"Jahat ga sih kalo deketin cewe cuma buat dapat contekan? Ga ah, lagian doi kan udah tau tapi doi tetep mau ngasih contekan. Bukan salah gue kan?"
-Louis.
"Asal bisa dekat sama kamu dan di chat tiap hari sama kamu, aku rela kok ngasih contekan. Bodo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"WOE HAZ!" panggil Niall. "Perasaan lo yang mau pergi, ngapa w yang dorongin nih barang-barang?"
"Etdah bantuin temen ngapa."
"Masalahnya berat ini."
"Yaudah iya, w bantuin." bukannya menghampiri Niall, Harry malah melipat tangan di depan dada layaknya orang berdoa.
"Lu ngapain ogeb? Katanya mau bantu?" tanya Niall.
"Ya gue bantu doa." jawab Harry santai, Niall menatapnya datar.
"Haz, yakin mau berangkat hari ini? Ini hari pertama gue puasa, gamau nemenin gue buka?" kata Zayn.
"Sorry Zayn, gue gabisa."
"Gue pasti bakal kangen banget sama lu. Apalagi setelah ini lo bakal susah ditemui."
"Tau si Hazza, ngapain sih lu jadi intel? Kan susah kalo mau ketemu, hidup lo tersembunyi." keluh Niall.
"Haz--" panggil Louis manja dengan puppy eyes-nya. "Gue gamau pisah dari lo." Louis pun memeluk Harry.
"Etdah lebay amat lu pada, santuy aja kali pasti ketemu lagi kok." kata Harry sambil diam-diam mengelap airmatanya dalam dekapan Louis.
"Kalo bakal ketemu lagi, ngapa lo nangis?" sindir Liam yang menyadari hal itu.
Harry tak dapat menyembunyikan kesedihannya lagi. Ia membalas pelukan Louis dan menangis dalam pelukannya. Liam, Zayn, dan Niall pun ikut memeluk mereka.
"Gue janji kita bakal ketemu lagi walaupun gue udah jadi intel dan kalian jadi orang-orang sukses. Gue janji reuni katanya kelas bakal ada dan gue yang ngadain. This is not the end." kata Harry penuh haru.
Setelah merasa puas, 1D pun melepas kepergian Harry dengan tangisan haru. Mereka tak bisa menghalangi Harry untuk meraih mimpinya, mereka hanya bisa mendoakannya.
---o---
Satutahunenam bulan kemudian...
NEW YORK
[11.00 AM]
"Gimana caranya biar kita bisa bongkar kebusukannya Cam ya, Shawn?" tanya Selena.
"Gatau juga w Sel, bingung." jawab Shawn sambil menyeruput cappucino-nya.
"Cam tuh terlalu pintar. Udah satu setengah tahun kita coba bongkar kebusukannya tapi ga berhasil." keluh Selena sambil menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Gue mulai nyerah Sel. Keknya si Louis juga mulai bahagia sama kehidupan barunya."
"Gue juga, Shawn. Rencana gue sama Niall juga ga berhasil. Malam itu doang grup kelas rame, setelah itu? Paling gue, Niall, Justin, Barbara, Liam, Cara aja yang muncul. Tay sama Hazza gaboleh bawa HP, Louis sama Ele mulai pusing ama dunia kedokteran, yang lain? Sibuk sama kegiatan masing-masing."