Tentang segala rasa yang sampai detik ini aku ungkapkan.
Mungkin satu rasa ini menjadi penutup ungkapanku selama ini.
- tertanda Dyra Gabriella
(punya nama panggilan Dyra, kini berubah menjadi Gabriel, diambil dari nama tengahnya)REVISI✔
060918-done.
____"Gabriel, lo mau gak jadi pacar Gamal?"
Aku mengaduk secangkir teh hangat rasa greantea ini, terpaku menatapnya. Tiba-tiba mata ini terasa memanas, sesak, air mata sudah menumpuk di pelupuk mata, rasanya ingin menangis, tapi aku tahan dengan senyuman tulusku. Cukup mengejutkan momen yang aku tunggu telah tiba.
Tak ada lagi yang lebih memanggilku Ra, dari pada Dyr, oleh kebanyakan orang.
Tak ada lagi iris mata hitam, sayu memandangku.
Tak ada lagi harapan dare, yang kuharap bertahan sampai sekarang.
Semua seolah hampir lenyap, oleh masa lalu yang belum begitu jauh.
Meninggalkan iris mata berwarna hazel di kedua mata cowok yang aku sukai selama ini. Namun tetap akan ada kehangatannya.
Kini, duduk berhadapan denganku.
Sore ini akhirnya turun hujan.
Hujan yang berakhir menjadi rintikan.
Rintikan yang menyembunyikan warna jingga mega indah di kala biasanya.
Suara musik berdengung di tempat ini. Menghiasi suasana hati kami.
Lagu Teman Bahagia tengah di putar, mengingatkan masa lalu kami.
Di temani teh rasa greentea kesukaanku sampai saat ini.
Duduk berdua saling memandang dengannya di cafe ini.
Gamal,
Kupandang lekat cowok itu, detik lalu menarik tanganku, menggenggam erat sekarang. Ia menyengir ada semburat malu di wajahnya. Aku anggukan kepalaku yakin dan membalas. "Gabriel mau jadi pacar Gamal."
Gamal sontak menghembuskan nafas lega. Tak dapat ia sembunyikan raut bahagianya. Lalu ia menyengir.
Cengiran yang tak pernah hilang oleh waktu. Aku tertawa dengan semu merah di pipiku.
Meskipun kami tak sering bertemu seperti dulu. Tetap tetangga beda Kompleks, tentu dapat saling mengunjungi. Tapi tak dapat lagi di Sekolah. Bibi memintanya homesholling sebagai jalan terbaik untuknya.
Bahkan aku fikir mungkin, ini bukan waktu yang tepat untuk resmi menjalin rasa. Karena esok adalah hari ujian kelulusan. Tentu kami akan gencar mengatur waktu lagi.
Belajar. Masuk universitas yang kami pilih.
Lupakan sebentar untuk itu sekarang. Ingat sekarang adalah momen yang aku dambakan.
Kami saling melempar senyum. Lebih mengeratkan genggaman menjadi kedua tangan bersipuh di meja. Tiba-tiba handphone Gamal berbunyi kembali memecahkan suasana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity✓
Short Story[SELESAI] Kebetulan yang menyenangkan. Saat pemeran pendamping selalu di sisi peran utama. Sudah hukum alam bila pendamping juga punya sisi cerita. Gamaliel Marisco yang tak terlihat dan Dyra Gabriella yang memperhatikannya. (sisi pendek cerita) st...