aku, tau memarahiku semaumu. Tapi jangan cuek dengan rachel & Razel. Mereka sangat menyukaimu."
Gue tersenyum, tersenyum kecewa. Oh jadi gini.

"Bisa aku keluar sekarang?"
Akhirnya sandaris ngelepasih tarikan tangannya. Sebelum gue bener-bener keluar dari mobil. Dia menyerukan sesuatu.

"Telepon aku, kalo kau sudah merasa baikan. Aku akan menjemputmu."

"Sebisa mungkin tak kan kulakukan. Aku butuh waktu. Makasih tumpangannya."
Gue menutup pintu mobil dan berbalik dari sana tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.
Entah, lagi badmood tau apa. yang jelas hari ini tuh gak banget.

Gue jalan masuk lobby depan hotel, pingin curhat sama banyu. Tapi entah kenapa gue malah ngeliat "mantan" istrinya sandaris beberapa langkah didepan gue. Dan lagi ngobrol sama banyu.

"Banyu..."
Panggil gue, dan berjalan kearahnya.

"Hey, ini toh yang namanya reni. Cantik sih. Semoga kamu betah ya sama sikapnya sandaris."
Mbak please deh, ini tempat umum. Masalah pribadi omong berdua aja.

"Insya allah, aku tahan kok."

"Setidaknya kamu bakalan gak tahan, kalo tau dia sering jalan sama "calon mantu" pilihan ibunya. Walaupun kalian menjalin setatus."
Gue diem, maksudnya apa sih?

"Aku tau kamu bakalan bingung, ada waktukan?? Mari ikut aku. Biar kamu tau sandaris tuh kayak gimana."
Banyu ngeliat gue dengan pandangan "elo gak papa?"
Gue menganggukan kepala gue tuk respon banyu.

Gak butuh waktu lama, gue udah berdiri bareng mantan istri sandaris yang beberapa menit tadi ingin menunjukkan fakta yang bentrok dari pemikiran gue. Tapi semua itu terjawab.
Dia, seorang sandaris ade siregar lagi duduk bareng cewek. Entah omongin apa, telihat mimik muka mereka lagi happy.

"Asem,wong lanang podo ae."
Sumpah serapah ku lontarkan dalam hati melihat mereka ngobrol kayak sepasang kekasih yang memadu kasih.

Nikahin aku Om!!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang