7. Ajakan

102 21 0
                                    

REVISI✔
040918

____

Atau memang benar.

Gamal mengutarakan bertahan satu minggu, itu benar.

Hari ini ia tetap duduk di sampingku. Seperti di hari sebelumnya sebatas bertegur sapa tentang tugas, pinjam alat tulis dan menemani makan bekal saat istirahat dengan keadaan di sisiku tertidur.

Ini membuatku heran, apa yang ia lakukan di malam hari sampai akhir-akhir ini Gamal sering terkatuk? Rasanya ingin menyelinap ke rumahnya di tengah malam, ingin aku selidiki apa yang ia lakukan. Tapi sangat mustahil benar-benar aku wujudkan.

"Mal, yok ke Kantin?!" ajak salah satu teman kami, yang termasuk teman dekatnya.

"Enggak, lo duluan aja." Gamal membalas dengan pandangan menahan kantuk.

"Lo molorr mulu tiap hari elah! Jangan-jangan lo nguli ya malem-malem?"

Gamal mengembus nafas terganggu. "Seperti yang lo tahu aja, Sana cabut gih! keburu rame tu kantin."

Mereka pun mengolok kecil lalu pergi ke kantin. Gamal melempar tatapannya kepadaku yang sibuk memahami buku materi matematika. Aku sadar untuk itu, untuk keributan omongan antara Gamal dengan mereka.

Biasanya aku membawa bekal, teruntuk hari ini lupa karena tadi hampir terlambat.

"Gak ke kantin?"

Aku menggeleng. Suaranya yang menenangkan membuat aku ragu untuk menjawab, bertahan pula tetap berkutat ke materi matematika ini.

Ia meletakan masih meletakan kepalanya di atas meja membidik tatapannya padaku. "Gak capek belajar terus?"

Aku membalas tatapannya, tertahan nafas. Tidak tau harus menjawab apa.

"Coba Ra, sandarin kepala lo di atas meja ini, gue yakin itu otak lo juga butuh istirahat juga, sejenius apapun elo ...," dengan penuh keyakinan, "tutup mata lo maka otak lo bakal fress lagi buat pelajaran nanti." sembari mengkode tangannya menebuk meja kami.

Aku masih belum menjawab. Menyadari Gamal baik kepadaku. Ya, meskipun sama sikapnya dengan lain tapi keadaan ini sangat terasa berbeda.

Akhir-akhir ini Gamal selalu di sampingku dari pagi pelajaran sampai sore, belum lagi saat pulang ia melewatiku menyapa sekilas.

Aku bersyukur tentang ini.

Gamal terlelap lagi sekarang, wajahnya menghadap kearahku.

Tanpa sadar aku mendadak merasa penat, berfikir memahami materi, aku intarkan pandangan ke seluruh sudut kelas, dapat dihitung dengan jari siapa saja yang tinggal di kelas saat istrirahat.

Aku tutup buku materi ini.

Kutekuk kedua tangan di atas meja.

Menimang ajakan Gamal tadi.

Mencoba mengikuti arahan yang dikatakan Gamal tadi.

Kurebahkan kepalaku di atas tekukan kedua tangan.

Mengarahkan wajahku ke arah Gamal.

Lama ... aku belum bisa menutup mata ini.

Aku terus perhatikan bagaimana seorang Gamal tidur.

Terdengar dengkuran kecil.

Bibirnya mengercut kecil menambah kesan manisnya.

Ia pulas sekali tidur dalam waktu cepat.

Bagaimana Ia bisa senyenyak ini? Tanpa terasa kelas mulai meramai kala bel masuk telah berbunyi, tapi aku malas untuk bangkit dan memperhatikan sekitar.

Aku harap, ada kejaiban kelas dari jadwal pelajaran padat menjadi jam kosong saat ini. Tidak ada yang mendekat ke arah kami. Mungkin, karena pada mengira kami tertidur.

Lama berfikir kemanapun dan terus menatap Gamal membuat kantukku datang.

Kupejamkan kedua mataku perlahan.

Masih terdengar berbagai kecakapan teman kami di sekitar.

Semakin lama semakin tidak terdengar.

Sampai sekian lama, samar dapat aku dengarkan suara mereka.

Aku yang malas, terus memejamkan mata.

Tanpa kusadari aku ikut terlelap.

____

(140517)-publish

Serendipity✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang