Hari ini adalah harinya ..
Seorang pria berkulit karamel berdiri memandang pantulan dirinya di depan cermin panjang yang berdiri tegak.
Jantungnya terus berdegup cepat karena gugup.
Berkali-kali ia mengibaskan kedua telapak tangannya yang dingin seperti membeku.
"Woojin~ah"
Yang dipanggil menoleh dalam sekejap, lalu tersenyum kecil.
Jaehwan berjalan mendekat, meninju ringan lengan sahabatnya, lalu tertawa bersama.
"Kau gugup ?", tanya Jaehwan.
"Aku takut hyung", sahut Woojin.
"Apa- rasanya seperti ini saat hyung menikah dulu ?"
"Begitulah .. Aku bahkan tidak bisa tidur semalaman karena gugup"
Woojin tersenyum mendengar jawaban Jaehwan, mengusap lengannya lembut dengan senyuman hangat.
Jaehwan mengambil alih dasi yang berusaha disimpul oleh pemiliknya.
Ia tahu, tangan Woojin terlalu gugup untuk sekedar menyimpul rapi dasi di lehernya.
"Apa- orangtuamu datang ?"
Pertanyaan Jaehwan membuat senyum yang sejak tadi merekah luntur seketika, Woojin menggeleng pelan.
"Mereka mencoret namaku dari daftar keluarga", seru Woojin lirih.
Tangan Jaehwan berhenti, ia tahu sahabatnya itu terluka setiap mengingat penolakan keras keluarganya terhadap hubungannya dan Jihoon.
"Apa kau- menyesal Woojin~ah ?"
Woojin mendongak, memandang lurus ke mata Jaehwan, lalu menggeleng mantap.
"Aku mencintai Jihoon .. Aku tidak akan berdiri disini sekarang kalau memang menyesalinya"
Jaehwan tersenyum kecil dengan tangan yang kembali sibuk menyimpulkan dasi di leher Woojin.
"Hyung beruntung"
"Kenapa ?"
"Karena Eomma hyung merestui dan menerima Minhyun hyung .. Hyung juga punya mertua yang sangat menyayangi hyung"
"Mertuamu juga sangat menyayangimu", seru Jaehwan.
Woojin menghela napas pendek, "tapi orangtuaku tidak menerima Jihoon sebagai menantu mereka .. Kasian Jihoon, anak manja itu tidak akan merasakan kasih sayang dari mertuanya"
"Woojin~ah .. Kau tau dengan jelas seperti apa hubungan yang kita jalani .. Hubungan seperti ini tidak akan bisa berjalan dengan mudah, karena nyatanya kultur kita belum bisa menerima hal tersebut"
"Aku tau hyung .. Aku hanya merasa sedih", sahut Woojin lirih.
"Bersemangatlah .. Kau sudah mengambil keputusan, jalani dengan bahagia", seru Jaehwan bersemangat.
Woojin mendekap tubuh Jaehwan, memeluknya erat dengan kedua mata merapat.
"Terima kasih- karena hyung selalu bersamaku .. Aku menyayangi hyung seperti kakak kandungku sendiri"
Jaehwan mengusap punggung Woojin yang sudah mulai terisak.
Ia sedih.
Namun juga bahagia.
Tidak ada jalan kembali, ia hanya perlu menjalani dan menikmati apa yang sudah menjadi keputusannya.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA ~ [MINHWAN] -END-
FanficSaat kupikir berbeda itu adalah jalan keluar terbaik, namun mengapa malah menjerat lalu menarikku semakin dalam tanpa ingin berusaha untuk membebaskan diri.