In Your Arms

23K 3K 333
                                    

Kira-kira nih, siapa yang bakal nikah duluan? Suho atau Dyo?

"Dyo pulang."

Kamu masih berada digendongan Dyo bahkan saat lelaki itu melangkah kedalam rumahnya. Kepalamu masih terasa pusing, dan tubuhmu benar-benar lemas.

Dyo menghampiri Ibunya yang berada di dapur, sepertinya menyiapkan sajian berbuka puasa.

"Mom," panggil Dyo pelan.

Mom berbalik dan terkejut saat melihatmu yang berada dalam gendongan anak lelakinya.

"Kenapa (Y/n)?"

Dyo sedikit membenarkan posisimu,  "sakit dia, mimisan tadi. Nginep disini dulu ya?"

Mom mengangguk, "yaudah sana ke kamar, jangan diapa-apain lho."

Dyo memutar bola matanya, "Mom dia juga lagi sakit. Bisa aku apain emang?"

Setelahnya Dyo meninggalkan dapur dan menuju kamarnya. Kamu sedikit melenguh lalu mulai membuka matamu perlahan.

"Yo..." lirihmu dengan suara serak.

"Hm? Ini udah mau sampe kamar, sebentar ya," ujarnya lembut.

Dyo membuka pintu kamarnya dengan susah payah. Dengan perlahan dia masuk dan merebahkanmu diatas tempat tidurnya.

"Mau ganti baju?" tanya Dyo sembari mengusap keningmu.

Kamu mengangguk dengan mata yang kembali terpejam. Maka Dyo membuka lemarinya dan mengambil sweater hitam miliknya juga celana pendekmu yang memang sengaja ditinggal dilemari Dyo.

"Bangun dulu," Dyo mengusap lenganmu lembut, "ganti baju terus cuci mukanya. Mau minum?"

Kamu menggeleng, "kan masih puasa. Sebentar lagi juga buka, kan?"

"Bener? Yaudah ganti baju aja nih," Dyo menyerahkan sepasang pakaian padamu, "kuat berdiri gak? Kalo nggak sambil duduk aja di closet oke? Gue mandi di kamar mandi luar."

Setelah berkata demikian, Dyo turut mengambil satu setel pakaian dari lemarinya dan keluar kamar untuk mandi.

Kamu mengganti bajumu perlahan-lahan. Posisimu juga masih tetap duduk, pandanganmu yang sempat berputar kini sudah sedikit membaik. Kamu mencoba untuk berpijak dan berpegangan pada sisi wastafel, membuka keran air lalu membasuh wajahmu.

Segar sekali rasanya. Kamu ingin mandi, tapi keadaan sepertinya tidak memungkinkan. Jadi setelah selesai dengan kegiatanmu, kamu kembali berbaring di ranjang Dyo dan menarik selimut tebal miliknya.

Lima belas menit kemudian, Dyo yang sudah selesai mandi masuk kedalam kamarnya dan menemukan kamu sudah terlelap. Senyum mengembang di wajahnya, dengan perlahan dia mendekat dan ikut membaringkan tubuhnya disebelah tubuhmu.

"Si manja. Kebiasaan kalo sakit nangis, minta dipeluk. Gimana kalo nanti lo punya pacar? Masih mau meluk gue?"

Dyo merapikan helaian rambutmu yang menutupi wajah lalu menepuk kepalamu lembut.

"Jangan punya pacar dulu deh lo nya, manja aja terus sama gue. Ya?" ujarnya lalu terlelap sembari mengenggam tanganmu.

🥀

Pintu kamar Dyo terbuka sedikit dan seorang wanita paruh baya mengintip, melihat situasi di dalam.

Senyumnya terkembang sempurna saat melihat pemandangan di hadapannya. Kamu yang tertidur membelakangi Dyo dan Dyo memeluk tubuhmu. Jadi teringat saat kecil, kalian sering tidur berdua.

Dengan langkah perlahan, Mom mendekat kearahmu dan Dyo. Dia mengusap kepala mu juga lengan Dyo lembut, mencoba membuat kalian terbangun.

"(Y/n), Dyo, bangun yuk? Ini udah mau maghrib," ujar Mom lembut.

Dyo mengerjap dan menoleh kearah asal suara, "jam berapa Mom?"

"Setengah enam, ayo bangun."

Dyo mengeratkan pelukannya sebelum menepuk lenganmu, "(Y/n) bangun."

Kamu hanya melenguh lalu memutar posisimu menghadap Dyo, menaikkan sebelah kakimu diatas pinggangnya.

"Heh bangun," ujar Dyo sembari mencubit pipimu pelan, "gak bangun gue siram ya?"

Mom tertawa dan mengusak rambut Dyo, "Mom tunggu di meja makan, jangan lama-lama."

Seperginya Mom, Dyo kembali memainkan pipimu–kini dua-duanya menjadi sasaran tangan jahilnya.

Kamu merasa terganggu hingga akhirnya berdecak dan menepis tangan Dyo yang berada di wajahmu.

"Berisik ih!"

Dyo mengangkat sebelah alisnya kemudian tertawa kecil, "bangun heh! Udah mau maghrib!"

Kamu membuka mata perlahan sebelum mengerjap beberapa kali, "jam berapa?"

"Kata Mom setengah enam, ayo bangun. Mendingan?"

Kamu menggeleng lemah, "pusing masih, gak kuat jalan."

Dyo mengusap kepalamu lembut, "iya nanti di gendong lagi, bangun dulu."

Lelaki itu duduk lebih dulu dan menarikmu untuk ikut duduk, karena masih lemas jadi kamu menyandarkan dahimu dibahunya.

"Kalo sakit, lari ke gue ya? Gue peluk sampe sembuh."

Kamu tersenyum, "setiap gue sakit pasti ke lo kan? Semoga aja kalo gue pergi jauh baliknya ke lo lagi. Ke pelukan lo lagi," ujarmu lalu menyamankan posisimu.

"Koala," ujar Dyo pelan.

Kamu mendongak seketika, "apa?"

"Lo kayak koala kalo lagi sakit. Tidur, nempel, nyender."

Kamu mencebik, "gak ikhlas ya lo gue tempelin terus? Dulu si kucing nempel lo b aja. Pilih kasih!"

Dyo mencubit dagumu, "Caitlyn gak pernah nyender-nyender, peluk aja gak pernah. Paling jauh cuma pegangan tangan."

Kamu membelalakan matamu, "serius? Berarti aku spesial ya? Hehehehehhe, sini tante peluk."

"Najis ih tante. Gila ya lo?"

"MOM DYO NGOMONG KASAR!"

"IH! Yaudah iya sini aku mau dipeluk tante!"

Kamu tertawa sebelum memeluk leher Dyo erat, "sekarang gendong, cepeeet!"

"Dasar tante koala."

"Aduin Mom nih?!"

"Cih, tukang ngadu."

"Lo juga suka ngadu sama Mama!"

"Biarin! Kan Mama mertua."

"Gak baper, wlee."

"Gak niat bikin baper, wlee."

"Lo kan emang bercanda mulu gak pernah serius makanya gue b aja."

Dyo berdecih lalu menggendong tubuhmu ala piggy back.

"Kalo bener gimana? Mama jadi mertua gue, lo jadi istri gue?"

"MOM DYO NGELAMAR AKU!"

"APASIH GUE CUMA NANYA?!"

🥀

Happy reading Penguins!🐧♥

Husband Series - Maret 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Do Kyung SooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang