Dan bener aja dugaannya kalau dia mau dijodohkan.
Ugh.
Ngedenger orang tuanya dengan orang tua si pak polisi itu saling cerita, Eunchae semakin nggak suka. Dia ngeliat pak polisi yang dari tadi ngedenger cerita empat orang dewasa itu dan ngangguk-ngangguk ngerti. Nggak tahu deh kalo cowok itu setuju dengan perjodohan ini.
"Oh ya, Eunchae udah umur berapa sekarang?" tanya mamanya si cowok.
"Dua puluh, Tante," jawab Eunchae memberanikan dirinya untuk memanggil wanita lima puluhan itu dengan 'tante'.
"Wah, masih muda banget ya," sahut si papanya pak polisi. "Beda sebelas tahun sama Haein." Oh ya namanya si pak polisi adalah Jung Hae In.
"APA?" teriak Eunchae refleks, bikin semua orang yang lagi ngumpul di ruang tamu itu kaget dengernya. Buru-buru dia membekap mulutnya dengan telapak tangan. "Maaf, maaf. Saya nggak maksud..."
Paha Eunchae ditepuk mamanya, mamanya ngasih isyarat kalo dia nggak sopan.
Orang tua Haein ketawa, "Ah nggak papa... Uri Haein awet muda. Dia masih keliatan umur 25. Iya, kan Sayang?"
Haein cuman senyum aja.
"Nggak, saya nggak bisa," kata Eunchae tiba-tiba berdiri. "Dari awal saya nggak mau kalau saya dijodohkan sepert ini. Saya masih ingin sendiri. Saya masih ingin mengejar cita-cita saja. Dan saya ingin menikah dengan laki-laki yang saya cintai." Eunchae menekankan kata-kata terakhirnya.
Semuanya langsung hening. Semua pasang mata tertuju pada cewek 20 tahun itu sekarang.
"Eunchae!" Mama narik tangan Eunchae buat duduk lagi tapi Eunchae nggak mau.
"Lho, kan papa udah bilang dari awal sama kamu, kamu bisa kerjain tugas kuliah kamu dan kejar cita-cita kamu," kata papa sabar.
"Ya tapi--tapi aku nggak mau dijodoh-jodohin segala, Pa!" kata Eunchae menolak mentah-mentah. "Apalagi aku dijodohin sama om-om!"
"Hei!" bisik mama. "Nggak sopan bilang gitu! Sana, minta maaf sama Haein-ssi!"
"Nggak, ma!" respon Eunchae.
"Haein, kamu setuju kan kalo kamu nikah sama Eunchae?" tanya mama Haein.
Haein yang keliatan kalem-kalem aja, nganggukkin kepalanya. "Aku setuju kok Ma."
"Denger, Eunchae. Calon suami kamu aja setuju sama perjodohan ini," kata papa. "Lima lawan satu. Kamu tetap nggak bisa menolak perjodohan kamu. Kamu harus terima perjodohan ini, ngerti?"
Eunchae berusaha mengelak, "Tapi, Pa--"
"Nggak ada tapi-tapian!" potong papa tajam. "Kamu duduk sekarang. Pokoknya kita udah rencanain jadwal pernikahan kalian."
Eunchae udah nggak mau denger apa-apa lagi. "Terserah!" Dan dia pun keluar rumah.
"Eunchae!" panggil papa sama mamanya barengan. Percuma aja dipanggil-panggil, cewek itu nggak bakal noleh.
Eunchae jalan cepet menuju trotoar. Bodo amat kalo ada orang yang ngeliatin dia karena dia masih pake make up dan dress putih. Dia nggak habis pikir, kenapa orang tuanya menjodohkan dia dengan om-om!
Lagi jalan, tiba-tiba ada yang meraih tangannya.
"Ih lepasin!" tepis Eunchae kasar. Dia kira yang narik tangannya adalah penjahat atau apa. Taunya...
"Ngapain ngikutin aku?" tanyanya galak ke Haein.
"Saya ngikutin kamu karena saya takut kamu kenapa-napa," jawab Haein pelan.
Eunchae mendecih. "Berlebihan banget sih. Aku udah gede, aku bakalan baik-baik aja. Sekarang om pergi deh."
"Nggak sebelum kamu balik pulang sama saya."
Eunchae nenggakkin kepalanya. Cowok itu memang punya badan yang tinggi, sedangkan Eunchae sendiri termasuk pendek di kalangan hawa.
Ini cowok apa maunya sih!?
"Pokoknya aku nggak bisa suka sama om!" kata Eunchae yang menurutnya itu bikin Haein tersinggung.
Tapi nggak. Cowok itu nggak tersinggung sama sekali.
Dia malah ketawa ngedenger sumpah serapah Eunchae.
"Om, nggak ada yang lucu loh sama kata-kata aku," kata Eunchae heran. "Om kenapa ketawa?"
"Nggak, nggak, kamu lucu abisnya," kata Haein masih ketawa. "Ya udah yuk pulang. Orang tua kamu nanti khawatir."
Akhirnya Eunchae pun pulang. Dalam perjalanan menuju rumahnya, dia nggak mau jalan berdampingan dengan Haein. Kayak sekarang ini. Eunchae bakal berhenti sebentar kalo Haein jalan di sebelahnya.
Otomatis Haein ikutan berhenti dan noleh ke belakang. "Kok berhenti?"
"Aku nggak mau jalan sebelahan sama Om."
Haein senyum miring, "Ya udah, kamu yang di depan, saya yang di belakang."
Dan ya, akhirnya Eunchae jalan di depannya.
Setelah Haein nganterin Eunchae ke rumah, mereka pun ngejalanin proses lamaran alias tukar cincin. Pertama Haein ngaitin dulu cincin di jari manis Eunchae.
Cowok itu senyum cerah ngeliat Eunchae. Kayaknya tuh cowok murah senyum banget. Dikit-dikit senyum soalnya. Mama Eunchae sibuk motret.
Sekarang giliran Eunchae yang masangin cincin ke jari manis Haein. Dengan muka super bete, akhirnya Eunchae ngaitin cincin perak itu sambil nggak woles. "Udah," katanya kesel.
"Jangan cemberut dong Chae, liat tuh jadi jelek kan," kata mama kasih liat hasil jepretannya.
"Bodo amat, Ma."
"Ih Eunchae kok gitu sama Mama?" Lalu Mama ngomong ke Haein. "Haein, tolong diperhatiin bahasanya Eunchae ya. Kadang dia nggak sopan kalo ngomong."
"Iya, pasti Ma."
Apa?
Dia beneran berani ngomong 'mama' ke mama aku?
What the hell!
KAMU SEDANG MEMBACA
CRASH INTO YOU ➖ Jung Hae In ✨
FanfictionDijodohin sama cowok yang beda umurnya 11 tahun!? BIG NO!