27. Pengakuan

57 10 0
                                    

REVISI✔
060918

____

Mentraktir es krim sepasang kembaran yang duduk menggapitku sama sekali bukan hal yang memberatkan. Tentu saja malah aku senang.

Kami pulang sekolah seperti biasa berjalan bersama, namun kali ini aku giring mereka menuju Supermarket. Hari yang panas waktu yang tepat untuk meminum es krim, kedua sahabat kembar ini pun setuju. Walaupun di lubuk hati terdalam aku lebih ingin minuman kaleng green tea yang jadi favoritku.

Tadi saat memilih es krim Gamal memilih rasa mocca, Gael coklat, dan aku vanila. Saat aku menarik es krim mereka untuk di bayar pun mereka awalnya menolak ingin membayar sendiri, bahkan aku terancam dibayarkan. Tapi dengan tegas ku sampaikan. Bila secara gamblang pemimpin team persahabatan ini lwbih berwenang. Ingat dare oke! dan mereka berakhir menganguk setengah hati.

Saat menarik es krim tadi ekspresi mereka justru lebih seperti wajah anak-anakku dari pada calon masa depan atau adik ipar. Keduanya terlihat polos ditambah manis saat merasa tidak iklas.

"Nih!" sengaja aku tukar es krim pilihan mereka, memancing apa yang akan terjadi. Lalu kubuka dan comot es krim vanila kesukaan ini membuang muka.

Gamal awalnya bingung akan ide terselubung ini akhirnya saar juga membuka kemasan es krim coklat milik Gael.

Belum selesai sampai lidah Gamal, Gael dengan datar mengkonfirmasi, "Ketukar."

Satu kata yang jelas menohok. Gael memberikan es krim mocca berharap ditukar sang kakak.

"Tiba-tiba gue pengen rasa coklat, jilat itu aja!" balas Gamal dengan wajah meledek melanjutkan gerakan hendak mencomot es krim.

Gael mulai terganggu sekarang. Baik, ini konyol. Ia tetap stay membidik Gamal seakan meledak.

"Apa? Makan aja!" Gamal menyadari tatapan sinis adiknya.

Gael membuka kemasan mocca yang mulai mencair pasrah. Belum tahu apa ada rencana lagi dari Gamal, aku cukup mencuri pandang akan tingkah keduanya.

Tiba-tiba di tengah keheningan melanda ini berakhir, saat Gamal bangkit pindah memyela diantara aku dan Gael.

"Duduk di sana terlalu luas gue mau di tengah aja," celetuk Gamal denga dangkal dan begitu egois terpampang di wajahnya.

Aku bingung, tentu bungkam saja. Tragedi tak terduga itupun terjadi, Gamal entah sengaja atau tidak ia menyikut siku Gael membuat es krim mocca-nya jatuh tak tertolong.

Gael menggeram kesal dengan dingin menunggu detik kemudian mungkin benar-benar meledak.

"Apa? Jangan mentang-mantang elo jadi adik gue ... elo sok manis makan es krim di sini! Lo harus tau, cukup gue yang manis! elo cukup tepat di posisi sok ganteng di depan para cewek. " Aku melongo, tidak menyangka Gamal akan berkata hal sepedas dan setepat itu.

Iya memang, Gael seperti menyaingi fisik Gamal, tapi Gamal terlalu frontal tidak terima, itu terdengar lucu. Yang aku lakukan hanya menahan tawa agar tidak menyembur.

Tapi raut wajah Gael berubah melunak, mungkin karena sebutan adik yang di akui Gamal untuknya? Raut wajahnya dapat mengutarakannya. Ia pun tidak membalas, bangkit masuk ke Supermarket, mungkin ia akan beli es krim agi.

Aku dan Gamal mengamatinya.

Dan Gamal berbalik menggaruk teguknya menghadapku menyengir, "Gimana?"

"Apanya?" entah tawaku menyembur akhirnya, terkekeh karena sudah tak tahan.

"Gue gak tahu ... yang gue lakuin ini benar atau salah, Ra." Gamal ikut tekikik.

Dengan menimang-nimang aku tetap menikmati es krim-ku, "Itu masih terlalu kasar," ringisku jujur.

"Sangat tidak adil bila gue tiba-tiba nerima dia dengan mudah ... gue cuman ngasih ruang percaya sama dia,"

Aku menyorotkan pandanganku bila memahami posisinya.

"Ra?"

"Hm."

"Besuk jalan yuk, ke mall?"

Apa?

Akhirnya, Jalan? Nge-date maksudnya? Aku mengedipkan mataku berkali-kali mencerna ajakannya memastikan bila sesuai ekspetasiku.

Gamal mengulurkan lehernya maju kearahku. Menatapku dengan intens menelusur di setiap inchi wajahku sampai membuat rasanya beku seketika.

"O..ke," jawabku terbata.

Tidak perlu hitungan detik ia menjauh mencomot terakhir es krim coklat itu, "Sip! Elo ya Ra, yang harus ajak Gael, gue ogah ngomongnya sama dia," pesannya.

Keraguanku tadi terbukti sudah. Tidak mau terlarut menyesali simpulan bodohku. Aku tetap menganguk bersemangat.

Teruntuk Gamal dan Gael bagiku lebih penting sekarang, dari pada hubungan asmaraku bersama Gamal. Kencan bertiga kenapa tidak?

____

(290718)-publish

Serendipity✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang