Drawing

21K 2.2K 181
                                    

"Papa, no! Aku gak suka gambar jangan paksa aku."

Dyo lantas meletakkan buku gambar serta pensil ke atas meja ruang tengah dan duduk di samping Zara. Tangannya terulur untuk mengusap kepala gadis kecilnya lembut.

"Tapi nilai SBK mu jelek gara-gara gak ngumpulin tugas gambar kan? 3 kali tugas, tiga kali juga gak kamu kerjain."

Zara menghela napas lalu menatap Dyo dengan ekspresi malas. "Pa, aku udah SMA. Masa aku harus gambar pemandangan? Kayak gak ada hal lain yang bisa kugambar aja. Salahin Pak Mingyu, jangan aku!" katanya kesal sebelum menyandarkan tubuhnya pada sofa.

Dyo mengangguk. "Paham. Tapi gak mungkin Pak Mingyu kasih tugas tanpa alesan kan?"

"Terserah, pokoknya Zara gak mau gambar. Mending joget potong bebek angsa di depan kelas daripada gambar," jawabnya lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Dyo di ruang tengah sendirian.

Dyo menatap punggung anak gadisnya. Entah sifat siapa yang menurun pada Zara, yang pasti hal itu membuat Dyo sedikit gemas.

Apa jangan-jangan Zara sedang dalam masa bulanannya? Bisa jadi.

"Loh, Zara gak jadi gambar?"

Dyo mendongak saat kamu berdiri di dekat meja sembari menatap bingung pada buku gambar di atasnya.

"Gak mau katanya, dia lebih milih joget daripada gambar," jawab Dyo disertai kekehan kecil.

Kamu tertawa mendengar alasan Zara yang terdengar cukup berani. Pasalnya, anak itu dikenal memiliki sifat yang tenang—tidak banyak tingkah.

"Persis kamu, gak mau ya gak mau."

Dyo tersenyum lembut. Baru saja dia akan mengatakan sesuatu, suara Zara sudah lebih dulu menginterupsi.

"Papa?"

Yang dipanggil menoleh dengan cepat. "Ya sayang?"

"Maaf... Papa pasti marah sama aku gara-gara—"

"Siapa bilang?" Dyo memotong ucapan Zara. "Papa gak marah, sini duduk lagi."

Melihat Zara melangkah mendekat, kamu turut berjalan menuju mereka berdua dan duduk di samping Zara yang sudah lebih dulu menempati sisi kosong di samping Dyo.

"Maaf ya Pa..."

Dyo menggeleng. "Gak apa-apa, Zara gak salah. Kalo Zara gak suka gambar kan Papa gak bisa maksa. Iya kan?"

Gadis di sampingnya mengangguk. Kamu tersenyum sembari mengusap pelan punggung Zara, mencoba membuatnya nyaman.

"Tapi, tugas itu wajib. Zara pasti paham, udah besar. Mana yang harus jadi prioritas mana yang nggak perlu," ujar Dyo lagi dengan intonasi tenangnya seperti biasa.

"Iya, nanti aku kerjain. Maaf juga tadi aku jadi ngomelin Papa. I'm on my period, so—you know..."

Suamimu mengangguk seraya terkekeh pelan. "I know."

"Jadi? Zara kerjain tugasnya, Mama mau ambil es krim dulu."

Zara menoleh. "Buat aku?"

"Ya buat Mama lah, kamu kalo mau ambil sendiri," jawabmu sembari tertawa geli membuat Dyo dan Zara menatapmu datar.

"Pa, serius deh. Mama jangan sering-sering deket Om Chanyeol, jadi suka ketawa padahal gak lucu."

"Bener juga. Padahal gak ada yang lucu tapi dia ketawa. Kenapa Papa cinta nya sama yang begini ya?"

"Padahal kalo diliat tante Caitlyn—"

"Bagus, omongin aja terus. Jangan cari Mama kalo ada barang yang hilang, cari sendiri sampe ketemu!"

"MAMA!"

"SAYANG!"

🥀

-Selesai-

Serius cerita ini sudah selesai. Thank you so much untuk kalian yang selalu nungguin, selalu komen, vote, dan segala macemnya thank you so much!

Ceritaku gak akan bisa serame ini kalo bukan karena kalian, cie elah wkwk.

Masih ada special part yang entah kapan aku update, gak janji bakal cepet juga.

Sekali lagi makasih banyak!!!!!!

Sekali lagi makasih banyak!!!!!!❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Husband Series] | Do Kyung SooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang