Jaehwan menyeret langkahnya, kakinya mulai nyeri lagi karena terlalu lama berdiri dan dipaksa berjalan jauh.
Baru saja ia menghela napas lega setelah berhasil mencapai ruangan rawat inapnya, tapi satu sosok membuatnya berkeringat dingin.
"H-hyung .."
"Darimana saja kau ?"
Suara Minhyun terdengar dalam dan dingin, ia terus memandang Jaehwan tanpa ekspresi.
"A-aku--"
"Kenapa kau selalu membantahku Jaehwan~ah ??? Sudah kukatakan untuk tidak pergi kemanapun tanpa aku"
Jaehwan menunduk, ia tahu Minhyun mulai marah, ia hanya masih mencoba untuk menahannya saat ini.
"Maaf- hyung"
Minhyun tertawa miring, matanya memerah karena kesal.
"Apa kau tau kalau aku mencarimu seperti orang gila ?! Aku berlari ke setiap lorong memanggil namamu ! Aku pikir kau hilang dan terluka saat aku tidak ada ! Tapi lihat dirimu- kau datang seperti tidak terjadi apapun"
Jaehwan terisak, ia menggigit bibirnya yang mulai gemetar karena sesegukan.
"Apa kau senang melihatku menderita ???? kenapa kau selalu membuat hatiku sakit Jaehwan~ah ??? Apa menyenangkan bagimu saat aku terlihat menyedihkan ????"
Jaehwan menggeleng dengan mata yang sudah memerah dan sembab. "Hyung- aku- aku-"
Minhyun pergi keluar ruangan dengan langkah kasar, ia bahkan mengabaikan Jaehwan yang berusaha tetap berdiri meski kakinya sudah gemetar.
Dan- BAMM !
Pintu ruangan VIP itu membanting kencang dengan tangis Jaehwan yang pecah seketika.
Minhyun tidak pernah sekasar ini padanya.
Tapi- siang ini- Minhyun begitu marah karena perbuatannya.
...
"Argghhh"
Minhyun menjenggut rambutnya, menariknya dengan wajah frustasi.
Ia kesal.
Ia marah.
Ia kecewa.
Jaehwan selalu berjanji, namun ia juga seringkali melanggar janji itu.
Minhyun takut kehilangan.
Ia begitu mencintai Jaehwan melebihi hidupnya sendiri.
Bahkan- bila bisa dilakukan, ia ingin menggantikan posisi Jaehwan untuk menanggung rasa sakit yang sedang dirasakannya.
Tapi, mengapa Jaehwan tidak pernah mengerti dan memahami ketakutannya ?
Semua yang ia lakukan, semua yang ia korbankan, semuanya hanya untuk satu orang- dan itu Jaehwan.
"Jaehwan~ah"
Minhyun bangkit.
Ia sekarang menyesalinya.
Begitulah hatinya, tidak akan pernah bisa bertahan lama mengabaikan ataupun marah pada pasangan hidupnya itu.
Dan langkah kakinya kembali berlari memasuki ruangan tempat Jaehwan dirawat.
...
...
...Dadanya terasa sesak setelah melihat Jaehwan duduk pasrah di lantai yang dingin.
Kepalanya tertunduk dengan satu tangan sehat yang masih tersisa menutupi matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA ~ [MINHWAN] -END-
FanfictionSaat kupikir berbeda itu adalah jalan keluar terbaik, namun mengapa malah menjerat lalu menarikku semakin dalam tanpa ingin berusaha untuk membebaskan diri.