"Seenggaknya, walaupun kamu nggak pernah anggap saya sebagai orang yang berarti buat kamu, kamu bisa tertawa tentang hal yang nggak penting karena saya."Andira mengeluarkan barang-barangnya. Ari yang hanya melihat tak rela jika Andira harus kembali ke rumahnya.
"Itu kain jangan nggak di ganti!" Ucap Andira kepada Ari.
"Hmm." Dehem Ari.
"Gue balik ya, kalo kangen telpon aja gausah malu-malu." Ucap Andira sambil tertawa.
"Biar apa?" Tanya Ari datar.
"Biar rasa kangennya ilang lah." Andira berjalan untuk menuruni tangga.
"Ngabisin pulsa aja." Celetuk Ari.
Andira menoleh ke belakang. "AWAS YA LO KALO TELPON GA AKAN GUE ANGKAT!" Kesal Andira. Ia melanjutkan jalannya dengan terkesal-kesal.
Ari tak menyahut, ia hanya mengekor di belakang Andira.
"Queen, putri Papaa." Adrian turun dari taxi dan langsung memeluk Andira.
"Gimana perjalanan Papa?" Tanya Andira.
"Yaa begitu." Adrian menyudahi pelukannya.
"Ayo Pa kita pulang." Andira menoleh ke Ari dengan sengit lalu menyeret Papanya pulang.
"Ari, salam buat Angga ya!" Ucap Adrian lalu masuk ke dalam taxi.
Ari tersenyum sambil menatap taxi yang mulai hilang dari pandangannya.
//
Dirumah, Andira terus-terusan menatap layar handphone yang tak akan berubah menjadi monyet itu sampai malam hari. Entah kenapa ia menunggu Ari menelponnya untuk sekedar bertanya tentang hal yang nggak penting sama sekali.
"Queen, Papa akan ke kantor, sebentar lagi Mbak Siti datang. Dan jika ingin keluar, Supto sudah datang dan berada di depan." Ucap Papanya sambil menghampiri Andira yang berada di ruang tv.
Andira menaruh handphonenya. Ia berdiri dari duduknya lalu menyalami Papanya.
"Hati-hati," ucap Andira lalu menatap handphonenya kembali.
Tak lama dari itu, seseorang datang lalu menempelkan sesuatu yang dingin ke pipi Andira. "Diliatin mulu, nunggu saya telpon ya?"
Andira yang sudah hapal dengan suara Ari langsung tersenyum. Namun detik kemudian wajahnya berubah menjadi judes.
"Ngapain lo disini?" Tanya Andira.
"Ketemu kamu, gak boleh?" Ari mulai membuka satu cup eskrim rasa vanilla-strawberry.
"Nggak!" Andira berdiri dari duduknya.
"Saya lupa ganti kain." Ucap Ari.
Andira langsung lari untuk mencari kotak obat.
"Lo tuh ya! Kan udah gue bilang, jangan lupa ganti!" Andira kembali membawa kotak obat dengan wajahnya yang sangat kesal.
"Ga inget, soalnya yang saya inget cuma kamu." Ucapan Ari sukses membuat Andira tersenyum sambil melepas kain yang melekat di pelipis Ari.
"Ah gue congkel juga nih mata lo." Ucap Andira yang membuat Ari begidik ngeri.
Setelah selesai mengganti kainnya, Andira dan Ari duduk bersama sambil memakan es krim dan menonton film kartun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDIRA
Teen FictionAndira Jaqueenly, cewek menyedihkan yang pernah ada karna punya pacar yang modelannya kek orang ga waras. "Gue mah bangga punya cewek kek lo, gue nih punya cewek setia." - Aditya nandana. "Lah lo apa yang harus di banggain? Gue nih punya cowok gil...