Hari berlalu dengan cepat, dan ini merupakan hari terakhirmu berlibur.
Kamu berniat untuk menghabiskan waktumu di hotel, tapi ini belum subuh dan Dyo sudah menyeretmu masuk ke kamar mandi.
"Mau kemana sih ah elah."
Dyo berdecak, "gak usah banyak protes. Cepet mandi."
"Kemana dulu?!"
"Jangan bawel!"
"Ih."
"15 menit belum siap juga, gue yang pakein lo baju!"
"Sinting." kamu menggerutu dan mengumpat dalam hati akan sikap Dyo.
Dasar Manusia Es.
🥀
"Yo capek banget gak kuat, huhu."
Dyo menghela napas, dia berlutut dihadapanmu.
"Cie gentle man," kamu mencolek punggungnya lalu menumpukan tubuhmu disana, "gendong yang bener ya."
"Berisik."
Sejujurnya kamu tidak tahu Dyo ingin membawamu kemana. Matahari belum muncul, hanya semburat kemerahan yang sudah terlukis di ufuk timur.
Sedangkan kamu dan Dyo sudah menyebrang ke pulau kecil ini, sekarang pun kamu juga Dyo berada di deretan anak tangga yang mengarah ke sebuah bukit.
"Capek gak?"
Kamu menyandarkan dagumu di bahu kiri Dyo sembari mengusap peluh yang meluncur bebas dari dahinya.
"Lo berat,"
Kamu berdecak, "yaudah turunin aja deh ah gue jalan sendiri."
"Udah diem. Nanti kaki lo sakit," Dyo sedikit membenarkan posisimu, "gue juga yang khawatir."
"Huu dasar."
Sekitar 20 menit kemudian, kamu dan Dyo berhasil sampai di puncak. Kamu turun dari gendongan Dyo dan melangkah kehadapannya.
Kamu tertawa saat melihat keringat Dyo yang mengalir cukup banyak, selelah itu?
"Aduh, anak siapa ini keringetan? Hm? Kasian, sini tante lap in."
Dyo ikut tertawa dan menyentil dahimu pelan, "tante nya berat, aku capek."
"Utututuuu kasiaaan, peluk mau peluk?"
"Apaan sih ah, lepek nih gue."
Kamu tersenyum dan memeluk Dyo sekilas, "baik banget udah gendong-gendong huhu. Sahabat aku sayaaang."
Dyo hanya tersenyum dan menepuk bahu serta kepalamu lembut. Beberapa detik kemudian dia menjauhkan tubuhmu dan memutarnya menghadap timur.
"Surprise," dia berbisik dan kamu masih belum bisa menyembunyikan ekspresi terkejut bercampur kagum milikmu.
"Oh my, Dyo... This is so, beautiful."
"I know right. Gimana? Gak sia-sia kan bangun pagi?"
Kamu mengangguk semangat lalu mengambil ponselmu untuk mengabadikan momen ini. Hanya memotretnya beberapa kali lalu kembali memasukkan ponselmu ke saku.
"Tumben? Biasanya heboh," Dyo mengernyit heran.
Kamu menoleh, "nggak ah. Ini mah lagi menikmati waktu bersama orang tersayang. Hehe."
"Cie sayang gue."
Kamu berdecak, "gak jadi deh. Besar kepala lo mah digituin."
Dyo tertawa lalu memeluk bahumu dari belakang, "ngambekan. Gue juga sayang kok."
Kamu menoleh sedikit, "sama gue?"
"Sama Mama, ahahaha."
"Sialan."
Dyo mencubit bibirmu, "hus, kasar ya omongannya. Gak suka gue."
Kamu berdecak malas dan terus mengumpat pada Dyo, pelan.
"Ngomong kasar terus gue lempar ke laut nih?!"
"Jahat. Aduin Mama."
"Makanya jangan ngomong kasar. Cantik-cantik mulutnya gak bagus,"
Kamu hanya bisa menggerutu dalam hati. Terkadang ucapan Dyo itu menusuk. Walau terkandung fakta didalamnya.
"Abis ini kemana?" tanyamu ketus.
"Makan? Mau es krim?"
"Beliin?"
"Beli apa yang lo mau."
"Sayang Dyo!"
Secepat itu kamu marah dan memaafkan. Karena pada dasarnya, kamu tidak akan bisa marah lama-lama pada Dyo.
🥀
Ini bukan luar negeri. Ini Indonesia:)
📍 location : Pulau Padar, Nusa Tenggara Timur
🥀
Happy reading Penguins!🐧♥
Husband Series - Maret 2018
-muffinpororo
KAMU SEDANG MEMBACA
[Husband Series] | Do Kyung Soo
FanfictionKebayang gak kalo seorang Do Kyung Soo jadi suami kamu? 🥀 Start : 1 Mei 2018 Finish : 4 November 2018 🥀 Welcome to Husband Series Exo Version! #4 ♥