Bab 33

5.2K 218 15
                                    

Happy enjoy Reading..

😊😊😊

Setelah Jordhan memutuskan untuk berubah, suasana memang sedikit berubah, walau sedikit tapi dampaknya memang besar. Seperti waktu pagi itu....

Humaira tengah menata seprai dikasur, sedikit merapikan seprai dan selimut, sementara Jordhan tengah bercermin sambil memasang dasi. Humaira menghampiri Jordhan setelah kegiatan menatanya selesai, ia mengambil alih dasi yang terpasang dikerah Jordhan tetapi tidak rapi.

Humaira pun dengan cekatan merapikannya, Jordhan hanya menatap intens Humaira, tatapannya dalam namun wajahnya sangat datar, membuat Humaira terkekeh kecil melihatnya.

Humaira geleng-geleng kecil lalu merapikan kerah Jordhan. Hal itu membuat Jordhan bertanya-tanya.

"Mas! Apakah seperti itu jika kau menampakan wajahmu didepan orang-orang? Maupun itu denganku?" tanya Humaira sambil tersenyum. Jordhan mengernyit.

"Mas... Humaira inshaa Allah membantu mas Jordhan, oke dimulai dari hal kecil dulu, mas harus tersenyum saat memulai hari mas, tersenyum saat bertemu seseorang juga" tutur Humaira, yang entah ditanggap oleh Jordhan atau tidak, karena wajah Jordhan tetap datar tanpa ekspresi.

"Begini!" gemas Humaira akhirnya, Humaira menaruh ibu jarinya disudut kanan bibirnya, lalu jari telunjuk disudut kiri bibirnya, Humaira pun tersenyum manis dan lebar hingga matanya menyipit membentuk sebuah lengkungan. Jordhan tersenyum tipis, sangking tipisnya Humaira tak sadar.

Rasanya ingin mencubit saja pipi Humaira, batin Jordhan.

Humaira yang memberikan contoh agar Jordhan tersenyum langsung cemberut mendapati respon Jordhan yang seperti tak acuh.

"Masa a iya mas mau pake wajah datar seperti itu terus" dengus Humaira

Entah keberanian dari mana, Humaira menangkup wajah Jordhan dengan tangannya, lalu menarik sedikit pipi Jordhan agar bibirnya bisa membuat lengkungan. Jordhan dibuat terpaku olehnya.

"Nah... Seperti itu lebih baik, dan mas terlihat lebih dan sangat tampan... Ups... " ucap Humaira kelepasan, dia ternyata tanpa sadar ikut terlena. Jordhan mau tidak mau terkekeh melihat tingkah Humaira yang menurutnya lucu itu.

"Kenapa suka memasang wajah datar sih, jika tersenyum saja bisa membuat wajahmu lebih baik" gerutu Humaira

Jordhan geleng-geleng kecil lalu mengambil jam tangan dimeja,

"Tersenyum itu kan mudah, tapi jika terpaksa mungkin sulit,,,,, tapi senyum kan tidak ada beban sama sekali" celoteh Humaira

"Ayo!" ajak Humaira untuk keluar sarapan dibawah.

Humaira keluar sambil membawakan tas Jordhan, Jordhan mengikuti Humaira setelah memakai jam tangannya.

"Jangan bilang mas Jordhan selalu memasang ekspresi datar terus, atau malah... Tidak pernah tersenyum" tuding Humaira tiba-tiba ditengah perjalanan mereka turun. Jordhan tampak berfikir, lalu menahan tawanya.

Ya memang benar ia tidak pernah tersenyum atau menyapa pada seseorang. Menyapa?  Melirik seseorang yang menyapanya ramah pun tidak!
Betapa jahatnya dia pada orang yang sudah ramah padanyabatin Jordhan pada diri sendiri. Seingat nya hampir semua karyawan kantor selalu menyapanya, namun tak digubris nya.

"Senyum itu ibadah... Senyum itu sedekah... Senyum itu berkah... " ucap Humaira sambil menatap Jordhan yang ada di samping.

"Tersenyumlah... Sedikiiiit saja.. " pinta Humaira sambil menekan kata sedikit.

"Dengan tersenyum beban yang ada dalam diri kita itu terasa terangkat, masalah seakan menjadi mudah dan terlihat ada jalan keluarnya jika kita menghadapinya dengan tersenyum.... " tutur Humaira lagi

Anna Uhibukka Fillah [masaREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang