13

136 5 3
                                    

Laki-laki memang sudah seharusnya
menjadi pelindung bagi gadisnya.
Ditambah lagi jika ia sangat menyayangi gadisnya dan juga orang tua. Patut untuk terus dijaga.

---

Tiba saatnya pertujukkan yang sepertinya akan menjadi hal yang paling diingat. Seluruh peserta pengisi acara kini tengah bersiap-siap. Begitu pula dengan Farel, Rio, Fakri, dan Reina.

"Pokoknya lo jangan kecewain gue, bikin mereka iri sama lo, Rei!" ucap Rara yang sedang menata rambut panjang milik Reina. "Gue berharap lebih sama lo" sambungnya.

"Kurang semangat gue, masa lo gak ikut," ujar Reina sambil menatap Rara dari kaca yang ia pegang.

Rara tersenyum lalu membalikkan posisi badan Reina agar menghadap ke arahnya, "Gue cukup jadi kang foto lo, ya walaupun gue juga pengen banget gabung sama kalian disana. Tapi ya lo tau sendiri suara gue sember," ucapnya.

"Setengah jiwa gue ada di lo, jadi nanti kalo lo menang dan bisa bawa nama baik kelas kita, kan gue juga yang seneng. Apapun yang bakalan lo lakuin, gue bakalan terus dukung." ucap Rara sambil membetulkan poni Reina.

Reina tersenyum bahagia lalu memeluk Rara dengan erat, "Gemes gue sama lo," ucapnya.

"Nah itu dia yang bikin heran, kenapa gue tuh nge-gemesin banget" ujar Rara.

Reina hanya terkekeh mendengar ucapan Rara yang sulit untuk dipercaya. Setelah lama mereka berpelukan untuk menyalurkan semangat, kedua gadis itu keluar dari tendanya dan menemui ketiga orang cowok yang sudah menunggunya.

"Ini dia biduan baru kita, cantik banget subhanallah" ucap Fakri yang memasang wajah Puppy Eye's.

"Tampilin kayak pas latihan ya Reina sayang!" ucap Rara menyemangati.

"Iya sayang," balas Fakri.

"Bukan lo bego," timpal Rara kesal.

Farel menggenggam erat tangan Reina, "Gue ngobrol bentar dulu sama Reina. Nanti kalo udah giliran tampil panggil gue," ucap Farel. Lalu cowok itu menarik Reina untuk mengikutinya.

"Okay, selamat sayang-sayangann!" teriak Fakri.

Farel menyuruh Reina duduk di batang pohon besar yang sudah runtuh itu. Entah mengapa saat ini Farel ingin sekali menyalurkan kebahagiaan untuk Reina. Farel tak ingin Reina merasakan bahwa ia sedang seorang diri. Farel ingin membuktikkan bahwa ia akan selalu ada disampingnya saat suka maupun duka.

"Ngapain lo ajak gue kesini?," tanya Reina sambil menatap ke arah Farel.

Farel menoleh lalu tersenyum, "Aku pengen berduaan aja sama kamu," ucapnya.

Reina menaikkan sebelah alis matanya. Menatap bingung ke arah Farel. Lalu, ia meletakkan telapak tangannya pada dahi Farel.

"Pantesan anget," ucap Reina sambil mengangguk-angguk.

"Etdeh bocah ngapa yak?," gumam Farel saat sadar ada yang menyentuh dahinya. "Kamu laper gak? mau makan apa? aku buatin mau gak?" tanya Farel.

"Kenapa lo jadi sweet banget? kesambet setan macam apa?" tanya Reina bingung.

"Astaga, bego banget sih kamu cantik" Farel menyentil dahi Reina.

"Sakit oon!" Reina mengelus-elus dahinya yang baru saja disentil oleh Farel barusan. "Ck, beneran kesambet lo!" lanjutnya.

Farel terus tertawa melihat wajah bodoh Reina. Ia terus menyentil dahi gadis itu, terkadang juga Farel menjahili Reina dengan cara mengacak-acak poninya. Perlakuan yang sama sekali tak disukai Reina.

Saat sedang asyik bercanda dengan cara menjahili Reina, ponsel Farel berdering menandakan panggilan masuk. Reina yang sedang tertawa itu tiba-tiba berhenti kemudian senyap.

"Angkat dulu tuh," suruh Reina.

"Aku angkat dulu yaa," ucap Farel yang diangguki oleh Reina.

Farel menjauh dari Reina untuk menerima panggilan dari Mamanya.

"Halo, Ma. Kenapa?"

"Kamu lagi sama Reina, Nak?"

"Iya, Ma. Ini aku lagi berdua sama dia"

"Nak, tolong jangan kasih tau Reina tentang ini,"

Juliana terisak. Sontak membuat Farel bingung dengan Mamanya yang sepertinya sedang menangis dengan tersedu-sedu.

"Mama? baik-baik aja kan? ada masalah apa?"

"Tante Tika meninggal, Nak. Karna serangan jantung. Tolong kamu jangan kasih tau Reina dulu, takut dia down"

Farel melotot tak percaya. Ia mengusap gusar wajahnya, lalu melihat Reina yang sedang bernyanyi lagu tampilannya. Rasanya Farel tak tega ketika mereka pulang dan melihat mayat Tika. Farel pun pasti tidak akan kuat ketika melihat Reina menangis nanti. Farel memutuskan panggilan itu secara sepihak.

"Ternyata ini alasan kenapa tiba-tiba gue pengen ada disamping Reina sekarang." gumam Farel.

Farel mengelap air matanya yang jatuh setetes. Ia mencoba menormalkan tubuhnya. Farel berusaha untuk tetap terlihat biasa.

"Tante Juli ngomong apa Rel?," tanya Reina ketika melihat Farel datang dan duduk disampingnya.

"Ah, anu Mama nanyain keadaan kita disini," ucap Farel terbata-bata sambil tersenyum kikuk.

"Oh gitu," ucap Reina mengangguk-anggukkan kepalanya.

Farel masih terus menatap Reina. Ia ingin sekali memeluk Reina. Farel berharap agar Reina tak bersedih nanti.

"Kenapa sih lo? ada yang aneh?" tanya Reina. Ia menyadari bahwa sedari tadi Farel terus menatapnya dengan tatapan beda.

"Engg,,, Enggakk ada apa-apa" balas Farel. "Aku pengen peluk kamu boleh kan?" tanya Farel.

Reina menautkan kedua alisnya bingung. Tiba-tiba sikap Farel aneh tak seperti biasanya. Detik berikutnya tubuh Reina dibekap oleh Farel dengan erat.

"Are you okay?" tanya Reina.

Farel meneteskan air matanya, sungguh malam ini Farel sangat cengeng. Ia hanya ingin menyalurkan semangat pada Reina.

"Yeah, i'm okay" ucap Farel tersenyum.

"Lo kenapa?" Reina membalas pelukkan Farel lalu mengelus-elus punggung Farel. "Cerita sama gue, Rel" lanjutnya.

Farel semakin mengeratkan pelukkannya. Wajahnya menelungkup di leher Reina. Farel berharap semoga saja Reina tak tau bahwa sekarang Farel sedang menangis. Dan semoga saja Reina tak tau kalo saat ini Mamanya sudah tiada.

Farel melepaskan pelukkannya lalu tersenyum ke arah Reina. Ia mencubit hidung Reina dengan gemas.

"Lo yakin gak pa-pa? Lo nangis ya?" tanya Reina.

"Gue gak nangis, mana ada cowok setampan gue nangis." balas Farel penuh dengan kepedean.

Reina hanya mengangguk mengiyakan ucapan itu. "Gue kira lo se-cengeng itu." ucapnya.

"Gue cuma pengen peluk lo aja, biar nanti kalo udah sah terus tidur meluk lo gue gak kaget," ucap Farel sambil terkekeh.

"Ih Farel jorok udah mikir gituu," ucap Reina sambil memukul-mukul bahu Farel.

Lalu mereka berdua tertawa kegirangan karena saling meledek satu sama lain. Terlihat wajah ceria disana. Ekspresi yang sangat menyejukkan hati Farel. Ia sangat mencintai Reina kini hingga nanti. Gadis yang dahulu sangat tak ia sukai. Tapi kini dia adalah gadis yang selalu ia doakan agar tak pernah jauh.

---

follow me on Instagram @ichaajnnh
J

angan lupa vote, komen, dan beri saran ke temanmu agar membaca cerita ini❤

Reina [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang