REVISI✔
050918____
"DORR!!!"
Hampir jantungan rasanya ketika Anya sukses mengagetkanku masuki kelas, setelah melewati pelajaran fisika yang berlangsung di Lap.
"Apaan sih! Nya!!"
"Cie di gituin aja marah." Anya terkikik, mengalungkan tangannya di bahuku.
"Tau ah!" balasku kentus, akhir-akhir ini banyak hal terpampang di luar nalarku selalu menimbulkan kejutan berlebihan. Apalagi di ginikan, memancing aku ingin meledak saja. Menolak rangkulan persahabatannya aku melangkah duluan.
"Dih beneran marah dia."
Aku dengar keluhnya, tapi aku abaikan, langsung masuk kelas di waktu istirahat kedua ini membuat Anya berlari kecil membuntuti.
Melewati bangku depan yang biasanya selalu di duduki tanpa beranjak oleh Gael. Tapi kali ini berbeda, Gael tidak ada di sana. Ah, abaikan saja memangnya ia tidak boleh kemana-mana apa!
Saat menuju bangku, kutangkap Gamal bersiap bermain game dengan para sohibnya. Anya mebisik disisiku. "Dia bakal lupa sama gue beberapa saat atau akan lebih lama dari yang gue kira."
Lalu Anya melemas duduk di bangkunya, aku paham maksudnya saat Brandon ada di sana juga ketawa sarap karena menang game di awal mungkin, tertanda ia sedang mengabaikan Anya.
Terkadang Game memang lebih unggul dari teman, sahabat, doi, pacar dan lain-lain lagi maraknya sekarang.
Ini masalah kecil, Anya yang tidak mau mati kebosanan ini pun mengajakku saat aku menapaki duduk di sampingnya.
"Main game yuk?"
Aku yang sibuk berfikir mencari ide untuk Gamal dan Gael. Ide tentang membuat mereka dekat layaknya saudara kembar itu yang terlintas terus akhir-akhir ini, karena aku merasa tepatku sekarang mengetahui kesalah pahaman antara mereka. menjawab malas ajakan Anya, "Game? Kayak mereka? Ogah."
"Bukan!! Kalo kayak mereka, gue juga ogah kali. Aha, Trurt or dare aja, gimana?"
Mendengar game itu memunculkan sebuah imajiasi bolam lampu secepat kilat keluar dari kepalaku, Ide fantastis! Semoga ini berhasil.
"Oke."
"Fix!"
"Kayaknya gak seru kalo hanya kita berdua yang main," singgungku berharap Brandon di seret ke sini sebagai umpan, Gamal target dan satu orang terselubung akan aku ajak juga sebagai target kedua. Aku tahu kalian sudah menebak!
Untuk kurun waktu ini. Apa aku bisa melupakan sikapku yang irit bicara demi ide ini? Malas juga bila harus menggerakan mulut terlalu banyak, hanya membuang energi saja.
Tidak banyak bicara adalah aku. Aku yang seakan lebih mengikuti alur layaknya peran pendamping di kehidupan temanku. Mungkin ini saatnya aku harus berubah sedikit. Tapi ... entahlah.
"Lah, siapa lagi? Yang lain pada sibuk sendiri."
Dengan cepat aku sahut, "Pacar lo ajak aja. Sohibnya juga biar rame, sekali-kali mereka harus ninggalin game-nya."
Beruntung, wajah penuh persetujuan Anya mengaguk cepat, bangkit. "Lo bener banget Dyr!! Bentar."
Aku lihat gerak-gerik Anya di sana mengajak Brandon dan lain-lain. Bahkan dapat aku saksikan Anya memaki bila mereka harus bermain hal yang lain. Berhasil juga kedok omelan Anya, memang tidak semua ikut bermain tapi ini bagus, tidak banyak yang akan menyaksikan nanti.
Brandon, Gamal dan dua teman kami.
Aku amati bangku Gael, ia belum kembali.Gamal duduk di depanku tersenyum seperti biasa menyapa dan di saat bersamaan aku dapati Gael masuk kelas.
"Gael!" panggilku sontak satu kelas menengok ke arahku. Apa semuanya bernama Gael? Apa pekikanku terdengar aneh? Aku terkejut kesekian kalinya, lama-lama aku bisa jantungan beneran.
Pertama aku menetralkan wajahku. Gamal sampai terlonjak pelan memandangku, mengangkat alisnya.
"Oh! Talia!! main game truth or dare bareng yuk!" Talia sibuk menyalin tugas, menutupi nilai kurangnya menunjuk dirinya sendiri tidak menyangka setelah membenarkan kacamatanya yang sudah melorot.
"Iya, Ayo main game!" pekikku bersemangat. Walaupun ada rasa ragu, sedikit takut Gael akan mengabaikanku dengan sikap es batu-batu plusnya itu.
Di luar nalar buruku, Gael tidak menjawab tapi ia berjalan ke arah kami berkumpul , duduk di samping Gamal tanpa ekspresi.
"Woh bagus ini!! Akhirnya gue bisa lihat si kembar duduk berdampingan." Brandon sumrigah.
Talia juga menyusul. Masalah hampir datang saat semua temanku perempuan ingin bergabung karena ada Gael, ia sudah termasuk cowok populer sekarang.
Beruntung Brandon menghalangi semua nya, "Bah, pergi-pergi udah cukup nih yang main."
Baik, game ini di mulai.
Saat ini aku balas tatapan Gamal mengecut dengan senyuman saat satu orang terselubung gabung bersama kami semua.
____
(050718)-publish
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity✓
Short Story[SELESAI] Kebetulan yang menyenangkan. Saat pemeran pendamping selalu di sisi peran utama. Sudah hukum alam bila pendamping juga punya sisi cerita. Gamaliel Marisco yang tak terlihat dan Dyra Gabriella yang memperhatikannya. (sisi pendek cerita) st...