Mencoba hal yang baru itu tidak salah. Daripada harus terpuruk dengan kisah yang lama.
---
Minggu pagi Reina ditemani dengan secangkir kopi hangat di atas meja. Saat ini Reina tengah berada di balkon kamar miliknya. Menatap satu persatu surat-surat yang selalu ia terima dari si penggemar rahasia. Reina tak menyangka bahwa pengirimnya tak lain tak bukan adalah orang yang ia kenal. Terlalu pandai ia menjaga identitasnya. Pantas saja, orang itu tau segala hal tentang dirinya.
Reza lah si pembuat surat manis itu. Puluhan surat yang tergeletak itu Reina baca kembali satu persatu. Senyum di wajahnya selalu berkembang ketika membaca di setiap katanya. Terkadang ia memikirkan kenapa Reza bisa sepintar ini? Merangkai kata-kata yang membuat dirinya ingin loncat gembira sekarang juga.
Aneh, jika dilihat-lihat. Semudah itu Reina jatuh cinta pada sosok Reza yang baru ia kenal selama 3 tahun. Sosoknya yang penyayang, humoris, bertanggung jawab dan sedikit menyebalkan itu mampu menggeser posisi Farel.
Mengingat nama Farel membuat Reina murung. Bohong, jika Reina tak memikirkan Farel. Di setiap harinya Reina selalu bertanya pada hatinya. Bertanya bagaimana kabar sang pujaan hati. Di dompet Reina masih tersimpan jelas foto saat dirinya dan Farel tengah tertawa bersama. Foto yang waktu itu sengaja diabadikan oleh Rara.
"Maaf ya Rel, posisi lo udah digantiin Reza." ucap Reina seraya tersenyum getir.
Reina ambil foto itu lalu melipatnya hingga ke bentuk paling kecil. Memang sudah sepantasnya Reina melakukan hal ini. Karena Reina sadar diri bahwa hatinya milik Reza sekarang. Tak peduli bagaimana akhir dari kisah cintanya. Reina sudah berjanji bahwa Reza adalah yang terakhir.
Tak lama seseorang masuk ke kamar Reina sambil merengek. Jelas itu Rara yang baru saja bangun dari tidurnya.
"Reina, jalan-jalan yuk. Bosen gue"
"Yah, gue mau nemenin Reza futsal nanti. Gimana dong?" ucap Reina seraya terkekeh.
Rara melipat kedua tangannya di dada. Ia kesal karena kini Reina mulai asyik dengan Reza dan melupakan Rara. Selalu Reza yang dicari Reina.
"Kesel ah, mentang-mentang punya pacar gue ditinggal terus. Mending gue balik aja ke Amerika" ucap Rara sambil cemberut.
Reina mengerti dengan keadaan Rara sekarang. Ia benar-benar jatuh setelah permasalahannya dengan Fakri. Rara lebih banyak menyendiri dan tak ingin ditanya tentang permasalahannya. Reina berusaha untuk menghibur tapi usahanya selalu gagal karena Rara selalu menolak.
"Iyaudah deh maaf ya kalo gue terlalu sibuk sama Reza," ucap Reina sambil menusuk-nusuk lembut lengan Rara. "Lo ikut gue aja yuk. Kan banyak cogan," lanjutnya sambil menaik-turunkan alisnya.
"Gas terus kalo ada cogan, Hehehe"
"Kalo cogan seneng lo," timpal Reina.
Kemudian keduanya terlarut dalam obrolan seru mengenai gosip dan fenomena alam yang menciptakan manusia alay di masa milenial. Dan menanyakan kenapa cewek suka menggosip?
--
Keringat membasahi manusia berbadan tinggi itu. Rambutnya terlihat di acak-acak olehnya karena baru saja bola yang ia tendang masuk ke gawang lawan. Senyum tercetak diwajahnya menandakan bahwa ia berhasil membuktikan jika latihannya selama ini tak sia-sia. Terutama saat ia menatap gadisnya yang tengah memberikan semangat kepadanya dari pinggir lapangan.
"Asli cogan banyak banget," ucap Rara seraya menganga tak kuasa melihat banyaknya cowok-cowok ganteng.
"Sadar diri, Mba. Fakri masih di dunia loh"
"Ck, ini bukan saatnya gue nangisin Fakri. Ini saatnya gue move on," ucap Rara mantap.
Rara memang tipekal wanita yang tidak ingin jatuh dalam jangka waktu yang panjang. Rara memang hebat, Reina akui itu.
Reina hanya memutar bola matanya malas. Lalu terdengar teriakan gemuruh para kaum hawa yang sama seperti Reina. Menonton kumpulan lelaki yang sedang bermain. Mungkin mereka juga menyemangati pacarnya pikir Reina.
Pluit dibunyikan, para pemain itu membubarkan diri dan beristirahat. Sudah waktunya istirahat sejenak. Reza tentu langsung meghampiri Reina, gadisnya.
"Kamu kapan sampe?" tanya Reza.
"Barusan kok, gak lama banget"
"Gimana permainan aku, keren kan?" ucap Reza seraya duduk di samping Reina.
"Gak ah, B aja" ucap Reina tersenyum merendahkan.
"Yaudah, aku tanya ciwi-ciwi lain aja deh," ucap Reza. Lalu bangkit dari duduknya. Namun Reina menahan lengannya.
"Ih apaan sih, genit deh" Reina memanyunkan bibirnya.
"Iya, Maaf ya. Aku bercanda" ucap Reza sambil mengacak-acak poni gemas Reina.
"Eheeemmm,"
Seseorang berdeham tepat disamping Reina. Rasanya dia mulai bosan karena sedari tadi tak dihiraukan. Reina lupa bahwa ia membawa Rara kesini. Rasa tak enak hati kini muncul di benak Reina.
"Sorry, Ra. Gue gak liat, abisnya lo gak keliatan" ucap Reza.
"Iya, silahkan. Gue gak papa. Udah biasa, Hahaha" ucap Rara tersenyum getir.
Tak lama kemudian, Rara terjatuh karena ditabrak seseorang. Sepertinya cukup keras karena Rara menopang tubuhnya dengan tangannya. Rambutnya berantakkan dan tatapan matanya tajam. Emosi Rara kini meluap dan bersiap untuk memaki-maki si penabraknya.
"Sorry, gue gak sengaja" ucap cowok itu.
Rara bangkit lalu menunjuk sangar ke arahnya, " Lo kalo—"
Ucapan Rara terhenti saat melihat orang yang menabraknya. Tatapan yang tadinya tajam kini melemah karena terpesona melihat ketampanannya. Dafa Permana, Rara mengeja membaca huruf yang tertera di jacketnya.
"Hei, sorry gue gak sengaja" ucap Dafa sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Rara.
"Eh, yaa. Gak apa-apa gue baik kok, Hehe" ujar Rara canggung.
"Yaelah, bro. Lo udah ditunggu sama coach tuh. Gece dah," ucap Reza yang mengganggu suasana hati Rara.
"Yaudah, duluan Za" balas Dafa sesaat setelah menatap Rara.
"Eheem, gak nyesel kan gue ajak kesini" ucap Reina menyenggol lengan Rara.
Rara masih mematung. Sepertinya Rara jatuh cinta pandangan pertama dengan Dafa.
"Sumpah, ganteng banget" pekik Rara kesenangan. "Kalo Reza latihan bilang gue, ya" lanjutnya.
"Yeuhhh, enak lo!" balas Reza.
Hari mulai larut, Reza meminta Reina untuk segera pulang. Dia juga meminta maaf karena tak bisa mengantarnya pulang karena ada kepentingan lain. Akhirnya Reina dan Rara pulang menggunakan kendaraan umum. Sedari tadi Reina terus memperhatikan Rara yang tersenyum sendiri sambil menatap layar ponselnya.
"Woi, kenapa sih lo? gila ya?" ucap Reina menyenggol bahu Reina.
Bukannya menjawab pertanyaan Reina, Rara malah menoleh dan semakin menyunggingkan senyumannya.
"Beneran gila lo," gumam Reina yang dapat didengar Rara.
"Ih, gue tuh lagi stalking instagramnya Dafa. Jangan ganggu, bilang gue kalo udah nyampe," ucap Rara tak menoleh sedikitpun ke arah Reina.
Reina hanya memutar bola matanya. Ia malas jika Rara sedang jatuh cinta. Pasti Rara akan lebih sering teresenyum sendiri dan bersikap bodoh. Tapi di sisi lain Reina senang, karena perlahan Rara melupakan Fakri dan mencoba hidup baru dengan orang lain. Semoga datang keajaiban untuk Dafa dan Rara.
---
follow me on Instagram @ichaajnnh
Jangan lupa vote, komen, dan beri saran ke temanmu agar membaca cerita ini❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Reina [Completed]
RomanceTuhan telah menjauhkanmu dari orang yang salah. Orang yang hanya akan menjatuhkanmu dan memanfaatkanmu sebagai kesenangan pribadi. Karena kini Tuhan telah menyelesaikan skenario untuk kisah cinta kamu bersamanya. Dan ini saatnya Tuhan membuat skenar...