12. Bawa

105 19 0
                                    

Si kembar, Gamal dan Gael :))

Hayo pilih yang mana hayo? 😅Gak boleh dua-duanya ya, karena hanya author yang boleh wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayo pilih yang mana hayo? 😅
Gak boleh dua-duanya ya, karena hanya author yang boleh wkwk. Okey ini garing silahkan scroll kebawah, happy reading guys❤

REVISI✔
040918

____

Langkah demi langkah aku jalani, menuju sekolah di pagi yang cerah ini. Entah kerasukan hantu apa, sampai aku ingin lebih memperhatikan penampilanku hari ini.

Aku ikat separuh rambut pendek ini ke atas, memakai bedak bayi lebih rata dan tebal sedikit lagi berharap tahan sampai pulang sekolah nanti, aku pertimbangkan lagi atas saran Anya untuk membeli bedak lebih awet dari bedak bayi dan menyemir sneakers hitam usang ini agar lebih layak untuk dipandang.

Bersenandung menikmati sisi jalan. Melihat, merasakan, menikmati suasana di sekitar.

Dengan langkah ringan, aku periksa jam tanganku masih menujukan pukul 6.10, tentu jauh dari kata terlambat.

Aku hirup udara segar pagi ini, beruntung masih terhindar dari cemaran polusi.

Sampai, langkah ini melambat saat menemukan sosok berjalan cepat tidak jauh dari sampingku, sekarang menjajari langkahku.

Earphone biru melekat pada kedua telinga nya. Dugaanku tentang pandangannya seolah menajam dan berwarna hazel yang langka itu dibenarkan dari sini. Datar dan sempurna menggambarkan pahatan wajahnya. Kedua tangannya dimasukan saku celana berwarna abu-abu itu. Ia tidak menyadari keberadaanku?

Memang aku bukan penyuka fisik seseorang, tapi tak tahu kenapa saat bertemu aku terlalu sering memujinya.

Sial, lagi-lagi penampakan tampan menjadi permasalahan di otakku, sebenarnya tidak ingin aku ungkapkan.

Lamat aku menengoknya menamatkan dari bawah sampai atas. Masih ada sisa keheranan ini, kenapa bisa ada kembaran muncul di cowok yang aku sukai?

"Apa?"

Suara itu, kenapa? Mirip sekali. Bukan mirip lagi tapi ini sama, terdengar beda suaranya hari kemarin. Apa ini Gamal? Bukan-bukan, ini Gamal versi lainlah! Siapa lagi yang aku maksud bila bukan Gael, aku tahu kalian juga mendukanya.

Aku mengeleng menengok ke arah lain, Gael kembali ke depan.

Dan kami berjalan beriringan.

Konyol, ia juga ikut terheran ternyata bisa aku tangkap dari pandangannya padaku.

Tak ada yang membuka pembicaraan di antara kami. Ada satu hal yang baruku sadari, kurasa aku dan Gael itu sejenis.
Sama-sama jenius di lihat dari tanya jawab kemarin, pendiam dan pengamat segalanya.

Atau tidak dalam konteks pengamat segalanya pada Gael. Ia tanpa peduli bersungut kaku ke depan, seperti membiarkan kami berjalan beriringan sudah dekat dengan sekolahan.

Di lain arah, tepatnya dari belakang. Tanpa kami sadari, sepeda gunung hitam itu di kayuh pelan oleh sang pemilik membidik ke arah kami, menyamai langkah dan berhenti di depan kami.

Melepas tudung hodie hitamnya menampilkan wajahnya masam, kurasa.

Secara tidak langsung menunjukan earphone hitamnya yang sama bentuknya dengan milik Gael bertengger di telinganya.

Berucap dengan nada terkesan kesal. "Bawa sepeda gue!" Gamal memberikan sepedanya ke arah Gael dengan melepas satu tangannya dari stir.

Gael tidak menjawab.

Dengan ekspresi kesal, mengeras Gamal berkata. "Bawa aja goblok!"

"Gak!" Gael membalas dengan wajah datarnya, sedatar tembok.

"Bawa!"

"Telat!"

"Biarin! cepatan bawa!!"

"Gak!!"

"Pakai aja sana!"

"Gak!!!"

"Bawa!!!!!"

"Gk!"

Oke, sekarang baru pertama kali ini aku melihat sepasang kembaran mulai perang. Apa yang harus aku lakukan?

Aku pun diam-diam berjalan duluan, memberikan waktu untuk mereka walaupun ini bisa jadi kesempatan langkaku, untuk memperhatikan Gamal. Tapi ini tidak tepat.

Belum ada dua langkah aku berjalan. Gamal melempar sepedanya mengancam adiknya menerima.

Duak!

Tapi kenyataannya tidak ... Gael tidak menangkapnya.

Gael malah meninggalkannya.

Meninggalkan sepeda Gamal tersungkur malang.

Harap-harap cemas kutoleh ke belakang, guratan wajah Gamal mengancam marah.

Tanpa kuduga.

Tanpa kurasa.

Tanpa teramal olehku.

Gael menarik tangan kananku tegas. Berjalan meninggalkan Gamal. Aku celingak-celinguk bingung di balas tatapan Gael dingin menjurus ke depan.

Saat dekat gerbang sekolah aku pikir Gael akan melepas genggaman ini. Kenyataannya salah, ia malah mengeratkan tangan kami. Rata-rata yang berjalan masuk ke gerbang melihat kami terheran dan berbisik. Tapi jauh dari tentang aku di tarik olehnya. Lebih mengagumi ketampanan Gael lah menjadi pusat perhatian. Pujian dan membandingkan antara Gamal sebagai kembaran itu yang aku dengar. Aku pelototi sebal Gael masih dingin itu. APA yang ia pikirkan! sampai menarikku segela seperti ini!

Merasa bodoh rasanya. Kenapa tadi aku biarkan Gael menarikku meninggalkan Gamal?!

____

(260518)-publish

Serendipity✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang