Kepala Haein makin pusing setelah dia abis diceramahin Eunchae panjang lebar di mobil maupun di rumah.
Eunchae: Mbak, Haein kok bisa jemput saya di kampus sih? Mbak ngijinin dia keluar ya?
Irene: Hehhh??? Yang bener??? Tadi dia alesannya mau pulang kok beneran Makanya aku ngijinin dia pulang
Eunchae: Dia ternyata ngejemput aku di depan kampus mbak
Irene: Aduhh, dia bohong dong :(( Duh maaf ya Chae, aku nggak tahuuu
Eunchae: Nggak papa Mbak Udah aku ceramahin dia Wkwkwkwk Makasih ya Mbak, udah jagain dia
Irene: Okeeokee Sama2 Titip salam buat bosque Gws:)))
Eunchae: Sipp Mbak 👋😆
Eunchae naro hapenya di atas nakas dan mulai nyeramahin Haein yang lagi ganti baju jadi piyama.
"Mulai besok kamu nggak usah berangkat kerja dulu, ngerti? Pokoknya kamu boleh masuk kerja kalau kamu udah bener-bener sehat," kata Eunchae sambil naruh kompresan di kening pria itu.
"Iyaa...," jawab Haein lemes.
Eunchae menghela napas panjang. Besok dia ada tes dan dia belum belajar sepenuhnya. Di samping itu dia harus merawat Haein yang lagi sakit.
Haein menerawang, liat ke langit-langit kamar sebelum memanggil cewek itu.
"Chae...,"
"Hmm?" Eunchae mengangkat kepalanya.
"Kalau kamu mau kerjain tugas, kerjain aja. Akhir-akhir ini kamu sering ada tes, kan?"
"Nggak papa, aku rawat kamu dulu," kata Eunchae. Nggak lama kemudian benda kecil yang dikepit di ketiak Haein pun berbunyi.
Dit dit dit dit!
Eunchae segera mengambil termometer digital itu. Angkanya menunjukkan 39.3. Eunchae memperlihatkannya pada Haein. "Ini gara-gara kamu bandel karena ngejemput aku. Udah dibilangin nggak usah kemana-mana."
Haein tersenyum lemah. "Maaf... Saya takut kamu kenapa-napa di jalan."
"Duh, butuh berapa kali sih harus aku kasitau kalo aku bukan anak kecil? Jung Haein, percaya deh sama aku, aku nggak bakal kenapa-napa!" kata Eunchae gemes.
"Iya, iya... Gih sana belajar."
Cewek itu mengambil buku cetak dan ringkasannya. Dia belajar di samping tempat tidur Haein. Sementara Eunchae sedang ngapalin, Haein diem-diem merhatiin dia lagi belajar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tahu kalau dirinya sedang diperhatikan, Eunchae berusaha untuk tetap konsentrasi. Dia nggak mau isi otaknya ambyar cuman gara-gara melihat tatapan Haein yang menurutnya 'mematikan' itu.
"Menurut teori Piaget, ada 4 tahap perkembangan anak. Yang pertama Sensori motor-stage dari lahir hingga berumur dua tahun, kedua pre-operational stage dari umur dua sampai tujuh tahun. Yang ketiga adalah..."
Eunchae lupa dan dia ngeliat ringkasannya. "Yang ketiga adalah concrete operational stage dari umur tujuh sampai sebelas tahun. Dan yang terakhir adalah formal operational stage dari umur sebelas sampai umur dewasa."
Dosen Ahn emang nggak kira-kira. Dia harus ngapalin satu buku bahan kajian dengan tujuh puluh halaman dan isinya bahasa Inggris semua. Dan tesnya pun besok jam 8. Nggak kira-kira-.-
"Chae, nanti kamu tetep tidur di sebelah saya, kan?" tanya Haein yang lagi merhatiin Eunchae dari tadi.
"Nggak. Aku nanti duduk di situ," tunjuk Eunchae pada sebuah sofa dekat jendela.
"Jangan di situ. Nggak enak. Badanmu bisa sakit semua," kata Haein nggak ngijinin. "Kamu takut tertular?"
"Bukan itu. Aku takut kalau kamu butuh space yang cukup, apalagi kamu lagi sakit begini," ujar Eunchae membenarkan.
"Biasanya kita juga tidur sebelahan, kan?"
"Iya tapi nggak papa kok, aku bisa tidur di mana pun. Kamu tenang aja." Eunchae fokus membaca materi lagi.
Nggak lama kemudian Haein pun tidur. Eunchae benerin selimutnya hingga nutupin leher pria itu.
Setelah belajar, Eunchae ngeliat ke arah jam. Udah jam 12 malam. Sebelum tidur, dia periksa pintu depan apakah udah dikunci atau belum dan matiin semua.
Terakhir dia ganti handuknya dengan handuk yang masih baru. Eunchae coba ngukur lagi. Turun sih, tapi nggak seberapa. 38,8.
Beruntung dia besok cuman ada satu kelas, dari jam 8-10 jadi habis tes, dia bisa langsung pulang.
Sementara itu di rumah, Haein merhatiin layar hapenya terus.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kok chat aku nggak dibalas, ya? Sekarang kan udah jam setengah sebelas..."
Ditelepon juga nggak aktif.
"Aneh..."
Sekali lagi Haein nelpon Eunchae.
Tuutt... tuttt...
"Halo?" tanya Eunchae seberang sana. "Ada apa?"
Haein lega ngedenger suara Eunchae. "Kamu lagi di mana sekarang?"
"Sori, sori, aku nggak bales. Aku off tadi. Ini aku lagi di halte bus kok. Kenapa?"
Terdengar jeda di seberang sana. Lebih tepatnya Eunchae mencerna kata-kata yang diucapin Haein barusan. Nggak tahu kenapa ada irama aneh di jantungnya. Sama ketika Jihoon ngutarain perasaannya dulu waktu mereka sebelum pacaran.
Ada dua orang cowok yang bilang kayak gini. Pertama Jihoon dan kedua Haein.
"Hahaha, serius dong," pinta Eunchae datar.
"Iya, saya serius kok. Saya lagi kangen sama kamu."
Eunchae mendecakkan lidah. "Aku tutup ya kalau nggak ada kepentingan apa-apa!" Dan dia pun mutusin sambungan secara sepihak.
Cewek itu menatap photo profile Haein yang baru aja diganti.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nggak mungkin kan, kalau aku suka sama dia...?" gumamnya.