Bab 23 (Revisi)

5.2K 227 0
                                    

~Jika yang tulus pun tak mampu  membuatmu luluh, lalu mengapa yang menyakitkan mampu membuat mu berjuang...~ 😅

...

Malam mencekam

Petir terus menyambar, pukul 23.15

Hujan deras....

Dag dig dug!!!

Sudah Humaira coba untuk memejamkan mata, bahkan doa selalu terucap dibibirnya. Tapi... Tidak bisa! Humaira takut, sangat takut. Petir yang terus menyambar adalah alasannya, ia takut sambaran yang sesekali mengejutkannya.

Dia sendiri dikamarnya, meringkuk, layaknya orang kedinginan. Selimutpun menutupi seluruh kepalanya. Humaira berusaha tahan, dengan situasi nya. Namun....

JDEEERRRR!!! 

"Kyaaaa!!!! Astaghfirullah... Ampun... Humaira takut, Humaira takut, masa bodo Humaira udah besar, intinya takuuuuuttt!!!" Humaira berlari keluar kamar, sambil membawa boneka love nya.

Ia berlari menuju kamar sebelahnya. Bahkan lupa memakai jilbab, saking terburu-buru nya. Humaira mengetuk-ngetuk pintu kamar sebelahnya itu, sambil menengok dibaliknya yang gelap gulita, hanya ada beberapa cahaya yang menyala.

Ia menutup telinga dan memejamkan matanya saat petir menyambar lagi.

"Mas Jordhaaaan bukaaa!!! Hikss... Humaira takuut.... Buka mas... Buka!!!" rengek Humaira sambil memegang handle pintu.

JDEERRRR

"Kyaaaaa!!!! Ya Allah... Takut!!! Beneran takut...." pekik Humaira lagi bertepatan dengan pintu yang terbuka. Humaira masih memejamkan matanya sambil menutup kedua telinganya.

"Humaira!!" kaget Jordhan, terlebih pada penampilan Humaira yang... Tanpa Jilbab??? Untuk pertama kalinya... Jordhan terkesima.

"Kenapa???" heran Jordhan sambil memegang pundak Humaira, menyadarkan perempuan itu agar membuka matanya.

Namun lagi-lagi petir menyambar.

"Iya iya.... Maaf, Humaira takut Humaira takut!!!" pekik Humaira.

"Keras banget sih petirnya" gumam Jordhan.

"Hey???" ucap Jordhan agak keras. Humaira pun membuka mata perlahan. Lalu mencengkeram lengan Jordhan, menampilkan mafa puppyeyes nya.

"Numpang tidur semalam... Boleh ya... Humaira mohon.... Semalam aja!!! Janji Humaira gak ileran, janji juga Humaira gak akan nendang deh... Pliiiissss.... Semalam aja" mohon Humaira layaknya anak kecil, ia tak peduli setidaknya ia tidak sendiri dikamar.

"Kamu tidurnya gitu???" tanya Jordhan agak terkejut.

"Ya... Gak tau... Tapi... Aman kok kalo tidur samping Humaira... Ya ya... Plis... Takut...." mohon Humaira ingin menangis lagi.

JDEEERRR

"Ibuuk...." pekik Humaira kini menutup wajahnya dengan bantal love yang dia bawa. Jordhan ingin tertawa, tapi kasihan juga melihat Humaira yang sepertinya sangat takut.

"Masuk aja" ucap Jordhan, lalu mempersilahkan Humaira masuk, Humaira bahkan masuk masih dengan menutup wajahnya dengan bantal, membuat Jordhan sedikit terkekeh geli sambil geleng-geleng.

Humaira pun membuka wajahnya yang tertutup bantal tadi. Lalu melihat ranjang yang cukup dipenuhu kertas-kertas dan map. Jordhan masih kerja belum tidur??? Atau bagaimana.

Humaira bersiap melayangkan omelan.

"Masih kerja??? Baru sehari kemarin pulang kerja dari luar kota, masih lembur ginian??? Serius??? Mas itu bos atau karyawan magang??? Ini coba banyak banget!!!" mulai Humaira, lalu merapikan map dan kertas-kertas.

Jordhan menggaruk kepala belakangnya, sebenarnya, ia tidak bisa tidur, lalu ia berniat sedikit mengecek laporan, namun malah keblabasan sampai larut. Jujur lumayan takut juga jika Humaira sudah cerewet begini.

Jordhan pun ikut merapikan, sesekali menatap Humaira yang juga merapikan, entah itu map, ataupun anak rambut yang jatuh di kepalanya. Sungguh!!! Baru kali ini Jordhan terlena ia ingat kembali kalau Humaira tidak memakai jilbab.

Betapa... Mempesona??? Humaira menyelipkan anak rambutnya dibalik telinga, lalu kemudian menyerahkan map dan kertas-kertas pada Jordhan. Kemudian merapikan selimut.

Setelah menaruh map dan kertas kerja dimeja, Jordhan pun menghampiri agak canggung karena Humaira sudah akan bersiap tidur. Humaira masih memejamkan mata, berdoa. Sesekali menutup telinga karena mendengar petir menyambar lagi.

Humaira sedikit lega, setidaknya ada teman, ia cukup tidak ketakutan. Jordhan pun bersiap tidur dan sudah menarik selimut. Humaira pun sama.

Sesaat keduanya saling menatap. Lalu kemudian.

"Janji! Humaira gak akan ngiler sama nendang deh! Percaya!!!" Ucap Humaira sambil membentuk jari telunjuk dan tengah membentuk huruf 'V'

Jordhan tersenyum geli, lalu menyusul Humaira yang tertidur.

Sesaat...

Sreeett... Humaira memeluk lengan Jordhan lalu menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Jordhan.

Deg

Deg

Deg

.
.
.
.
.
.
.

Aloohaaaa.....

Thanks udah baca cerita saya....

Anna Uhibukka Fillah [masaREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang