57

74 4 0
                                    

Tell me why?

why can we try and start again?

---

Setelah kejadian semalam, pagi ini Reina termenung. Selalu terbayang wajah Farel yang sedang menyatakan cintanya kembali. Pilihan yang rumit. Reina pernah mati-matian untuk melupakan Farel dan mengikhlaskan semuanya. Kini dengan mudahnya Farel datang sambil berkata ingin mengambil haknya untuk menikahi Reina. Seperti ingin bermain-main.

Air mata menetes begitu saja tanpa disadari. Kala mengingat curhatan Kintan tentang Farel. Reina tau bahwa Kintan sangat percaya dengan dirinya dan Rara saat itu. Sehingga Kintan meluapkan segala emosinya di depannya. Apakah Kintan tau bahwa orang yang dimaksud Farel itu adalah Reina? Apa yang akan terjadi setelah ini? Apakah Reina terlihat seperti serigala berbulu domba?

"Rei?!!" seseorang memanggil namanya. Dengan segera, ia menyeka air matanya.

"Ada Reza dibawah" ucap Rara sembari menutup pintu kamar Reina.

"Bilang aja gue gak ada"

Lalu Rara duduk di tepi kasur samping Reina.

"Lo nangis lagi?" tanya Rara, tapi Reina menggeleng bohong.

"Mata lo bengap gitu, habis ini lo cerita ya semuanya sama gue? biar hati lo lega. Gue ke bawah dulu, bilang sama. Reza kalo lo gak ada" pamit Rara.

"Bilang gue pergi sama Farel"

Rara mengangguk ragu dan heran. Lalu Rara turun tangga untuk menemui Reza.

Reza yang sedang duduk di sofa dengan tangan yang menggenggam bunga nampak sangat cemas. Takut-takut kalau Reina tak ingin bertemu dengannya.

"Gimana, Ra?" tanya Reza antusias.

"Maaf banget, Reina gak ada di kamarnya. Kata Bibi dia tadi pergi sama Farel" ucap Rara.

Wajah Reza kembali melas. Sangat kecewa dan marah mendengar Reina sudah sedekat itu dengan Farel. Tubuhnya lemas, tidak ada semangat di jiwanya. Bunga yang ia persiapkan untuk Reina akan ia titipkan pada Rara.

"Ra, kasih ini ke Reina kalau dia pulang nanti. Suruh dia baca surat dari gue ya, makasih Ra. Gue pamit" ucap Reza sembari berjabat tangan pada Rara.

Lalu Reza hilang melewati pintu depan Reina.

Dengan segera Rara naik ke atas menuju kamar Reina. Memberikan bunga yang dititipkan dengannya.

"Rei, ada bunga titipan buat lo. Dari Reza" kata Rara sambil memberi bunga.

"Buang aja" tatapan mata kosong Reina ke arah jendela.

"Lo boleh marah sama dia. Bukan berarti lo tutup pintu maaf buat dia kan?"

Reina menoleh, lalu tatapannya menuju ke arah bunga yang Rara pegang. Rara meyakini agar Reina menerima bunga tersebut. Dengan terpaksa ia mengambil alih bunga itu, dan sadar ada surat didalamnya.

"Dasar tukang surat. Reza itu dari dulu gak pernah berubah ya? masih aja kirim surat kayak gini. Dia tuh hidup dizaman kapan sih?"

Masih seperti dulu, surat yang dikemas dengan amplop berwarna merah muda. Tulisan tangan yang sedikit berantakan yang Reina ketahui bahwa itu tulisan Reza.

          Hai, ini aku mantan kekasihmu. Aku rindu kamu. Aku pengen banget ketemu kamu lagi dan menyelesaikan permasalahan kita. Maaf, kalau aku sudah menyakitimu. Padahal dulu aku janji, tak akan ku biarkan siapa pun membuat kamu menangis. Sekarang malah aku yang termakan omongan sendiri.

Reina [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang