Part 1

966 27 14
                                    


"Seburuk apapun kelakuan lo, gue tetep sayang kok. Gue cuma nunggu waktu yang tepat aja buat lo berubah."

   Kegaduhan di lapangan membuat sebagian siswa/i berhamburan keluar kelas untuk memastikan apa yang sedang terjadi.

   Namun, kegaduhan itu tidak menghentikan kegiatan Andira yang sedang mengunyah permen karet sambil bermain game.

  "Dir, Dir! itu cowok lo sama gank nya buat ribut lagi di lapangan!" Alika, shabat Andira datang tergesa gesa dengan keringat yang bercucuran di pelipisnya macem orang abis lari marathon.

  "Bukan urusan gue." sahut Andira cuek.

  "Tapi Dir—"

   Ucapan Alika terhenti ketika mendengar speaker sekolah berbunyi.

  "Tes, tes,"

  "Dir! mending lo samperin Adit sekarang!" Alika menggoyangkan badan Andira.

  "Sebelumya, gue mau minta maaf ke Andira anak 12 ipa 2. Andira, gue minta maaf karna kemaren gue bikin lo kesel. Dan gue sekarang mau nyanyiin satu lagu buat lo. Dengerin ya."

  "Jreng,"

  "Tak, tun, tung."

  "Dir, samperin!" Alika menarik baju Andira berharap Andira bangkit lalu menghentikan kegilaan Adit dan gank-nya.

   Namun nihil, Andira sama sekali tidak menghiraukan Alika.

  "Lihat Aku, sayang~"

  "Yang sudah Berjuang—"

   Nginggg!

  "Kamu ini!"

  "Ehh ehh sakit pak."

  "Bikin ribut saja! bubar bubar!"

  "Dir," panggil Alika sekali lagi.

   Kali ini Andira merespon, namun hanya dengan gumaman.

  "Panggilan kepada Andira kelas 12 ipa 2, ditunggu di ruang BK sekarang!"

  "Kan, udah gue bilang dari tadi." Alika duduk di samping Andira sambil menopang dagunya.

"Emang lo bilang apa tadi?" Andira berdiri dari duduknya seakan sedaritadi Alika tidak membacoti dirinya.

"Ngga gue daritadi ga bilang apa apa!" Sahut Alika geregetan.

"Oh yaudah." Balas Andira cuek.

Andira berjalan perlahan keluar dari kelasnya. Ia berjalan santai seolah panggilan ke ruang BK bukan apa-apa untuknya.

"Ih anjir di Adit gila yah nyari masalah mulu."

"Adit lagi, Adit lagi."

"Ceweknya kena juga anjir."

"Ceweknya mauan ya sama cowok gila kek Adit."

Semua bacotan sepanjang jalan tidak Andira hiraukan. Andira masih berjalan dengan tenang melewati semua pandangan aneh yang tertuju padanya.

"Jadi, sebenernya kalian berdua pacaran?" Tanya Bu trinity selaku guru BK.

"Iya-nggak!" Jawab Adit dan Andira bersamaan.

"Ko lo bilang nggak sih Dir? Kan kita pacaran." Sahut Adit tak terima.

"Siapa yang pacaran sama lo? Ogah gue punya cowok kek lo!" Sungut Andira kesal.

"Oh, lo masih marah sama gue soal kemaren? Kan gue udah minta maaf Dir," Adit memelas.

"Lo bilang maaf? Jelas jelas kemaren isi hp lo bok*p semua! Kan gue pernah bilang, GUE.NGGAK.NGIJININ.LO.NYIMPEN.VIDEO.BOK*P!" Andira menekankan kata terakhirnya.

Bu Trinity tersentak kaget.

"Tapi kan udah gue hapus Dir,"

"Nanti juga lo download lagi." Sahut Andira kesal.

"Astaghfirullahal'adzim." Bu Trinity mengelus dadanya.

"Lah ko ibu yang nyebut?" Tanya Andira dan Adit bersamaan.

"Gimana ibu nggak nyebut? Anak murid ibu doyan nonton film begituan." Bu Trinity memijat pelipisnya.

"Tau tuh Bu si Adit nyimpenya banyak banget lagi." Adu Andira.

"Ko lo buka kartu gue sih!" Sahut Adit tak terima.

"Faktanya begitu!" Balas Andira.

"Tapi gak usah bilang jug—"

"SUDAH, SUDAH!" Bu Trinity menggebrak mejanya.

Adit dan Andira menutup mulutnya rapat-rapat.

"Adit! Minta maaf sama Andira sekarang." Bu Trinity melotot galak.

"Andira, Adit minta maaf ya." Adit mengulurkan tangannya.

"Andira, maafkan Adit." Bu Trinity tersenyum.

"Kok Ibu curang sih? Tadi ke saya Ibu marah-marah, giliran ke Andira Ibu senyam-senyum." Sahut Adit tak terima.

"Memang anak seperti kamu harus Ibu marahi!"

"Tapi kan—"

"Gue maafin!" Sela Andira tak ingin menambah kegaduhan.

"Selesai kan? Oh iya. Adit, serahkan handphone-mu sekarang." Bu Trininy mengulurkan telapak tangannya yang terbuka.

Adit merogoh sakunya, ia menyerahkan handphone-nya dengan terpaksa.

"Nih Andira, kamu boleh periksa handphone-nya sekarang."

Andira mengambil alih handphone Adit. Tangannya bergerak lihay mengetikkan digit kode untuk membuka kunci hanphone Adit. Setelah terbuka, matanya menjelajah setiap album di galeri handphone Adit.

Tak lama kemudian, Andira meletakkan handphone Adit di atas meja Bu Trinity.

"Masih ada?" Tanya Bu Trinity waspada.

"Nggak ada Bu, beneran udah di hapus." Sahut Andira.

"Oke, semuanya selesai kan? Kalian boleh pergi sekarang."

Andira dan Adit berdiri bersamaan dari duduknya.

"Saya pamit Bu." Andira menyalami Bu Trinity.

Begitu pula dengan Adit.

"Dir, pulang sekolah bareng gue ya." Adit mengedipkan sebelah matanya sebelum berbelok ke kantin.

"Woi bego! Kelas lo di atas!" Andira menatap Adit galak.

"Eh iya gue lupa!" Adit menepuk jidatnya. "Ini nih kaki gue pengennya ke kantin mulu hehe." Adit cengengesan.

"Untung pacar." Gumam Andira.

ANDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang