Langkah kaki ringan terdengar melangkah turun menuju ruangan bawah tanah. Berjalan menelusuri tangga gelap yang hanya dihiasi bola lampu remang dan aroma besi yang semakin tercium. Perasaan Xmiller mulai tak karuan, ia tau dibalik pintu ada sesuatu yang buruk sedang menuju padanya. Sebagai seorang pembunuh bayaran, instingnya sangat tajam terutama saat bahaya mendekatinya. Keringat dingin mulai mengalir dari dahinya, namun tak ada yang bisa ia lakukan.
Rantai rantai yang mengikat tubuhnya bukan satu satunya alasan ia tak berdaya. Cairan suntikan yang ia dapatkan saat pertama kali tiba membuat seluruh badannya lemah tak bertenaga.Klik
Seorang lelaki membuka pintu lalu masuk. Indra penglihatan nya juga ikut melemah karena ia tak bisa melihat wajah pria yang sekarang telah duduk didepannya dengan jelas.
"Siapa kau?"
Dexter tersenyum menyeringai
"Apa yang kau inginkan?" , Xmiller bertanya berusaha terlihat tenang
"Siapa kau..., Dimana ini.., Apa yang kau mau.., Mengapa kau melakukan ini.." . " "Semuanya menanyakan hal yang sama." , ucap dexter tersenyum sambil memperhatikan cincin yang dikenakan pria ini.
"Tapi mengapa tak pernah ada yang bertanya 'Untuk apa aku disini?', lanjutnya dengan nada tajam
"Apa maksudmu?", tanya Xmiller dengan suara lemah
"Luca Maston"
Mata Xmiller membesar terkejut mendengar nama itu. Wajah pria didepannya yang tadinya terlihat tak jelas sekarang seakan menjadi sangat jelas.
Jantungnya kini berdegub kencang dan kepanikan diwajahnya tak lagi dapat di sembuyikan."Sepertinya kau langsung mengerti maksudku?", kata Dexter menaikkan sebelah alisnya
"Apa? A.. Aku tidak mengerti", tangannya mulai bergetar dibawah meja.
"Hmm..." , gumam Dexter
Dengan satu tepukan tangan seorang pria berkaus hitam masuk.
"Apa hukuman dari berbohong?" , ucapan dexter yang juga merupakan aba aba langsung dimengerti anak buahnya
"Wa.. Wait!! Aa.. Aapaa yang mau kau lakukan?!" , Xmiller panik saat melihat lelaki yang barusan masuk tadi mengeluarkan sebuah pisau dari kantong celananya.
Xmiller panik, dengan sisa tenaga ia berusaha melepaskan diri dan mendorong kursi yang mengikatnya menjauh dari orang yang sedang menuju kearahnya dengan mengengam pisau.
"Ku sarankan kau diam agar bukan hanya kelingking yang terpotong", ucap anak buah Dexter sebelum beraksi
"Aghhhhhhhh!!!! Rgrgggghhhh!!!" jeritan Miller memenuhi ruagan
Erangan penuh kesakitan layaknya lantunan musik sangat dinikmati Dexter. Terlukis senyuman lebar diwajah melihat pria yang kemungkinan merupakan pembunuh ayahnya kesakitan.
Well ini bahkan hanya merupakan awal dari siksaan."Now.. Haruskah aku memotong jarimu juga atau kau lepaskan sendiri cincin itu?" ,lanjut Dexter saat suara Xmiller melemah.
Tentunya dalam hitungan detik Miller bergegas melepaskan cincin dengan sapphire merah dari tangan kirinya .
"Perlu bantuan?", tanya Leo yang merupakan anak buah Dexter saat melihat Miller kesusahan melepaskan cincin itu.
"Shit! Shit! Shit!!!, gumamnya karena cincin tersebut tak bisa lepas.
Namun kali ini tanpa aba aba leo menarik tangan pria menyedihkan didepannya lalu memotong jari dimana cincin itu melekat mengakibatkan jeritan yang sama terulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ruthless Mafia
RomanceDexter Maston , 28 Bos mafia di Itali yang terkenal akan kebrutalannya, tapi penampilan dan wajah nya tidak sesuai dengan image mengerikan yang selalu orang bayangkan. Ia sangat menawan dengan ciri khas jas serba hitam. Mata biru bagai lautan yang...