6 ✨ rumah kita

392 48 1
                                    

Eunchae dan Haein nggak terlalu banyak omong seperti tadi. Haein fokus nyetir, sementara Eunchae sibuk chat dengan Yeri, ngasitau kalo Haein itu adalah seorang manajer perusahaan LG. Dan Yeri, of course, kaget. Jangan lupakan dengan capslock dan tanda seru di setiap katanya.

"Lagi ngetik apa sih? Kok sibuk banget?" tanya Haein membuka percakapan duluan.

"Nggak, dari Yeri kok," jawab Eunchae tanpa memandangnya.

"Oh, temenmu tadi?"

"Mm-hmm. Menurut kamu, dia cantik nggak?"

"Nggak sih, biasa aja."

"Hah? Biasa aja katamu?" tanya Eunchae kaget. "Saya nggak salah denger, kan?"

"Iya. Biasa aja kok," kata Haein mengulangi perkataannya.

Eunchae melongo. Well, menurutnya, sahabatnya itu lebih dari cantik. Banyak kakak tingkat dan adik tingkat yang naksir Yeri. Tapi masa Haein cuman bilang 'biasa aja'? Kalau Yeri biasa aja, lalu Eunchae apa dong?

"Lebih cantik dan imutan kamu," jawab Haein seakan-akan membaca pikiran Eunchae. Eunchae langsung noleh. "Nggak, lebih tepatnya kamu imut. Saya lebih suka perempuan yang pipinya chubby daripada yang tirus kayak temenmu tadi."

Iya sih, akhir-akhir ini Yeri emang lagi diet. Padahal badannya udah kurus kering kerontang gitu.

"Saya setelin lagu ya biar nggak sepi-sepi amat," kata Haein mencetin beberapa tombol tape radio. Terdengar lagu Eddy Kim - When Night Falls diputar.

I need your love nal deryeoga
(I need your love, bawalah aku pergi)
I need you now kkok anajwo
(I need you now, peluklah aku erat)


Tak lain adalah lagunya Eunchae dengan Jihoon ketika mereka masih pacaran.

Eunchae nggak mau denger lagu itu. Dia segera mengganti stasiun radio yang lain.

"Kok diganti? Itu kan lagunya Eddy Kim," kata Haein heran.

"Kamu tahu?"

Haein cuman ngangguk, nggak ngomong apa-apa lagi.

Empat puluh menit kemudian, keduanya pun sampai di perumahan Apgujeong, perumahan kelas atas di Kota Seoul. Haein mah gitu, nggak main-main kalo beli rumah.

"Nah, udah sampai." Haein matiin mesin mobil ketika mobil mereka berhenti di sebuah rumah besar dengan depannya ada kolam renang. Eunchae keluar dari mobil dengan tatapan kagum.

(ceritanya masih siang yaa)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ceritanya masih siang yaa)


"Ini... ini rumahmu?" tanya Eunchae gelagapan.

"Iya. Tapi mulai dari sekarang ini bakalan jadi rumah kita," kata Haein tersenyum. Dia pun ngeluarin kunci dari saku jasnya dan mempersilakan Eunchae masuk duluan.

"Kamu punya berapa pembantu sih buat ngurusin rumah ini?"

"Nggak ada."

Rumah segede ini nggak ada pembantu? Hebat. "Terus kalo bersih-bersih, gimana?"

"Saya yang bersihin sendiri kecuali kolam renang. Tapi kalau sibuk, saya panggil jasa bersih rumah."

Eunchae ngangguk-ngangguk.

"Semua barang kamu udah dipindahin dari rumah kamu, mulai dari pakaian, buku-buku pelajaran, tas, semuanya," kata Haein.

"Hah? Beneran? Dipindahin sama siapa? Kapan?" tanya Eunchae kaget.

"Mama kamu yang mengepak semuanya lalu langsung dibawa sama kurir ke sini."Seakan-akan Eunchae dibuang begitu aja oleh mamanya.

Ya ampun Mama! Padahal aku masih pengen tinggal di rumah, kali!

Haein meraih sebuah remote yang bikin semua lampu di setiap ruangan menyala secara otomatis. Bener-bener canggih.

"Ini ruang tamu. Di ujung sana itu ada kamar mandi dan dapur."

Eunchae berjalan menuju dapur. "Dapurnya luas banget."

"Iya karena aku suka masak."

"Oh." Eunchae ber-oh ria.

Mereka pun naik ke lantai dua. Haein memimpin paling depan karena dia adalah tour guide buat Eunchae.

"Di sana itu balkon dan di sini kamar aku." Haein membuka pintu kamar dan...

jeng jeng jeng!

Kamar cowok itu luas, luas, luas banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar cowok itu luas, luas, luas banget. Kamarnya didominasi oleh warna cokelat, hitam, dan putih. Yah mungkin karena Haein adalah cowok jadi dia suka warna-warna gelap. Kamar Eunchae yang dulu mungkin hanya seperempat kamar Haein.

"Ini seriusan kamar kamu?" tanya Eunchae nggak percaya.

"Iya. Udah nyatu sama kamar mandi dan ruang kerja aku. Di seberang kamar ini juga ada kamar khusus tamu yang kamarnya lebih kecil dari kamar ini."

Eunchae duduk di tepi tempat tidur sambil melihat sekeliling. Udahlah mewah, ranjangnya pun embuk. Dia ngeliat barang-barangnya yang masih tergeletak di lantai dekat lemari.

"Oh ya itu barang-barangmu, nanti baju-bajumu tinggal dimasukkin aja ke dalam lemari. Aku udah sisain tempat buat kamu taruh semua pakaianmu, kok."

"Ah, hampir aja lupa. Di bawah ada ruang keluarga. Ada bioskop kecil juga di sana. Kamu bisa nonton film semau kamu."

"Tapi aku nggak bisa tinggal di sini," kata Eunchae akhirnya bersuara. "Maksudku... ini semua terlalu mewah. Jujur aja aku nggak bisa hidup kayak gini. Aku masih pengen tinggal bareng sama orang tuaku."

"Nggak papa, kamu hanya perlu waktu buat beradaptasi. Aku tau kalo adaptasi bukan waktu yang nggak sebentar," kata Haein memegang salah satu pundaknya.

Eunchae ngangguk aja.

Haein tiba-tiba ngecek jam tangan Rolex hitamnya. "Sori, aku nggak bisa lama-lama. Dua jam lagi aku ada rapat. Kalo mau masak, nggak papa masak aja. Aku kasih kuncinya ke kamu."

"Eh, bentar!" panggil Eunchae yang bikin cowok itu menoleh. "Jam berapa kamu pulang?"

"Sekitar jam tujuhan. Kenapa?"

"Mmm... nggak, nggak papa. Cuman tanya aja."'

Haein senyum sekali lagi sebelum bener-bener pergi. "Aku tinggal dulu ya."

Setelah cowok itu pergi, Eunchae masih melihat sekeliling kamar itu seorang diri.

Mulai sekarang dia udah tinggal di rumah ini...

CRASH INTO YOU ➖ Jung Hae In ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang