Sudah lebih dari lima jam Woojin bertahan di rumah Jihoon.
Ia duduk di lantai, bersandar pada kaki ranjang dimana Jihoon tertidur pulas setelah lelah menangis.
Jihoon menghela napas kasar saat membuka matanya dan mendapati Woojin yang masih berada di kamarnya.
"Sudah kukatakan untuk pulang Park Woo Jin !"
Jihoon kesal, ia membentak Woojin kasar lalu memukulnya dengan bantal berkali-kali.
Woojin tak bergeming, ia hanya menutup mata menerima setiap pukulan Jihoon.
Suara tangisan kembali pecah memenuhi seluruh ruangan kamar bernuansa pink itu, Jihoon kesal, namun Woojin menyesal.
Keduanya bertahan dengan kerasnya perasaan masing-masing.
Jihoon ingin Woojin pergi meninggalkannya, namun Woojin ingin Jihoon memaafkan perbuatannya.
Pria berkulit agak coklat itu beranjak, mengubah posisi duduknya menjadi berada dihadapan Jihoon.
"Pukul aku sekarang .. Aku siap Jihoon~ah .. Posisi seperti ini akan lebih enak untukmu memukulku sampai puas"
Woojin sudah bersiap, memejamkan matanya menunggu serangan dari Jihoon.
Plak !
Sebuah tamparan mendarat di pipi Woojin, memberikan tanda merah yang terasa panas.
Plak !
Sebuah tamparan lagi di tempat yang sama, namun Woojin tetap tak bergeming.
Jihoon menyerah, percuma mengusir Woojin yang begitu keras kepala untuk meninggalkannya.
Ia menekuk kedua lututnya, membenamkan kepalanya lalu menangis lagi.
Tiba-tiba sebuah pelukan hangat terasa, membuat Jihoon sedikit tersentak kaget.
Woojin, pria berkulit coklat itu memeluk tubuhnya yang sedang meringkuk.
"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi agar kau memaafkanku, tapi aku ingin mengatakan satu hal Jihoon~ah .."
Ia menarik napasnya sejenak, lalu berkata ..
"Aku menyesal"
Jihoon mengubah posisi duduknya setelah Woojin melepas pelukannya, membuat Woojin menatap dalam kedua mata indah Jihoon.
"Jangan menangis lagi .. Matamu jadi jelek karena bengkak"
Jihoon memukul dada Woojin manja, dengan tangis yang mereda.
"Kau mau memaafkanku kan Jihoon~ah ??"
Jihoon masih diam.
"Ayo tetap berteman .. Aku tidak ingin kehilangan teman baik sepertimu"
Kedua mata indah itu menatap Woojin.
"Kau tahu aku tidak bisa berteman denganmu Woojin~ah .. Sudah cukup .. Aku lelah"
Woojin memutar bola matanya, tampak berpikir sejenak.
"Beri aku kesempatan .. Kita bisa memulainya dari pertemanan .. Aku belum bisa membuka hatiku untuk hubungan seperti itu Jihoon~ah .. Tapi aku tidak akan menutup hatiku rapat-rapat .. Aku akan membukanya sedikit agar kau bisa terus berusaha"
Jihoon tertunduk.
"Tapi semua akan berbeda mulai sekarang Woojin~ah .. Aku sudah mengakui perasaanku, aku tidak akan bisa bersikap seperti kemarin lagi"
Woojin menangkup kedua bahu Jihoon, menfokuskan matanya menatap mata indah itu.
"Karena itu aku bilang kita akan memulainya dari awal .. Berusahalah, aku akan belajar untuk menghargai hubungan yang seperti itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA ~ [MINHWAN] -END-
FanfictionSaat kupikir berbeda itu adalah jalan keluar terbaik, namun mengapa malah menjerat lalu menarikku semakin dalam tanpa ingin berusaha untuk membebaskan diri.