"Ini aku lagi otw mau ke kereta," ujar Yeri menjawab telepon mamanya sambil jalan menuju bawah tanah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia baru aja abis pulang dari kerja kelompok di perpustakaan kota. Biasalah, Fakultas Bahasa dan Sastra jadi satu-satunya fakultas yang paling banyak tes dan tugas. Tugas-tugasnya, najubilah.
Perwalian dengan wali studi paling lama dan libur semester pun paling bentar dibanding Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang liburnya bisa satu bulan lebih. Mereka palingan cuman tiga minggu pas. Nggak heran kalo mahasiswa-mahasiswinya emang keliatan paling 'strong' di antara mahasiswa-mahasiswi fakultas lain.
"Bentar ma, aku belum cek ATM. Belum, uangnya belum aku pake kok." Yeri megang pegangan besi supaya nggak jatuh soalnya tangganya sedikit curam. "Udah, uang SKS sama SPP udah aku bayar kok, Mama tenang aja."
Kini dia pun berdiri di samping rel, nungguin kereta dengan hape nggak lepas dari telinganya.
"Eunchae? Nggak gimana-gimana kok, Ma," kata Yeri sambil ngeliat sekitar.
"Oh ya, adik-adik sama papa gimana, Ma? Baik-baik sama sehat semua kan? ... Oalah, baguslah. Iya Ma, semester ini kayanya semester terberat. Udah tugas banyak, tes juga numpuk makanya aku sedikit slow respon hehehehe, maaf ya Ma."
Kereta yang hendak dinaiki Yeri pun muncul. Yeri bersiap-siap untuk naik lebih dulu karena dia nggak suka desek-desekkan sama orang yang mau naik juga.
Di dalem kereta, nggak ada kursi yang kosong. Semuanya full. Yeri menarik napas.
"Udah dulu ya, Ma, aku udah di kereta soalnya. Nanti aku telepon lagi. Dahh..."
Yeri buru-buru masukkin hapenya ke kantong jaket dan megang pegangan besi yang ada di atas. Dia sebenernya nggak suka kalo harus berdiri-berdiri segala. Ditambah sama penumpang lain yang juga desek-desekkan.
Semoga aja ada penumpang yang turun jadi gue bisa duduk, batin Yeri.
Tiba-tiba aja ada seseorang yang nabrak punggungnya.
"Adauw!" kata Yeri setengah kesal karena orang itu nabraknya lumayan keras.
"Eh, sori, sori, Mbak!" kata cowok yang di belakang Yeri.
Yeri menoleh dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maaf ya, Mbak! Saya bener-bener nggak sengaja, sumpah!" kata cowok itu sampe peace-peace segala. Sementara Yeri cuman berdiri mematung sambil menatap cowok itu bengong. Cowok di depannya ini kan yang hadir di pernikahannya Eunchae sama Haein!
"I--iya, nggak papa, Mas...," jawab Yeri tersenyum malu-malu. "Eh bentar, Mas. Kayaknya saya pernah liat Mas deh, soalnya wajah Mas familiar."
"Oh ya?" tanya cowok itu bingung.
"Iya!" kata Yeri ngangguk-ngangguk. "Mas rekan kerjanya Jung Haein, kan?" tanyanya nggak tanggung-tanggung. Cewek bermarga Kim itu emang nggak punya malu.
Changwook ngerutin kening. "I--iya. Kok bisa tahu Haein?"
"Saya sahabatnya istrinya, Eunchae. Nama saya Yeri," kata Yeri ngenalin diri.
"Ah ya, salam kenal juga. Aku Changwook," kata cowok itu tersenyum.
Dan senyumnya bikin Yeri klepek-klepek.
Begitu mematikan juga menggoda.
Hng.
"Kapan-kapan kita harus minum, gimana?" ajak Yeri lagi-lagi nggak tahu malu. Mungkin aneh kalo diucapin sama orang asing. Dan bener aja, Changwook ngerutin keningnya lagi.
Cewek di hadapannya itu bener-bener aneh. Sedangkan Yeri senyum berseri-seri, menunggu jawaban Changwook.
"I--iya, boleh," kata Changwook terbata-bata. Pokoknya iyain aja biar cepet.
"YESSS! ASSSAAAAA!" sorak Yeri kayak abis juara olimpiade matematika, bikin semua orang di dalam kereta pada spot jantung.