18. Di pilih

85 13 0
                                    

REVISI✔
050918

____

Pelajaran di musim kemarau adalah posisi waktu memberi suasana pelajaran yang tidak nyaman. Apalagi waktu semakin cepat berlalu mendekati hari berbagai ujian kelulusan menunggu, mengharuskan semua fokus ketika belajar.

Memaksa seluruh penduduk kelas harus extra menepis rasa gerah, kipas angin terpasang di atap pun dianggap tidak ampuh, satu-satunya cara terbaik dilakukan adalah mengipaskan diri menggunakan lembaran kertas, bekas juga bisa, ditebalkan juga bisa, asalkan bisa mengusir rasa gerah.

Di tengah jam pelajaran detik ini. Aku sebagaimana biasanya, tetap fokus ke pelajaran dan juga ikut mengipas ringan.

Kulembarkan pandanganku menyeluruh. Semua sudah hancur pertahanan mengikuti pelajaran Biologi ini, rata-rata berkedok pura-pura memperhatikan dengan pandangan lesu.

Hanya satu yang sama denganku, Gael. Ia tetap memperhatikan pelajaran begitu serius, tanpa kipas-mengipas, menambah nilai kharismanya. Luka fisik saat ia berkelahi di belakang sekolah sudah sembuh, tak ada.

Brandon terdengar berdalih mengeluh lirih tapi tetap juga terdengar sampai depan, diikuti Anya ikut mengeluh sedikit pula.

Gamal malah terlihat lucu dan manis, ia menyigap rambut komanya kebelakang berantakan, kulitnya sudah mengkilap kusam, mengipas kumpulan kertasnya kencang-kencang, mulut merapat tanpa keluhan.

"Kapan ini akan berakhir? Gue pengen istirahat ke dua, minum esteh Bu Yeyen pasti seger banget. Ya, gak Dyr?" Anya  memintaku membanyangkan apa yang ia utarakan.

Aku hanya mengaguk walaupun sebetulnya sama sekali tidak berminat terbayang ataupun ingin minum esteh.

Pak Habib, guru biologi kami yang mengajuk paham gelagat kami saat ini, Akhirnya beliau memberi tugas jangka panjang.

Tugas. Kelompok. Sebagai penutup pelajaran menuju jam istirahat ke dua.

"Melihat situasi saat ini dan jam yang sudah habis. Saya akan memberikan tugas, lihat lembaran yang baru saya bagikan tadi. Itu dikerjakan secara berkelompok." Pak Habib menengok menyeluruh. "Anggota kelompok saya tentukan ... Gamaliel bersama Anya ... Brandon bersama Talia ... Gaeliel dengan Dyra..,"

Aku dengan Gael. Kenapa tidak dengan Gamal?

Bagaimana Aku bisa mengerjakan dengan Gael? Masksudku bagaimana cara kami berkomunikasi?

Aku yakin, sekarang mungkin saatnya aku harus mengalah berbicara duluan kepadanya. Gael terlalu dingin, datar, semakin lama aku pandang ragu ia sama sekali tak menoleh kepadaku untuk memastikan akan anggota kelompoknya.

TETTTT! TETTT!

Saat Istirahat kedua telah tiba. Penduduk kelas menyurut seketika, hanya menyisakan beberapa orang di kelas termasuk aku dan Gael. Tanpa Gamal yang aku dengar ikut tergoda minum esteh bu Yeyen bersama Brandon, Anya dan lainnya.

Mengela nafas  gusar kulangkahkan keluar bangku menuju depan mencoba mengiklaskan diri.

"El?"

Gael sibuk mengerjakan sesuatu tanpa penat, sampaiku pikir jahat mungkin ini kedok menutupi perkelahiannya atau memang ini jati diri sikapnya. Ia menengadah menanggapi panggilanku.

"Tugas.."

Menunduk sibuk memindah halaman buku, "Besuk, di rumah gue jam 3."

Teebengong detik ini aku lakukan.

Sudah kuduga ini akan sulit.

"O..ke." aku pun kembali ke bangku dengan rasa kalah bicara. Padahal di kelas aku terkenal jauh gak banyak bicara. Lupakan! Ia sungguh menyebalkan.

Tenggorokanku terasa mengering sekarang. Rasa haus tiba-tiba menjalar, jadi teringat banyangan Es teh Bu Yeyen yang menyegarkan. Apa aku boleh menyusul Gamal, Anya dan si sinting Brandon?

____

(270618)-publish

Serendipity✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang