34 ✨ nangis

211 33 0
                                    

Christian tersenyum menyeringai ketika melihat Eunchae untuk yang ketiga kalinya. Eunchae buru-buru ngeliat ke depan lagi, berusaha untuk fokus.

Kok dia bisa ada di sini, sih!?

Memangnya dia apanya perusahaan?


Fix deh, aku harus ngobrol sama Yeri nanti!


Dan acara pun dimulai dengan sambutan dari MC dan doa yang dipimpin oleh kepala direktur sumber daya manusia, Lee Sooman.

Setelah itu barulah sambutan dari papa Haein yang muncul di panggung karena dia siap-siap sebelumnya di belakang panggung.

"Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih karena sudah datang dan berkumpul di tempat ini," kata papa Haein membuka pidatonya.

Eunchae masih nggak begitu fokus dengan pidato itu. Kepalanya terus berpikir keras kenapa om-om gadun itu bisa ada di sini.

"Yah, seperti yang kalian lihat, di meja paling depan ada istri saya, ibu saya, anak saya beserta istrinya. Berilah tepuk tangan untuk mereka."

Tepuk tangan riuh seketika. Eunchae diam saja karena dia masih mikirin om gadun itu. Haein curiga karena cewek itu dari tadi keningnya berkerut kayak orang bingung.

"Chae? Kamu kenapa? Mikirin sesuatu?" tanyanya khawatir.

"Hah? Ng--nggak kok, aku nggak papa," sangkal Eunchae. Namun Haein nggak percaya dengan jawabannya. Dia tahu kalo Eunchae mikirin sesuatu.

"Ada apa? Kamu bisa ceritain sama saya?"

"Sebelumnya, kalian sudah tahu kalau ini bukan acara perayaan ulang tahun biasa," kata papa Haein yang bikin semua tamu hening. "Karena umur saya sudah berumur 60 tahun pas, hari ini juga saya akan menentukan siapa yang akan memegang jabatan saya menjadi CEO."

Semua tamu bisik-bisik ke kanan dan kirinya. Di meja bagian kepala direktur, tampak semuanya ngerapiin jas dan dasi karena mereka yakin salah satu diantara mereka bakalan ditunjuk untuk menjadi CEO.

Kecuali Haein dan Eunchae.

"Chae, kalo kamu nggak nyaman, kita bisa pulang sekarang," kata Haein masih tetap khawatir.

"Aku nggak sakit kok," kata Eunchae meyakinkan Haein. "Pegang kening aku aja, nggak panas kok."

Haein pun pegang keningnya. Sama sekali nggak panas. "Lalu, kamu kenapa?"

"Aku nggak papa, percaya deh sama aku," kata Eunchae yang membuat Haein tersenyum kecut.

Papa Haein melanjutkan pidatonya lagi, "Memang, usia saya belum dikatakan sebagai usia pensiun, saya ingin menyerahkan semua tanggung jawab saya kepada CEO yang baru ini. Saya harap dengan pergantian CEO yang baru ini pula dapat memberikan semangat yang baru untuk semua karyawan."

"Karena semua tamu di sini sudah tidak sabar, maka saya panggilkan langsung saja orangnya. Saya akan memberikan gelar saya sebagai CEO kepada CEO yang baru. Selamat kepada..." Papa Haein menggantungkan kata-katanya.































"... kepada anak saya, Jung Haein. Silakan berdiri."

Tepukan pun meriah ketika nama Haein disebutkan. Haein dan Eunchae sama-sama kaget. Untuk sementara ini pikiran Eunchae mengenai om gadun itu buyar karena mendengar nama suaminya disebut sebagai CEO yang baru.

"Kepada CEO yang baru, Pak Haein, dipersilakan untuk berdiri," kata Irene.

Haein pun bangkit berdiri. Dia sama sekali nggak menduga bahwa papanya akan memilihnya menjadi CEO yang baru. Dia kira papanya akan memilih Sooman atau siapa, tapi tahunya malah dia sendiri yang terpilih.

Haein berdiri di depan podium untuk memberikan kata sambutan. Di bagian awal dia ngucapin terima kasih kepada papanya, keluarganya, bahkan menyebut Eunchae secara nggak langsung.

Dia ngucapin, 'istri saya' sambil tersenyum pada Eunchae. Seperti biasa Eunchae langsung salting sendiri.

Jamuan makan pun berlangsung. Awalnya Eunchae berdiri di samping Haein terus karena CEO baru itu terus-terusan dapet salaman dari karyawan-karyawannya. Kemudian diakhiri dengan Yejin yang manggil-manggil nama Haein terus, bikin cewek itu risih. Dia pun ninggalin mereka berdua karena dia males ngeliat Yejin juga.

Dia memilih buat nyamperin om gadun itu karena rasa penasarannya udah di kadar yang paling tinggi.

Eunchae pun narik lengan jas Christian. "Kok kamu bisa ada di sini?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Ketemu lagi ternyata sama kamu, Nerd," kekeh Christian. "Suka-suka guelah. Mau gue di cafe kek, di bar kek, terserah gue."

"Kamu apanya perusahaan ini?" tanya Eunchae to the point.

"Adik iparnya Yejin," jawab Christian yang bikin mata Eunchae membulat sempurna. "Gue gabut sebenernya, males ke bar lagi, bosen. Ya udah gue ke sini deh, sekalian liat yang bening-bening. Siapa tau aja ada yang nempel. Eh tapi malah ketemu elu lagi..."

"Tunggu bentar. Kamu adik iparnya Yejin?" tanya Eunchae mengulangi. Christian ngangguk. "Tapi kok aku nggak liat kamu sih waktu pesta pernikahannya?"

"Gue dateng kok. Masa di pernikahan kakak gue, gue nggak dateng? Adek macem apa gue dong?"

"Tapi aku sama sekali nggak liat kamu lho!" kata Eunchae bersikeras.

"Elu emang nggak liat gue, tapi gue liat elu sama suami lu juga kok," ujar Christian. "Oh ya, gue dapet ID line lu dari temen elu biar kita bisa chat," katanya sambil nyengir bajing.

Kedua Eunchae melotot. "Kok bisa!?" Aduh, Yeriiii!!!! Baru aja dia mau nyari sosok sahabatnya, Eunchae ngeliat pemandangan yang nggak menyenangkan.

Barusan dia liat Yejin mencium bibir Haein.

Eunchae udah nggak tahu mesti ngapain lagi. Dia mundur beberapa langkah dan setengah berlari keluar dari hotel. Christian nyegat dia. "Heh mau ke mana lu? Main pergi-pergi aja. Pestanya belum selesai lho!"

"Bukan urusan kamu ya!" kata Eunchae galak. "Minggir!" Tapi Christian malah menghalanginya. "Duh, minggir dibilangin!"

Ngeliat mata Eunchae yang udah merah dan berkaca-kaca, Christian menyahut, "Gue anterin lu pulang deh."

Christian nganterin cewek itu pulang ke rumah orang tuanya. Setelah ngeliat Yejin nyium Haein, dia nggak mau balik lagi ke rumahnya. Nggak tahu sampe kapan.

Di dalam mobil, Eunchae nangis sejadi-jadinya. Christian bingung karena sedari Eunchae nangis, sebenernya dia pengen ketawa karena Eunchae lucu banget kalo lagi nangis.

"Udah, udah sabar," hibur Christian sambil nepuk punggungnya. "Nih tissue." Dia nyodorin satu kotak tissue buat Eunchae.

"Dari... tadi... kek... Hik!" Kini Eunchae cegukan. Christian udah nggak bisa tahan ketawanya. Dia ketawa ngakak banget. "Kok kamu malah ketawain saya, sih!" katanya nggak terima.

"Iya, iya, maaf. Abisnya lu nangis pake cegukan segala!" kata Christian sambil nyetir. "Jangan lupa kasitau alamat rumah orang tua lu. Bisa-bisa gue ajak lu ke bar lagi."

"Apa?" tanya Eunchae sengit.

"Nggak, nggak," jawabnya cepet.

Setengah jam kemudian, mobil Christian udah berhenti di depan rumah Eunchae yang dulu. Kayaknya udah lama banget dia nggak ke sini.

Dengan perasaan yang berkecamuk begini, dia yakin pulang ke rumah orang tuanya adalah hal yang tepat.

"Makasih ya udah anterin aku pulang," kata Eunchae abis menutup pintu mobil.

"Ganti tissue gue jangan lupa, udah abis setengahnya nih," kata Christian bercanda.

"Canda elah. Buruan sana masuk."

Eunchae pun masuk ke dalam rumah. Beruntung pintunya nggak dikunci, menandakan kalau orang tuanya ada di rumah.

Yah, seenggaknya om gadun itu nggak nyebelin-nyebelin amatlah.


✖️✖️✖️✖️✖️✖️✖️✖️✖️✖️

CRASH INTO YOU ➖ Jung Hae In ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang