REVISI✔
060918____
Kuamati deretan minuman bermerek berbeda dengan berbagai rasa di lemari pendingin Supermarket ini. Tidak perlu waktu lama akhirnya aku temukan yang aku cari-cari.
Minuman yang di belikan Gael saat jooging, rasa green tea membekas di lidah, sampai ingin meminumnya lagi.
Setelah pulang sekolah cuaca terik di siang hari. Semakin menambah rasa haus, tanpa berganti baju ataupun pulang, langsung menuju Supermarket Kompleks.
Sekelebat ingatanku muncul tentang tadi, tentang dimana aku mengikuti Gael berjalan keluar kelas sendirian, memang itu hal biasa, sampai hal itu berubah ketika rasa penasaran memaksa mengikutinya.
Dari jauh dan sampai di tempat sama aku memergokinya dulu berkelahi dengan murid sekolah lain. Seperti biasa di depan Gudang belakang sekolah itu sepi. Hanya ada Gael di sana, aku yakin itu karena penduduk murid nakal di sekolah ini lebih nyaman bermarkas di warung tidak jauh dari sisi sekolah.
Hanya bisa bersembunyi di balik tembok rapuh ini, teringat rasanya debaran takutku akan perkelahian itu, saat beberapa kali mengintip dengan hati-hati tanpa ketahuan.
Kuamati ia merokok lagi. Duduk di tumpukan kursi rusak. Menghisap dan mengepulkan asap keluar dari bibirnya pelan. Seperti menikmati setiap detik waktu ini. Tatapan yang menajam yang terus terlihat ada padanya langsung mengosong begitu saja.
Apa ia tidak takut ketahuan? Oleh murid lain, guru, satpam, fansnya? Sayangnya tempat ini menjabat sebagai tempat paling mengerikan di sekolah. Sibuk dengan anggan berbagai macam tentangnya.
"Sampai kapan lo ngintilin gue?" Buka suara darinya itu membuatku sadar itu sangat tertuju padaku.
Calon adik ipar sangat peka ternyata. Tentu aku menunjukan diri ke depan. Membiarkan deburan angin pagi menuju siang meniup rambut pendekku semakin berantakan.
Mendekat dan duduk di sampingnya. Mengamati manik kosongnya tanpa balasan. Terulang lagi kejadian sama di rumahnya.
"Apa dare ini bertujuan buat gue?" tanya Gael to the point. Tentu aku peka akan itu.
Aku menggelengkan kepala. Ia langsung memandangku. "Ini. buat. lo. berdua," balasku menekan kata demi kata.
Gael tidak menghisap rokoknya. Tiba-tiba menjatuhkan rokoknya dan menginjak menggilas rokok itu tidak tersisa. Menghela nafas tenang, "Apa lo suka Gamal?"
"Apa lo suka Gamal?"
"Apa lo suka Gamal?"
Ah! Pertanyaan itu seakan menohok itu terngiang terus difikira. Kutenguk semakin banyak minuman kaleng green tea enak ini. Di depan Supermarket, menuju pulang adalah tujuanku sekarang.
Biasanya aku dengan dua sahabat. Pemilik suara mengiang di kepalaku, Gael ia pulang duluan tadi dan Gamal sibuk dengan extra volly-nya, ternyata akan ada turnamen.
Hanya ada aku dan sebotol kaleng baru kosong di genggaman.
Atau tidak,
Ada seorang cowok berambut gondrong berseragam putih putih abu-abu sama sepertiku dan penampilannya super berantakan. Membuatku tidak yakin bila ia seorang pelajar. Tapi ...
Menyadari aku memperhatikannya. Ia sibuk bermain handphonenya, membalas tatapanku malah mendekat lamban.
Mengamati balik mengerakan bola matanya dari bawah sampai atas ke arahku. Tanpa permisi, "Kayaknya gue pernah lihat lo..." lalu cepat ia teringat. "oh apa lo inciran Gael sekarang? ya! Kenapa lo ngintipin saat kami melakukan tradisi salam kangen?"
Tidak mengerti. Tapi tak butuh lama aku memahami maksudnya. Apa! Saling memaki dan berkelahi dibilang tradisi salam kangen? Oh, sulit dipercaya, murid sekolah lain yang kabur lewat pagar belakang, ternyata.
"Lo gak percaya?"
Apa ia bisa membaca pikiran?
"Kami bersahabat dengan baik lo dan dia pindah menjadi sok alim tanpa dosa! Tapi syukurlah kami semakin akrab sekarang," tambahnya tertawa renyah.
Dia mendengus kesal, "Jangan kebanyakan soudzon sama gue, kenalin gue Harry ...." ia hendak mengajakku bersalaman, tentu tak mau aku terima. Ia menampik tangannya sendiri.
Melirik nametag di seragamku, "Dyra Gabriella...," berhenti menimang sesuatu. "Gak gue gak nyangka selera Gael turun drastis..," decaknya pelan, "Tapi gue cukup tertarik sama lo. Oke, sampai bertemu lagi Dyra!" Ia balik pergi.
Cukup!
Tidak memberiku ruang menjawab maupun bertanya. Cowok aneh itu bernama Harry pergi begitu saja, menjelaskan tanpa kuminta, sok tau, merendahkanku, lalu merayuku. Ia membuat moodku memburuk. ASTAGA..
Apa maksudnya? CIH. Tapi sekarang aku di rundung antara percaya perkataannya
atau bisa tidak percaya sama sekali. Ku gerlingkan tatapanku melengang pergi ke arah berlawanan.____
(240718 )

KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity✓
Short Story[SELESAI] Kebetulan yang menyenangkan. Saat pemeran pendamping selalu di sisi peran utama. Sudah hukum alam bila pendamping juga punya sisi cerita. Gamaliel Marisco yang tak terlihat dan Dyra Gabriella yang memperhatikannya. (sisi pendek cerita) st...