54

80 2 0
                                    

Meminta maaf adalah jalan yang terbaik. Walau ia tau permintaan maafnya mungkin tak diterima.

---

"Reina?" tanya Juliana dengan wajah kagetnya.

"Bunda pasti kenal Reina" jawab Farel.

Reina sosok menantu yang dulu menjadi idaman Juliana. Juliana bersikeras agar Reina bisa menjadi pasangan hidup anaknya Farel. Walau ada sedikit paksaan dan rayuan, Reina berhasil jatuh hati pada Farel. Sialnya dipertengahan hubungan mereka, Farel harus meninggalkan Reina demi melaksanakan pengobatan intensif karena kecelakaan yang menimpa keduanya. Setahun berlalu Farel kembali dengan sosok baru. Tampilan yang berbeda membuat Farel tidak mengingat siapa Reina.

Selama tinggal di Singapura, Farel bertemu dengan sosok Kintan yang juga berasal dari Indonesia. Setelah cukup mengenal satu sama lain Farel memutuskan untuk menjadikan Kintan sebagai tunangannya.

Arland yang saat ini mulai renta, memberi kewenangan kepada Farel agar mengurus cafe miliknya yang terletak di jakarta. Sejak kedatangan Farel di Arland's Cafe semua berubah. Reina kembali menarik perhatian Farel.

"Bagaimana caranya kamu bisa kenal Reina?" tanya Arland.

"Aku udah ingat semuanya, Pah. Reina adalah orang yang papah jodohkan denganku sejak SMA. Kami kecelakaan lalu lintas dan aku mengalami amnesia. Aku ingat siapa Reina, Fakri, Rio. Teman-temanku Pah." jelas Farel. "Reina sekarang kerja sebagai penyanyi cafe di tempat kita. Dia harus bekerja karena dia gak mau nyusahin Tante Linda yang tinggal bersama dia"

Arland dan Juliana terdiam. Sial sekali Farel harus bertemu kembali dengan Reina. Arland sudah terlanjur berjanji akan menjodohkannya dengan Kintan. Tapi disisi lain Arland juga harus menepati janjinya dulu, untuk menikahkan Farel dengan Reina. Rumit sekali kehidupan Arland serta keluarganya.

"Pah, Bunda aku cinta sama Reina. Walaupun aku belum menyatakannya, tapi aku yakin bahwa Reina pasti akan kembali ke pelukkanku. Bukan Kintan yang aku mau, tapi Reina Pah, Bunda"

"Tinggalkan Reina" ucap Arland dingin lalu pergi meninggalkan Farel dan Juliana.

Farel lalu berdiri, "Bukan Kintan yang aku mau, Pah" ucap Farel.

Ucapan Farel membuat Arland berhenti dan berbalik.

"Menikahlah dengan Kintan, jangan bantah perintah Papah" lanjutnya lalu benar-benar pergi meninggalkan keduanya.

Farel menghembuskan napasnya gusar. Permintaan Papahnya sudah pasti tak bisa ia tolak. Kintan bukanlah wanita pilihannya. Tapi Farel harus berpikir bagaimana caranya agar Kintan mengerti, bahwa Farel akan memilih Reina sebagai teman hidupnya.

--

Kotak berwarna Pink yang sudah berdebu itu terletak diatas lemari. Kotak yang berisikan surat-surat yang diberikan Reza dahulu. Surat penyemangat yang ditulis sesuai apa yang terjadi apa Reina. Pandangan Reza terhadap sosok Reina, Reza tulis dalam secarik surat. Kini sang penulis telah berhenti, bukan karena keinginan hatinya. Tapi karena seseorang yang memaksa ia untuk berhenti.

"Mau sampe kapan lo diem aja dikamar kayak ayam bertelur?"

Suara Fakri mengagetkan Reina yang tengah murung sembari menatap surat itu. Ia menoleh dan mendapati tubuh tinggi Fakri di ambang pintu.

"Lo sadar gak sih, lo sedang berada di kamarnya anak gadis yang wanginya kayak bunga mawar?" ucap Reina menggoda tapi tatapannya tajam.

"Heleh, lo mah bunga bangke. Mana pantes bunga mawar" balas Fakri.

"Ngapain sih lo disini?"

"Apaan tuh?" tanya Fakri penasaran saat melihat kotak yang dipegang Reina.

Lalu perlahan Fakri mendekati Reina dan merebut paksa kotak tersebut. Dibacanya satu persatu surat tersebut. Fakri terkekeh membayangkan betapa alay-Nya Reza.

"Hahahaha jaman now kok masih pake surat-surat begini. Alay tau gak!" ejek Fakri.

"Apaan sih lo, ganggu! balikin kotaknya" rengek Reina.

"Kalo lo mau cepet-cepet move on, gini caranya..." ucap Fakri lalu tiba-tiba pergi membawa kotak itu.

Reina yang sadar kotaknya dibawa pergi, langsung berlari menyusul Fakri menuju halaman belakang rumah.

"Kri, mau lo apain?" ucap Reina histeris saat melihat Fakri membuang kotak itu ke tong besar.

"Bakar semua surat alay ini. Biar lo gak nostalgia dengan kejadian di masa itu"

Kemudian Fakri melemparkan sebatang korek api yang sudah ia nyalakan ke tong tersebut. Terbakarlah dengan mudahnya segala isi dalam tong itu. Reina melihatnya dengan tragis. Hingga air matanya mengalir deras.

"Apa tujuan lo bakar barang gue? itu dari Reza!! gue gak terima perlakuan lo!" ucap Reina sembari memukul lengan Fakri.

"Gue lebih gak terima ngeliat lo diperlakuin kayak gitu sama Reza. Sadar Rei! Reza udah buat lo kecewa gini. Dia ada main sama cewek lain yang sedang hamil itu. Nisa, cewek yang lo pergoki di kamar sama Reza saat itu. Lo inget kan?" ucap Fakri sedikit emosi.

Reina terdiam menatap Fakri. Matanya berkaca-kaca saat membalas tatapan Fakri. Tentu, Fakri tak tega melihat Reina seperti ini.

"Gue bisa aja ngehabisin dia kemarin. Tapi gue tau lo akan marah besar ke gue. Tolong ikutin yang gue mau, semua demi kebaikan lo. Gue setega ini karena gak mau lihat lo dipermainin sama Reza." kata Fakri.

"Ini privasi gue, ini hubungan gue. Lo gak berhak buat ngatur hidup gue" balas Reina tegas.

Fakri tak percaya Reina bisa sejahat ini karena Reza. "Ngeliat respon lo kayak gini, itu artinya lo izinin gue buat lawan dia habis-habisan" ucap Fakri lalu pergi meninggalkan Reina sendirian.

Tong yang masih terbakar hebat itu menemani kesunyian hati Reina. Ia menyesali perkataannya tadi. Reina tidak sungguh-sungguh untuk berbicara seperti itu pada Fakri.

Meminta maaf adalah jalan yang terbaik. Walau ia tau permintaan maafnya mungkin tak diterima.

---

follow me on Instagram @ichaajnnh
Jangan lupa vote, komen, dan beri saran ke temanmu agar membaca cerita ini

Reina [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang