Sweet Morning!

27.9K 2.6K 107
                                    

Yang berharap nc, mohon maaf kawan. Aku bukan sluplier nc:" jadi kalau kecewa ya... Cari ae cerita nc sendiri wkwk aku gak paham bikin nc:")

Tapi ada beberapa part yang mengandung unsur 18+ disini. Tapi lagi, apakah kissing termasuk nc? Yang belum delapan belas, ulang tahun dulu baru boleh baca. Ok? Wkwk.
.
.
.

"Bae? Bangun dulu yuk..."

Kamu menggeliat sesaat sebelum membuka mata dan mengerjap pelan. Mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk dalam retinamu.

"Jam berapa?" kamu mengubah posisimu menghadap kiri.

Dyo menyingkirkan helaian rambut yang hampir menutupi separuh wajahmu dan mengecup keningmu lembut.

"Setengah empat, ayo mandi biar bisa subuhan bareng."

Kamu mengangguk, memejamkan matamu sejenak sebelum maju dan memberikan satu kecupan di bibir Dyo.

"Selamat pagi, suamiku. Ehe, udah cocok jadi istri yang baik belum aku?"

Dyo tertawa, lantas mencubit pipimu gemas. "Kalo kamu udah masakin aku, bebenah rumah, siapin keperluanku, dan segala macemnya baru kamu jadi istri yang baik."

Kamu balas terkekeh pelan, "istri merangkap pembantu ya?"

"Bukan aku yang bilang," Dyo mengangkat kedua bahunya acuh. "Ayo berdiri sayangku, mandi cepetan."

"Iyaaa," kamu bangkit dengan perlahan untuk duduk dan mengikat rambutmu asal. Diam-diam kamu melihat Dyo yang juga melihatmu.

"Apasih?"

Dyo menggeleng, "cantik kamu kalo ngiket rambut asal gitu."

Kamu berdecih pelan, malas menanggapi ucapan Dyo yang terlewat manis walaupun diucapkan dengan ekspresi datar.

Dengan cepat, kamu mengambil baju serta handuk sebelum masuk ke kamar mandi dan memulai ritual mandi subuhmu.

Dyo kini sudah asyik dengan buku ensiklopedia miliknya. Mencoba menghabiskan waktu sembari menunggumu selesai mandi.

Tiga puluh menit kemudian, kamu sudah selesai mandi dan Dyo masih tetap membaca. Tidak sadar akan kehadiranmu di samping kirinya, kamu sengaja menggigit pipi Dyo dengan kuat.

"Aduh! Kamu ngapain sih?!" seru Dyo sembari mengusap pipinya. Beruntung dia tidak melemparkan buku tebal itu ke arahmu.

Mendengarnya berteriak justru membuatmu ingin tertawa. Alhasil kamu tertawa geli hingga membuatnya kesal.

"Cuma iseng," jawabmu asal. "Pipimu kayak roti. Aku laper."

"Alesan. Sengaja mau jailin aku kan? Hm?"

O-ow. Auranya sudah mencekam. Sudah bisa dipastikan, sesaat lagi Dyo akan—

"Dyo! Aduh! Hahaha,"

—menghujani tubuhmu dengan kelitikan mautnya.

Tidak pernah berubah kebiasaannya sejak dulu kalian masih menjadi sahabat. Dyo pasti akan selalu mengelitikimu hingga kamu meminta ampun, atau parahnya hingga kamu menangis.

"Iya udah! Ampun! Astaghfirullah, Dyo udaaaaah—hahaha."

Puas dengan aksinya, Dyo menarikmu ke dalam pelukan hangatnya. Kembali mengecupi pipi, hidung, kening dan bibirmu dengan cepat.

"Eh iya," Dyo menjauhkan tubuhnya sedikit. "Kamu kan dapet jatah cuti, mau bulan madu?"

"Kamu mau?"

Dyo berdecak malas lalu menggigit pipimu lembut, "jangan nanya balik kalo ditanya. Kamu mau bulan madu nggak? Kalo nggak yaudah, hemat uang."

"Hemat uang buat beli merchandise pororo, iya kan?" cibirmu sembari mencubit hidungnya gemas.

"Ya kalo kamu gak mau kan uangnya bisa aku pake buat yang lain," ujarnya sebelum mengeratkan pelukan.

"Yang lain?"

Dyo mengangguk, "persiapan buat little Dyo."

Wajahmu memerah kala Dyo menyebutkan dua kata terakhir. Pasalnya lelaki yang memelukmu ini terus saja menyinggung soal anak.

Setelah larut dalam pikiranmu selama beberapa saat, kamu memutuskan untuk memberi tahu Dyo keinginanmu.

"Aku mau bulan madu," kamu memberi jarak sedikit dengan Dyo. "Tapi gak mau jauh-jauh, Bandung aja gimana?"

Dyo mengangguk, "boleh. Nanti coba aku tanya Jongin, kali aja dia punya rekomendasi tempat bulan madu."

"Oke. Eh tapi," kamu sengaja menggantung kalimatmu. Membuat Dyo menatapmu dengan tatapan bertanya.

"Tapi apa?"

Kamu tersenyum jahil, "tapi aku...sayang kamu! Hehe."

Suamimu terdiam beberapa saat sebelum menyembunyikan wajahnya di ceruk lehermu. Mengendus sebentar sebelum bergumam pelan.

"Parah. Digombalin sedikit efeknya gak bagus buat jantung. Jangan lagi!"

Kamu tertawa geli, mengusak surai gelapnya yang sudah panjang dengan gemas.

"Biar kamu rasain jadi aku! Siapa suruh ngomong gitu gak tau tempat kemaren? Hah? Kamu pikir aku gak deg-deg an?"

Dyo seketika mendongak, menatapmu dalam.

"Aku emang sayang kamu, tau!" serunya sembari menoyor kepalamu pelan.

"Dyo ih! Aku udah jadi istri kamu bukan temen lagi!"

Dia mengernyit, "kamu masih jadi temen kok."

"Hah?"

"Temen hidup. Hehe."

Dyo tertawa sesaat sebelum maju dan mencium mu lembut. Begitu lembut hingga tanpa sadar kalian berdua saling memejamkan mata.

Kamu baru tahu, mencium seseorang yang kita cintai...rasanya se-menyenangkan ini.

🥀

Karena menang polling, jadi Dyo yang ku double up oke? Jangan minta lebih. Kalo mau lebih, bayar wkwk. Gakdeng.

C u on the next chapt!

Husband Series - Mei 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Do Kyung SooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang