44

109 3 0
                                    

Dulu, kamu pergi dengan membawa sejuta kenangan.
Kini, kamu datang dengan membawa sejuta pertanyaan.

---

"Itu tunangan saya" ucap Kintan seraya menujuk cowok berjaket hijau army tengah berjalan menghampiri.

"Farel?" gumam Reina. Membuat Reza, Fakri, dan Rio menoleh.

Reina mengenggam kuat lengan Reza. Mencoba untuk menahan apa yang dirasakannya. Ketika melihat cowok itu, rasa yang pernah hilang kini kembali muncul. Ini semua pasti mimpi. Itu bukan Farel.

"Kenalin, Farel Arland Saragosa. Tunangan saya" ucap Kintan.

Farel tersenyum ramah pada Reina, Reza, Fakri dan Rio. Itu memang benar Farel. Hanya saja ia berbeda penampilan. Wajah dan rambutnya nampak lain. Terlihat lebih dewasa dan tampan tentunya.

"Hai, maaf saya baru bisa datang ke kafe ini. Dan gak nyangka bisa punya karyawan berbakat seperti kalian. Saya menonton aksi panggung kalian, dan itu sangat bagus sekali" ucap Farel.

Fakri dan Rio bingung bukan main. Mereka tak mengerti dengan perubahan Farel yang sangat drastis ini. Sementara itu, saat Reza menoleh dan menatap Reina. Gadis itu tengah menunduk menahan air mata. Reza paham, hati Reina pasti sangat hancur.

"Aku permisi ke toilet sebentar" pamit Kintan.

"Boleh kita berbicara sebentar?" pinta Farel.

Lalu mereka berlima duduk di meja kafe untuk sekadar mengobrol. Farel terus bertanya tentang kafe ini. Yang tak lain adalah milik Ayahnya sendiri.
Apa yang terjadi? mengapa Farel tidak mengenali tempat ini? jelas sekali bahwa kafe ini miliknya dan lebih tepatnya kafe ini adalah tempat pulang mereka ketika sedang berkumpul.

Reina terus membuang arah wajahnya. Ia sadar bahwa sedari tadi Fakri dan Rio terus melirik ke arahnya untuk mengecek apakah dirinya baik-baik saja. Tentu saja tidak. Genggaman Reza tak pernah lepas. Bahkan sesekali Reza berusaha menenangkan seraya mengelus-elus lembut tangan Reina.

"Kenapa kamu tidak mengenali tempat ini? bukannya kafe ini milikmu?" tanya Fakri berusaha se-formal mungkin, mengingat Farel tidak hanya berubah di penampilan tapi berubah di gaya bicara.

"Ah itu, Mamah saya bilang saya pernah kecelakaan dan kepala Saya terbentur bahu jalan. Lalu Saya dibawa ke rumah sakit Singapura untuk menjalani operasi. Hasilnya saya mengalami amnesia." jelas Farel.

Semuanya mengerti. Semuanya paham. Ini adalah jawaban dari pertanyaan Reina sejak dulu. Kejadian 5 tahun yang lalu terputar kembali. Hari yang menyakitkan. Dan hari yang butuh pengorbanan.

"Jadi kamu amnesia? pantas saja kamu tidak kenal kami" ucap Rio.

"Kita pernah berteman sebelumnya?" tanya Farel.

"Ya. Kamu, Saya, Fakri, dan Reina bersahabat. Dan satu perempuan, Rara namanya yang nanti akan saya kenalkan. Oiya, tak lupa. Kenalkan dia Reza, tunangannya Reina" ucap Rio seraya menunjuk. Reina tau bahwa Rio tengah berusaha memulihkan memori ingatan Farel.

Reza tersenyum canggung, "Salam kenal, saya Reza" ucap Reza. Lalu mereka bersalaman.

"Ceritakan ke Saya tentang pertemanan kita. Siapa tau saya bisa mengingat semuanya." ucap Farel dengan penuh semangat.

Dada Reina sesak. Ia tak kuat lagi. Air matanya hampir tumpah. Lalu Reina bangkit dan pamit izin ke toilet. Dan pergi berlalu begitu saja. Reza tak mungkin membiarkan Reina pergi sendirian. Reza pun ikut pamit dan pergi mengejar Reina.

"Reina, kamu kenapa?" tanya Kintan yang bertemu Reina di pintu toilet.

"Saya gak papa Bu, permisi" ucap Reina lalu masuk ke toilet. Membuat Kintan bingung.

Kaca toilet menampakkan wajah Reina yang lusuh. Air mata yang deras membuat eyeliner yang dipakai berceceran. Untuk apa ia kembali? Jawabannya untuk menyakiti.

Setelah beberapa menit lamanya Reina keluar dari tolilet. Sembari menghapus sisa-sisa air mata yang membasahi pipinya.

"Kita pulang" ucap Reza yang sedari tadi menunggu Reina di luar toilet.

Reina pasrah tangganya di genggam lembut dan ditarik keluar oleh Reza. Menuju parkiran mobil dan tancap gas ke arah pekarangan rumah Reina. Hanya perlu waktu 15 menit, mereka telah sampai di rumah Reina.

"Makasih, Za" ucap Reina berusaha tersenyum di depan Reza.

Reza meraih tangan Reina lalu menciumnya. "Kamu harus kuat, kita hadapi bareng ya." ucap Reza.

Seketika tangis Reina semakin pecah. Lalu gadis itu memeluk tubuh Reza kuat. Mencoba untuk mengontrol napasnya sehabis menangis.

"Aku minta maaf, seharusnya aku sadar. Aku tunangan kamu, Za. Aku gak seharusnya bersikap kayak tadi" ucap Reina seraya sesegukan.

Reza tersenyum ramah menatap Reina, "Aku gak papa. Aku paham apa yang kamu rasain sekarang. Karena memang seharusnya aku gak boleh marah. Seharusnya itu jadi motivasi aku untuk tetap perjuangin kamu. Untuk menuju pernikahan memang akan datang berbagai permasalahan. Dan sekarang kita baru memulainya." ucap Reza tenang.

Reza sangat dewasa dalam menyikapi hal ini. Kembalinya Farel di kehidupan Reina justru menjadi motivasinya untuk tetap berjuang ke jenjang pernikahan. Ini baru awal dari permasalahannya, dan tak mungkin Reza menyerah. Janjinya kepada Reina tak mungkin ia langgar.

"Terima kasih, kamu selalu mengerti dengan keadaanku" ucap Reina seraya tersenyum ramah.

"Na, percaya deh. Bukan Reza namanya kalo menyerah sebelum perang. Farel gak akan pernah bisa gantiin aku. Trust me?" ucap Reza.

---

follow me on Instagram @ichaajnnh
Jangan lupa vote, komen, dan beri saran ke temanmu agar membaca cerita ini

Reina [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang