Bab 32

5.5K 236 4
                                    


Hai... Inshaa Allah, author bakal bikin bab ceritanya panjang Sekarang,

Happy Enjoy Reading!!! 😉😉👋

In the bedroom.....

Humaira tengah duduk termenung disisi Jordhan yang tengah tidur terlelap dengan damai itu, Humaira melamun sambil matanya lurus menatap laki-laki yang menjadi suaminya itu. Pandangannya penuh arti, tangannya tak henti mengelus lembut punggung tangan Jordhan yang terasa hangat itu.

Ya karena kondisi Jordhan yang masih demam. Humaira menghela nafas, setalah menunaikan ibadah sholat subuh, Humaira pergi memasak, kemudian menyiapkan sarapan, setelah itu menyuapi Jordhan dengan bubur lalu menidurkannya setelah meminumkan obatnya juga.

Semenjak itu Humaira tak beranjak dari manapun, terus menunggu disamping Jordhan dan menatapnya terus. Humaira hanya ingin berjaga-jaga kalau-kalau nanti Jordhan terbangun dan mmbutuhkan sesuatu.

Pukul 09.00

Humaira menghela nafas, ia benar-benar tak bergerak dari tempatnya. Walau sekedar pergi kebalkon atau apalah, Humaira benar-benar fokus menjaga Jordhan. Humaira menatap lekat wajah tampan yang tengah tertidur dengan damai itu, walau sedikit pucat, tapi tetap tampan.

Humaira menatap penuh arti,

"Kenapa? Kenapa disaat kamu sakit suasana terasa hangat dan cair, tidak ada rasa canggung, cuek dan dingin. Suasana terasa bersahabat. Bahkan..
Bahkan dirimu pum berubah sedikit manja, terlalu banyak bicara dan sering tersenyum... Rasanya... Humaira ingin merasakan susana seperti ini juga tanpa harus mas Jordhan sakit" tutur Humaira sambil tersenyum samar tercetak dibibir ranumnya.

Tangannya masih setia mengelus punggung tangan Jordhan, pandangannya juga tetap lurus menatap wajah damai dan tenang itu.

"Masa'a iya Humaira ingin mas Jordhan sakit terus agar mas bisa bersikap seperti ini terus, ya tidaklah... Tapi Humaira berharap agar bisa merasakan suasana seperti ini saat mas Jordhan sembuh dan sehat nanti. Humaira gak tahan melihat mas Jordhan terbaring kayak gini" Humaira perlahan menggenggam tangan Jordhan

"Bahkan Humaira gak rela mas Jordhan sakit, Humaira rela sakit asal mas Jordhan tidak.... Hhhh ada apa denganku... " keluh Humaira akhirnya.

"Ya Allah sebenarnya ada rasa apa aku pada suamiku? Ada rasa apa? Lupakan.. Humaira cuma minta mas Jordhan cepat sembuh dan terus dengerin kata-kata Humaira, Humaira gak pengen mas Jordhan sakit" ucap Humaira tangannya semakin erat menggenggam.

"Humaira salah... Humaira gak bisa pantau mas Jordhan dengan detail, Humaira minta maaf... " lirih Humaira, rasa bersalah betul-betul ia rasakan.

"Sebenarnya.... Sifat kamu yang mana sih.. " heran Humaira akhirnya.

Ah.. Humaira memang selalu seperti ini, jika sedang menjaga orang sakit atau orang yang tengah tidur, selalu bicara sendiri tanpa ingin orang itu tau apa yang dibicarakannya, terdengar percuma jika kita lihat.

Bicara panjang lebar pada orang tidur yang entah mendengarnya atau tidak, hmmm memang secara tak langsung ini kebiasaan Humaira, bicara namun tak ingin ada orang yang mendengarnya. Humaira merasa itu lebih leluasa mengutarakan perasaan dan uneg-uneg didalam hati, walau kenyataannya memang... Percuma!

Ya percuma! Tapi sungguh saat Humaira ingin mengatakan perasaannya secara langsung ia benar-benar gugup saat orang itu mendengarnya dengan serius, alhasil bicara Humaira nantinya melenceng kemana-mana dan akan membuat dirinya malu sendiri. Karena mungkin dirasa gak jelas dan aneh.

Dan untuk mengutarakan uneg-uneg didalam hatinya, sungguh Humaira tak tega jika harus bicara apa yang tidak disukainya oleh orang lain, seperti ia ingin mengutarakan bahwa ia merasa benci pada orang itu karena kelakuannya yang... Apalah.., Humaira tidak tega..

Anna Uhibukka Fillah [masaREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang