Bab 17 (Revisi)

5K 242 1
                                    

Enjoy Reading

Jika Humaira dari awal mengatakan bahwa dari awal kehidupannya penuh dengan kejutan... Maka inilah kejutan terbesar yang pernah dialaminya dalam hidup.

Entah, ia bingung, namun sungguh kejutan ini malah datang langsung dari keputusannya saat ini. Menikahi pria yang tidak dikenalnya dan jelas-jelas sudah menyakiti hatinya secara tidak langsung. Dan entah kenapa dia merasa sakit karena padahal sebelumnya ia tidak pernah mengenal pria itu.

Tapi percayalah.... Rasanya sesak!

Tepat hari ini, pagi tadi... Acara ijab dan resepsi pernikahan digelar. Memang sudah sesuai rencana awal orang tua mereka bahwa acara pernikahannya nanti seperti ini seperti itu.

Tapi entah, keadaan sekarang berbeda. Atmosfer yang dirasakan kedua belah pihak berbeda. Bahagia... Sedih... Tertekan... Gelisah... Haru... Semua jadi satu. Dan mungkin gelisah yang mendominasi perasaan Humaira sekarang.

Sudah cukup ia berlarut-larut dalam kesedihan, ia ingin melupakan sejenak semua itu, setidaknya untuk berakting sangat bahagia didepan teman-teman dan sahabatnya-_

Dan sekarang ia memasuki mansion yang beberapa terakhir sering ia kunjungi. Seketika raut wajah yang tadinya menampakkan kebahagiaan, langsung terganti dengan kesedihan yang didominasi kesedihan.

Pria itu! Yang sudah memohon padanya tempo lalu bahkan tak mengajaknya bicara sama sekali, selama resepsi, hingga akhirnya perjalanan pulang ke mansion.

Devi—Humaira tak menyangka ia adalah saudara Jordhan, teman dekat sekaligus junior dikampusnya.
Humaira bisa melihat binar kebahagiaan dimata gadis itu, rasanya bertolak belakang dengan dirinya. Malah Humaira berfikir Devi lah yang menikah.

Humaira tertawa hambar didalam hati. Benar-benar ujian yang menantang. Dan ujian itu dimulai dari sekarang.

.....

Humaira masuk dikamar pria yang sudah menyandang suaminya itu. Kamar luas dan mewah, warna navy yang sedikit mengesankan gaya cowok. Humaira masuk kemudian berhenti sejenak, kopernya pun ia lepaskan dari genggaman disampingnya.

Tangannya beralih menumpu tangan kirinya, laki-laki itu—maksudnya suaminya juga berhenti, menghadap kaca yang menghubungkan balkon luar.

"Aku ingin bicara padamu sebentar..." ucap Jordhan, Humaira mengangguk pelan meski tak dilihat.

"Sebelum itu aku minta maaf...." ucap Jordhan pelan sambil menghembuskan nafas.

"Katakan ku pria egois yang secara tidak langsung menyakiti hati dua wanita..." ucap Jordhan berusaha terdengar biasa, ia belum berbalik untuk menatap Humaira pandangannya masih pada balkon kamarnya.

Benar... Egois telah menyakiti dua hati wanita-Tunggu! Dua?? Oh tentu saja... Kenapa Humaira melupakan masalalu pria ini. Batin Humaira sambil meneguk salivanya pelan. Ya Allah... Kenapa serumit ini??? T_

"Kita memang sekarang suami istri... Tapi maaf aku tidak bisa menjanjikan cinta untukmu..."

Jleb!

Entah seperti ditusuk. Mendengar kalimat itu seketika membuat Humaira membeku. Belum apa-apa... Tapi pria itu sudah tidak yakin akan perasaannya. Tentu saja Humaira!!! Masalalu pria itu!!!!. Pria itu menyakiti hatinya untuk yang kedua kali....

Humaira sekali lagi meneguk ludah, entah menelan kenyataan pahit ini agak susah menurutnya... Bahkan sangat!!! Masalahnya ia sekarang sudah menjadi istri, setidaknya ia bisa mengharap cinta dari pria ini... Tapi belum memulai pria ini sudah tidak yakin dapat memberikan cintanya pada Humaira.

Betapa sakit hatinya... Sakit... Padahal letak surga nya sekarang ada pada suaminya, bagaimana ia akan menyenangkan suaminya, melayani suaminya dengan baik jika tidak ada cinta diantara mereka???

Dari awal ijab hingga resepsi... Humaira berusaha untuk bisa tulus menerima apapun... İa sungguh berusaha untuk menerima semuanya dengan tulus. Tak apa jika nantinya ia saja yang hanya berusaha, tapi setidaknya ada usaha itu...

Seterusnya... Biar Allah yang urus...

"Kamu gak perlu melayaniku selayaknya seorang istri..."

Humaira menggeleng tak terima.

"Tapi tenang aku tetap akan memberikan nafkah untukmu..."

Dia berbalik dia berbalik!!! Menatapnya... Tatapan tajam itu...

"Maaf...." Jordhan tampak hendak melangkah pergi. Humaira mencegahnya dengan memegang pergelangan kekar pria itu. Kontak fisik pertama yang ia lakukan.

"Maaf..." ucap Humaira, Jordhan menatap penuh arti.

"Tapi aku gak setuju..." ucap Humaira pelan.

"Bagaimanapun Humaira adalah istri mas, yang mana surga Humaira sekarang ada pada mas... Humaira gak mau jadi istri durhaka..." ucap Humaira pelan, agak menekan setiap kalimat.

"Jadi Humaira mohon... İzinkan Humaira untuk melayani mas... Walau itu tidak sepenuhnya... " papar Humaira.

"İzinkan Humaira... Setidaknya menyiapkan kebutuhan sehari-hari mas... Humaira mohon... Jangan buat Humaira jadi istri durhaka...."

Kali ini bisakah dia???

Membuka hatinya......

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Revisi revisi... Semoga suka... Terimakasih sudah mau membaca ^^

Anna Uhibukka Fillah [masaREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang