33

114 5 0
                                    

Aku mencintaimu tanpa syarat,
tanpa kenapa dan tanpa tetapi.

---

Malam yang indah dengan angin yang sejuk. Menambah kehangatan dengan secangkir kopi di meja. Menunggu kehadiran seseorang. Akan ada banyak pertanyaan yang ingin diajukan. Dan meminta saran apa yang harus dilakukan.

Lonceng di pintu kedai kopi itu berbunyi. Menandakan pintu terbuka atau seseorang masuk ke dalam. Tidak salah lagi, dia adalah orang yang ditunggu Reza sedari tadi.

"Sorry, tadi kejebak macet Bro. Biasa Jakarta" Fakri duduk sambil melepaskan bomber jacketnya. "Jadi gimana?"

"To the point aja ya, gue suka sama Reina" ucap Reza.

"Gue udah tau lo suka sama dia"

"Tapi gimana bilangnya?"

Fakri menaikan sebelah alisnya, lalu detik berikutnya ia tertawa renyah. "Maksudnya lo mau nembak dia?" ucapnya.

"Ya gitu" kata Reza sambil menggaruk tengkuknya yang gatal. "Gue takut ditolak"

"Optimis aja sih, dia pasti bahagia sama lo" ucapnya sambil terseyum getir.

Reza menatap dengan lekat bola mata Fakri. Nampak ada hal lain yang ditutupi Fakri saat ini. Senyum itu lain dari biasanya. Ada pernyataan kecewa dan marah. Terlihat dari arah matanya.

"Lo yakin gak papa?" tanya Reza.

"Kok ngomong gitu, ya gak papa lah. Asal lo jangan buat dia nangis"

"Ya enggak akan lah, tapi lo ada rasa ingin bahagia sama dia kan?" tanya Reza kepo.

Fakri kaget. Mengapa Reza bisa tau bahwa dirinya cemburu jika Reina harus dekat dengan Reza. Apalagi rencana Reza yang akan menjadikan Reina pacar. Semakin sedikit peluang Fakri untuk mendapatkan Reina. Darimana Reza tau jika ada perasaan marah dan kecewa yang dialami Fakri saat ini.

"Lo bisa baca pikiran gue?" tanya Fakri dengan raut wajah penasaran. "Seriusan lo?"

Reza mengangguk lalu menyeruput kopinya, "Ya seperti yang lo anggap"

Fakri melongo tak percaya. Sehabis ini ia akan takut jika bertatap muka dengan Reza. Bisa-bisa nanti Reza akan baca pikirannya tentang Reina. Bisa ketahuan jika Fakri selalu memikirkan Reina dan berusaha menjauhkan Reina dari orang-orang yang akan menyakitinya.

"Lo gak perlu takut, mungkin gue bakalan senang karena banyak yang sayang dan jaga Reina. Karena gak akan 24 jam full gue jagain Reina, meskipun itu adalah tanggung jawab gue" ucap Reza.

"Kita berkomitmen aja untuk sama-sama jaga Reina. Jujur gue gak pernah se-merendah diri seperti ini. Tapi gue yakin banget Reina lebih bahagia sama lo. Jangan khianatin kepercayaan gue untuk bisa lepasin Reina ke lo. Karena selama Farel gak ada, gue lah yang selalu ada disamping Reina. Tapi mungkin perhatian lo jauh lebih baik dari gue, makanya Reina terlihat bahagia sama lo. Kalo ditanya ikhlas atau enggak. Jelas gue pengen Reina bahagia bareng gue, tapi mustahil Bro. Gue tau kemana arah yang Reina inginkan" ucap Fakri sambil tersenyum getir.

Melihat pengorbanannya selama Farel menghilang. Mencoba untuk menghapus air mata yang selalu membanjiri pipi mulusnya. Tak pernah membiarkan gadis itu merasa kesepian. Tapi Reina hanya menganggap dirinya sebagai sahabat. Fakri memaklumi hal itu karena memang Fakri belum berani untuk mengungkapkan perasaanya. Hanya dirinya, Reza, dan Allah yang tau perasaannya kini.

"Makasih atas semuanya, gue bakalan jaga baik-baik." ucap Reza seraya menepuk bahu Fakri.

Fakri hanya tersenyum ikhlas. Berharap banyak agar cowok di depannya ini tidak menyakiti gadis kesayangannya. Fakri tau dirinya jahat. Mengambil alih posisi sahabatnya di hati Reina. Tapi secara logika Farel lebih jahat karna telah meninggalkan Reina dengan sejuta pertanyaan. Tak banyak yang tau, bahwa selama ini Fakri mengaggumi Reina secara diam-diam.

Reina [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang