Cassy POV :
Mataku perlahan terbuka, menatap langit langit kamarku.
Tanganku menyentuh kepalaku yang terasa sangat sakit.
Eh? Kamar? Sakit kepala?
Bagaimana caraku pulang semalam? Seperti kilasan film, semua yang terjadi semalam terulang dibenakku."Aku yakin ada yang membiusku dari belakang"
"Namun bagaimana caraku bisa pulang dengan selamat ke apartemenku? "Perasaan panik menyelimuti ku, aku segera bangun dan berjalan menuju kaca. Melepaskan baju adalah hal pertama yang kulakukan untuk memastikan tak ada organku yang diambil.
Tapi tidak ada luka maupun bekas , lebam apalagi jahitan."Apakah yang kuingat tadi adalah mimpi? Namun itu terlalu nyata untuk dikatakan mimpi. Aku juga tak memiliki ingatan lagi bagaimana aku kembali dari toilet"
Tapi tunggu... Apa ini?
Jari ku menyentuh sesuatu yang seperti bekas merah? Tapi kenapa ada dileherku? Bukan hanya satu namun beberapa bekas terpampang dileherku.
Tunggu....
Apakah ini cupang?Bbbut who gave me this?
Saat menyadari bahwa bekas merah itu kemungkinan besar adalah bekas cupang, aku panik dan langsung meraih ponselku dan menelepon emerly.--------------------------
"OH GOSHH CASSY , Kemana saja kau?! Aku dan jack sangat khawatir! Jack terus menelponmu berulang kali namun namun kau tak pernah menjawab. Ia bahkan telah menelpon polisi!! " ,
Emerly berkata panjang lebar begitu panggilan tersambung"Sepertinya semalam aku diculik"
"What?!!! Are you sure? ", ucap emerly dengan nada tidak percaya
"Tidak... Apa kau sekarang baik baik saja?", kini ia terdengar panik.
"Aa..aku baik baik saja sekarang "kataku dengan nada gemetar.
"Dimana kau sekarang Cas? ",
tanya Emerly langsung"Apartemenku"
"Tunggu aku, aku akan kesana sekarang juga"
**************
Emerly datang untuk menjemputku hanya dalam waktu beberapa menit
Kami pergi ke cafe terdekat karena berada diapartemenku membuatku takut dan tidak nyaman.
Mengigat bagaimana mereka bisa membawaku kembali bahkan kedalam kamarku sungguh membuatku ketakutan."Cassy are you alright??", tanya Emerly begitu aku masuk kedalam mobil
"Aa.. Aku baik baik saja.. Hanya shock"
Jawabku berusaha meyakinkan Emerly agar tak terlalu khawatir.
Walau sebenarnya aku sungguh ketakutan. Apalagi setelah melihat kejadian pembunuhan kemarin didepan mataku.
Suara tembakan itu seakan masih terngiang ngiang ditelingaku.
Darah yang mengalir di lantai selalu muncul setiap aku memejamkan mata."Pergilah ke cafe terdekat yang ramai. Aku akan menceritakan kejadiannya padamu" ,
Ucapku pada Emerly yang kemudian hanya mengangguk, lalu sesekali menatapku saat menyetir.Setelah sampai disalah satu cafe terdekat. Kami duduk ditempat yang paling pojok.
Alasanku membawa Emerly ke cafe karna setidaknya berada ditempat terang dan ramai lebih membantuku untuk merasa lebih aman."Sa..saat itu... aa.. Aku berjalan mencari to..toilet"
"Shhhh minum dulu cas" ,
Emerly menyodorkanku minum saat melihat aku yang masih shock.Setelah minum dan 5 menit berlalu, aku kembali lanjut setelah lebih tenang.
"Saat itu aku pergi ke toilet sebuah suara menarik perhatianku.
Seperti suara kegaduhan namun terdengar sangat samar. Aku tak jadi ke toilet dan berjalan mengikuti arah suara itu melalui lorong gelap panjang yang berlawanan dengan arah menuju toilet.
Ternyata suara itu berasal dari sebuah ruangan, dan saat mmendekati ruangan itu aku dapat mengintip kedalam melalui celah pintu yang tak rapat tertutup.
Aa.. Aku melihat sekelompok pria berpakaian hitam sedang memukuli seorang pria lainnya yang lebih tua, lalu kemudian mereka mem... Bunuhnya.."
Ucapku menceritakan kejadian malam itu dengan suara kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ruthless Mafia
RomansaDexter Maston , 28 Bos mafia di Itali yang terkenal akan kebrutalannya, tapi penampilan dan wajah nya tidak sesuai dengan image mengerikan yang selalu orang bayangkan. Ia sangat menawan dengan ciri khas jas serba hitam. Mata biru bagai lautan yang...