38

105 4 1
                                    

Orang yang kamu buat patah hati itu bisa menjelma jadi apa saja. Menjadi batu, air, atau api. Atau bahkan hutan rindang yang membuatmu tersesat.

---

Reza keluar dari toilet sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Ia baru saja selesai mandi. Sudah hampir 2 hari Reza tak bertemu dengan Reina, karena dirinya harus fokus pada pelatihannya. Beruntungnya Reina dapat mengerti dan memberikan dorongan penuh. Reza bersyukur bisa memiliki Reina yang selalu mengerti dirinya. Kemudian, ia membuka lock screennya dengan wallpaper wajah Reina. Gadisnya terlihat sangat cantik dan imut saat terpotret ketika sedang menjulurkan lidah.

Reza Amnnatam: Helo, apa kabarmu? aku rindu, jalan berdua sama kamu enak nih.

Send

Setelah mengirimi pesan singkat pada Reina, Reza langsung berganti pakaian dan memilih baju yang cocok untuk bertemu dengan kekasihnya. Ponselnya ia biarkan tergeletak di kasurnya. Sementara ia mulai sibuk merapihkan diri.

Di sisi lain, Reina merasa ponselnya bergetar. Ada pesan masuk dari Reza. Dengan cepat ia membukanya dengan senyum bahagia di wajahnya. Setelah membaca ajakan Reza, Reina langsung membalasnya tanpa berlama lagi.

Reina Anjaya: Yuk. Aku udah otw ke rumah kamu nih. Aku bawain Nasi goreng spesial buatan aku

Send

Reina memang berencana untuk memberikan kejutan dengan datang secara tiba-tiba di rumah Reza. Nasi goreng spesial buatan pertamanya ia bawa untuk Reza. Sesekali Reina cemberut karena padatnya ibukota. Membuat jalanan macet dan menghambatnya untuk cepat sampai di rumah Reza. Dilirik ponselnya yang tak kunjung memberikan notifikasi. Mungkin Reza tertidur pikir Reina.

Setelah bersabar melalui padatnya jalan, akhirnya Reina sampai di pekarangan rumah Reza. Senyum terpancar diwajahnya kala membayangi ekpresi wajah Reza yang akan mencoba masakannya. Beberapa kali Reina menekan bel rumah tapi tak ada jawaban.

"Mungkin Reza tidur," ucap Reina.

Tak sengaja pintu terdorong oleh Reina. Pintunya tak terkunci. Artinya ada orang di dalam. Tapi mengapa saat Reina menekan bel, tak ada jawaban sama sekali. Reina mencoba memberanikan diri masuk dan langsung mengarah ke dapur. Mempersiapkan nasi gorengnya di atas piring untuk disajikan. Sehabis itu Reina lalu beranjak menaiki tangga, karena kamar Reza berada di lantai 2.

Bisa dibayangkan wajah Reina yang ceria ini ketika sudah tak sabar ingin menemui Reza setelah 2 hari tak jumpa. Mungkin Reina akan memeluk Reza untuk sekadar melepas rindunya.

"Za, aku bawain—"

Wajah yang ceria tak lagi muncul. Senyum yang sepanjang jalan tadi pun tak terpancar. Bagai tertusuk tombak tepat dihatinya, kala melihat kekasihnya berpelukan sangat erat pada wanita lain. Reza tidak hanya memeluk wanita itu dengan erat, tapi mencium keningnya walau hanya 2 detik hingga kemudian dipergoki Reina. Nasi goreng spesial buatannya berserakan dimana-mana karena Reina langsung buru-buru turun sembari menangis. Ia tak peduli lagi dengan semua yang terjadi. Ia benci Reza. Dan dia benci wanita itu.

"Na, dengerin aku dulu!" teriak Reza berusaha untuk mengejar Reina yang sedikit berlari.

"Aku bisa jelasin," ujar Reza. "Aku mohon, Na. Berhenti dulu" Reza menarik lengan Reina dengan lembut.

"Lepasin atau kita putus!," balas Reina kalap masih dengan air mata yang membanjiri seluruh wajahnya.

Bukan Reina yang dipeluk Reza walau sekadar melepas rindunya. Tapi wanita yang tak dikenal itu yang dapat memeluk erat Reza bahkan mendapat hadiah ciuman di keningnya.

Dengan terpaksa Reza melepaskan genggamannya. Reza tak ingin berpisah dengan Reina. Gadisnya benar-benar marah padanya. Janjinya sudah ia ingkari. Bahwa ia tak akan membuat Reina menangis jika itu tentang dirinya.

Tergambar jelas saat ia melihat wajah Reina yang banjir dengan air mata. Untuk pertama kalinya, Reza membuat Reina menangis dan kecewa.

Reina hanya bisa berdiam diri di dalam bus Trans Jakarta. Moodnya hancur seketika. Hatinya mendung dan siap turun hujan. Ingin sekali menangis untuk ke sekian kalinya. Tapi Reina menahan karena ia tau bahwa dia di tempat yang salah. Merasa sendirian di dalam keramaian itu tidak enak. Reina butuh seseorang untuk menenangkan.

Satu-satunya jalan yang terbaik. Reina memilih untuk mampir ke Arland Cafe. Dimana tempat band mereka berkumpul. Lebih tepatnya, dimana Fakri dan Rio berada disana. Reina datang dengan wajah yang memerah dan matanya yang sembab. Bibir bawahnya ia gigit kuat untuk menahan tangisnya. Beruntung cafe sepi mengingat saat ini sudah pukul 10 malam.

Mendengar bunyi lonceng di pintu membuat Fakri menoleh dan mendapati Reina yang datang sambil menunduk. Fakri paham betul bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Reina. Lalu Fakri menyenggol lengan Rio memberi kode bahwa Reina datang.

"Lo ngapain malam-malam gini datang kesini? Reza mana?" tanya Fakri.

Reina menggeleng, tak menjawab apapun. Dia terus menerus menunduk. Tak ingin menatap wajah dua sahabatnya itu. Fakri dan Rio kebingungan melihat Reina aneh seperti ini. Lalu Fakri mendekat dan mengangkat dagu Reina lembut. Fakri terlonjak saat melihat Reina menangis dengan wajah buruknya.

"Lo kenapa?" tanya Rio panik yang ikut mendekat ke arah Reina.

Seketika tangisnya pecah. Lalu ia memeluk tubuh Rio untuk sekadar melepas tangisnya. Rio membiarkan dada bidangnya banjir dengan air mata Reina. Rio terus mengusap-usap punggung Reina lembut berusaha untuk menyalurkan semangat.

Fakri mengajak Reina untuk duduk di sofa empuk dan meminta Reina untuk menceritakan semuanya. Kini gantian Fakri yang mengelus-elus punggung tangan Reina untuk membantu meredakan tangisnya. Sedangkan Rio duduk di seberangnya mereka berdua.

"Cerita sekuat lo, Rei" ucap Rio.

Reina mencoba untuk menahan isak tangisnya. Ia tak kuasa untuk berbicara saat ini.

"Reza,,," Baru menyebut nama Reza, Reina sudah kembali menangis.

Suaranya bergemetar kala ingin menceritakan semuanya. Fakri dengan sigap memeluk Reina. Mencoba untuk menenangkan. Setelah semua mulai normal. Reina kembali mencoba menceritakan semuanya. Kata-kata demi kata. Cerita demi cerita Fakri dengarkan. Hingga akhirnya ia tersulu emosi. Begitu pun dengan Rio.

"Harus gue kasih hadiah tuh orang," ucap Fakri.

"Besok hantam aja yok, Kri" timpal Rio.

Fakri dan Rio sama-sama emosi. Mereka tak terima sahabatnya dibuat menangis seperti ini. Apalagi konfliknya sudah berhubungan dengan pengkhianatan. Jelas, mereka berdua tak terima.

"Gue mohon, jangan sakitin Reza. Dia pacar gue,"

Fakri dan Rio bergeming. Mereka diam ketika Reina berbicara seperti itu. Bagi Fakri dan Rio cowok seperti Reza sudah tak pantas dianggap pacar dan di bela.

Lalu gue lo anggap apa, Rei? Batin Fakri.

---

follow me on Instagram @ichaajnnh
Jangan lupa vote, komen, dan beri saran ke temanmu agar membaca cerita ini

Reina [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang