"ah, nyamannya", Minhyun bergumam setelah rebah diatas ranjang.
Ia menoleh, memperhatikan Jaehwan yang tak bergeming sedikitpun.
"Kenapa tidur membelakangi hyung uh ? Kau marah ?"
Minhyun mendekat dan mendekap Jaehwan yang memejamkan mata.
Ia menciumi pipi dan leher Jaehwan, menghirup sisa wangi parfum yang masih menempel pada kulit.
"Parfum mu baru uh ? Kapan kau membelinya ? Seingat hyung, kau tidak pernah punya wangi yang ini"
Minhyun memperhatikan Jaehwan, menunggu jawaban dengan senyum yang terus mekar.
"Woojin dan Jihoon yang memberikannya saat kita di London kemarin .. Mereka senang dengan kado campervan yang hyung berikan, mereka bilang akan mengendarainya saat liburan nanti"
Minhyun kembali mengecup ringan pipi bulat Jaehwan.
"Benarkah ? Baguslah kalau mereka menyukainya .. Itu kado dari kita berdua, bukan hanya dari hyung", bisik Minhyun lalu menepuk manja bokong Jaehwan.
"Jaehwan~ah"
"Hngg"
"Apa kau sakit ?"
"Tidak"
"Apa kau marah pada hyung ?"
Jaehwan menoleh, ia mengubah posisinya, rebah dengan Minhyun yang menguncinya dari atas.
"Aku- tidak apa-apa", seru Jaehwan dengan tangan yang mengelus lembut pipi Minhyun.
"Kau tidak bisa bohong pada hyung Jaehwan~ah .. Hyung tau kau sedang ada beban pikiran"
Minhyun memperhatikan setiap inci wajah Jaehwan, memainkan poni yang menutupi keningnya lalu tersenyum manis.
"Aku-"
"Ya ?"
Jaehwan ragu.
"Katakan Jaehwan~ah .. Bagi dengan hyung bebanmu, jangan disimpan sendiri .. Bukankah itu fungsinya kita menikah, agar saling melengkapi"
Mata Jaehwan berubah sendu.
"Apa- semudah itu bagi orangtua untuk- membuang buah hati mereka ?"
Minhyun melebarkan matanya, menatap bingung pada Jaehwan.
"Memangnya ada apa Jaehwan~ah ? Kenapa tiba-tiba bertanya begitu ?"
"Tadi siang- saat aku jalan di pertokoan- aku melihat seorang gadis kecil .. Dia cantik sekali .. Matanya bulat, pipinya juga bulat .. Rambutnya sebahu dengan poni didepan .. Ahh, dia cantik sekali hyung"
"Lalu ?"
"Namanya Myunghee"
Minhyun memperhatikan kedua mata Jaehwan yang begitu berbinar saat membicarakan gadis kecil itu.
"Dia terlihat ketakutan dan kelaparan .. Jadi aku memberikan biskuit dan susu untuknya .. Dia makan lahap sekali"
"Karena itu- kau hanya membawa pulang sekotak susu tadi ?"
Jaehwan mengangguk lucu, lalu nyengir.
"Myunghee- ditinggalkan begitu saja oleh Eomma nya di lorong itu"
"Bagaimana mungkin ? Apa ada seorang Ibu yang tega meninggalkan putrinya sendirian di jalanan ?", Minhyun terlihat berpikir dan menyesali perbuatan semacam itu.
"Aku menemukan banyak baju di ransel kecilnya"
"Hmm- mungkin Myunghee hanya terpisah dari Eommanya"
Jaehwan menggeleng, menyangkal perkiraan Minhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA ~ [MINHWAN] -END-
FanfictionSaat kupikir berbeda itu adalah jalan keluar terbaik, namun mengapa malah menjerat lalu menarikku semakin dalam tanpa ingin berusaha untuk membebaskan diri.