Bab 18 (Revisi)

4.9K 247 3
                                    

Happy Enjoy Reading

Malam....

Jordhan tampak merenung di ruang olahraga pribadinya. Merenungi setiap kejadian dan keputusannya.

Jordhan tau, ia sudah menyakiti hati dua perempuan sekaligus... Tapi kali ini untuk istrinya, ia tak ingin membuatnya sakit yang sesakit-sakitnya. Jordhan tak tahan melihatnya.

Ia belum bisa membuka hati untuk siapapun kali ini.

Melihat ketulusan yang diberikan pada Humaira saat acara pernikahannya... Membuat Jordhan berjanji hari itu juga untuk tidak menyakiti hati perempuan itu terlalu jauh....

Katakan dia jahat! Ya Jordhan akui itu. Ia mengatakan untuk tak bisa janji bisa memberikan cinta diantara mereka lebih tepatnya pada Humaira dihari mereka resmi menjadi pasangan suami-istri. Itu sudah membuat hati Jordhan, entah mengapa ikut sakit.

Jahatnya dia....

"Maaf...." lirih Jordhan lalu menunduk.

"Kuharap kau mengerti...."

Arafat's Home

Humaira tengah menyiapkan sarapan, tadi ibu mertuanya izin keluar untuk belanja sayur yang habis di tukang sayur yang menjual didepan kompleks perumahan.

Hari minggu, sudah seminggu Humaira menjadi menantu dirumah ini tapi dalam hatinya, ia belum menjadi menjadi istri. Jangan bayangkan kemesraan pasangan pengantin baru, itu semua tidak terjadi pada Humaira.

Jordhan memang tidak melakukan KDRT, tetapi ia menyakiti hatinya. Humaira bersedih akan itu. Sebisa mungkin ia bersikap ceria, setidaknya menjadi teman Jordhan tak apa kan??? Walau mungkin tidak akan pernah dianggap lebih.

"Kakak ipaaaaaaar....." sapa Devi sangat ceria, ia langsung memeluk lengan Humaira.

"Devi... Kakak lagi goreng nih..." ucap Humaira mengingatkan.

"Hehehe maaf kaaaak..." ucap Devi lalu melihat Humaira.

"Ada apa?" tanya Humaira.

"Uuuuh... Gemes banget sama kakak! Ululululu... Pipinya merah... Blash on nya harganya berapa tuuuuuhh...." canda Devi sambil mencubit pipi Humaira gemas.

Devi memang sangat kekanakan jika dengan Humaira, membuat Humaira geleng kepala melihat tingkah riang kelewat aktif adik iparnya ini.

"Ih... Apa sih... " elak Humaira.

"Hahaha... Ya Allah kaaaak... Senengnya aku punya kakak ipar Humaira... Padahal aku punya keinginan buat comblangin kakak sama kak Jordhan dulu... Eh kok kepenuhin juga!!! Seneng bangeeeet...." ucap Devi sekali lagi lalu memeluk lengan Humaira.

Humaira berasa malah merasa ia yang mesra pada Devi, bukan suami. Hal itu membuatnya tertawa pilu dalam hati.

"Ya udah... Bantu kakak gih... Tatain piring dimeja... Ini tempe nya udah siap..." ucap Humaira.

"Tapi kak... Udah ketata semua..." ucap Devi melihat meja makan.

"Oh iya... Tadi udah Humaira tata..." ucap Humaira lebih pada diri sendiri.

"Uuuuuu... Makanya jangan kelewat rajin... Devi jadi bingung mau apa!"

Akhirnya Devi memilih membantu menuangkan air minum disetiap gelas, Humaira menata lauk pauk.

"Kak... Kak Jordhan mana???" tanya Devi, Humaira mendongak.

"Tadi jogging" ucap Humaira.

"Oooo... Gak bilang deh... Kukira diruang olahraganya dia..." ucap Devi untuk berbasa-basi.

"Kak!" panggil Devi.

"Hm..." balas Humaira.

"Ih... Ikut jadi dingin juga ya kalo deket-deket kak Jo!" heran Devi yang mendapat respon tak biasa dari Humaira. Humaira tertawa.

"Iya... kenapa cantik?" ucap Humaira dengan nada cantik juga, Devi yang mendengarnya tersipu.

"Ah kakak... Malu nih... Dipuji orang cantik..." ucap Devi membuat Humaira terkekeh lagi.

"O iya... Kak... Biasanya kan... Kalo pengantin baru... Itu suka bangun kesiangan... Lah... Kakak perasaan dari kemarin habis nikah sampe sekarang kok bangun pagi terus.... Gak capek kah?" tanya Devi. Membuat Humaira mengernyit.

"Kenapa kakak harus bangun kesiangan kalo bisa pagi... Lagian kakak sambil tahajud kadang... Jadi ya... Sekalian sampai subuh... Ya kadang sih... Ketiduran di sajadah... Hehe... Jadi semisal bangun langsung ke kamar mandi sholat subuh..." jelas Humaira terdengar polos oleh Devi. Devi yang mendengarnya cukup takjub... Kok strong sekali kakak iparnya ini..

"Ih... Bukan... Emang kakak gak capek?" tanya Devi gemas.

"Capek kenapa? Orang acaranya udah selesai dari minggu lalu kan..." jawab Humaira polos seadanya.

"Ya masak gak capek habis malam perta—" ucapan Devi terhenti, Humaira terkejut atas ucapan blak-blak an adik iparnya ini.

"Jangan bilang bel—um..." ucap Devi spontan walau terbata diakhir kata. Humaira merunduk malu. Lalu menggeleng pelan.

"Seriusssssss....." heboh Devi.

"Kak! Gak peka ya! Devi tuh ngebet pingin tengok ponakan Devi!"

"Ha??"

"Gak mau bikin ponakan buat Devi ya!"

"Devi......"

Hening


"Ada apa?" tiba-tiba ada suara bariton memecah keheningan mereka, sontak mereka tergaket dan langsung sibuk dengan aktivitas mereka yang sempat tertunda.

"Oh... Gak ada kok kak... Ehm... Devi mau ambil ponsel dulu..." ucap Devi salting lalu pergi meninggalkan Jordhan dan Humaira.

"Ehm... Mau mandi dulu?" tanya Humaira gugup. Jordhan mengangguk lalu naik ke kamar diikuti Humaira.

.
.
.
.
.
.
.
.

Thanks.... Udah mau baca ulang versi revisi..... Moga suka...

Tunggu Revisi selanjutnya.....






Anna Uhibukka Fillah [masaREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang