Bab 6 (Revisi)

6.4K 266 0
                                    

La Tahzan Innallaha Ma'ana

•¤•

Beberapa hari telah berlalu, malam itu, Humaira tengah termenung duduk dijendela kamarnya yang terbuka, sinar bulan tampak terang menerangi wajah ayu namun sayu itu.

Tangannya sibuk memutar-mutar gagang daun waru yang sudah sangat layu itu. Fikirannya entah kemana, matanya menatap kosong kearah tanaman yang ada diluar kamar bawah jendelanya.

Masalalu... Pantaskah engkau kulupakan... Berharap tak bersarang dan menghantui otakku...

Aku menunggumu... Bukan berarti berharap padamu...

Aku percaya pada-Nya dan hanya bisa berharap pada-Nya pula.

Tok

Tok

Tok

Humaira dikejutkan dengan kehadiran seseorang, bukan didalam kamarnya dan mengetuk pintu kamarnya juga namun... Ketukan yang tepat disebelahnya dikaca jendela.

"Taraka!!" pekik Humaira tak percaya, temannya ini! Taraka membalas dengan cengengesan.

"Kok bisa masuk sih... Lewat pagar aku beneran??" tanya Humaira tak menyangka, pasalnya pagar rumahnya itu tembok yang agak tinggi.

"Nggak lah... Lewat pagar depan... " jawabnya.

Humaira menengok kanan dan kiri.

"Kamu itu kebiasaan deh, tolong hilangin kebiasaan burukmu ini... Udah dari kecil sukanya nyelinap kejendela kamar gadis!" kesal Humaira.

"Jangan marah dong... Lagian cuma kamu kok... "

"Maksud mu!" tanya Humaira tajam, bahkan ia sudah berdiri tegak.

"Ya... Kamu, Dewi udah aku anggap saudara lah... "

"Terserah.... " Humaira memutar bola matanya jengah, temannya ini gak akan bisa dibantah.

"Btw ada tante gak?" tanya Taraka sambil melongok kedalam kamar dari jendela namun langsung dihadang oleh Humaira.

"Iiih... Taraka apaan sih!!" cegah Humaira agar kepala temannya itu tak masuk melihat isi kamarnya. Bukan berantakan tapi gak sopan sama aja buka privasi.

"Gak ada ibu aku lagi pergi sama ayah" ucap Humaira ketus.

"Gue masuk yah" dengan santainya Taraka hendak masuk. Humaira melotot ia langsung mengambil sapu yang kebetulan ada disamping lemari dekat jendelanya. Dan langsung memukul kaki laki-laki itu.

"Dasar, keluar! Pulang sana!!" Pekik Humaira.

"Ampun ampun ampun" ucap Taraka sambil mengangkat tangannya, bermaksud melindungi tubuhnya yang terkena serangan, ternyata Taraka juga membawa tas kecil seperti goodybag.

"Ih sana pulang kalo ada yang liat kita berduaan bisa timbul fitnah tau! Sana!" ucap Humaira tegas.

"Halah... Kan aku udah bilang kamu udah aku anggap saudara"

Anna Uhibukka Fillah [masaREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang