Part 20

236 9 0
                                    


"Please, gue bukan sim hp yang bisa di duain."

"Nih buat lo." Seseorang menyodorkan ikat rambut kepada Andira.

"Mario?" Andira mengangkat sebelah Alisnya.

"Mau lo iket sendiri apa gue yang iketin?" Tanya Mario.

Andira mengambil ikat rambut yang di sodorkan Mario.

"Makasih." Andira mengikat rambutnya sambil berlari kecil.

"Hei kamu, yang pakai jaket hitam! Jam pelajaran sudah di mulai, segera masuk ke kelas!" Oceh Bu Trinity kepada Mario.

Mario menangguk lalu memberikan semangat kepada Andira dari jauh.

Andira tersenyum.

"Jangan meleng, ayo cepat!" Ucap Bu Trinity kepada Andira.

"Iya Bu, ini lari." Andira berlari kecil.

"Satu," itung Bu Trinity ketika Andira baru memutari lapangan satu kali.

"Dua," ucap Bu trinity. Begitu terus sampai putaran yang ke 10.

"Silahkan kembali ke kelas." Bu Trinity pergi dari lapangan tanpa mengucapkan apapun lagi.

"Lah ini rambut gue ga di razia?" Tanya Andira kepada dirinya sendiri.

"Bodoamat yang penting masuk kelas." Andira berlari untuk memasuki kelasnya.

Pada saat ia sampai di kelas, guru biologi sudah memegang penggaris di tangannya.

"Kamu ini, sudah telat masuk, rambutnya berwarna warni pula macam itik yang suka anak saya beli di depan sekolahnya." Ucap guru biologi.

Wah, ini sih keluar kandang buaya masuk kandang singa. Pikir Andira.

"Sini kamu,"

Andira mendekat ke guru biologi.

"Bacakan ini, tadi saya temukan ini di meja Jamilah pada saat saya mengoreksi tugas yang kemarin." Guru biologi itu menyodorkan secarik kertas.

Andira berdehem untuk mulai membacakannya.

Andira melotot pada saat melihat tulisan yang ada di kertas itu.

"Kok lama? Cepat bacakan!" Perintah guru biologi.

"Wahai Jamilah, engkau itu indah." Andira berhenti sejenak.

Semua siswa siswi di kelas langsung men-cie ciein Jamilah.

"Bagaikan... bunga rafflesia arnoldi."

Semua tertawa terbahak-bahak mendengar kelanjutan dari ucapan Andira.

"Ganas bener." Gumam Andira.

"Hei hei sudah, kamu," tunjuk guru biologi ke Andira. "kembali ke tempat dudukmu." Lanjunya.

Andira berjalan menuju mejanya.

"Itu, rambutmu segera di kembalikan warnanya. Kalau tidak, minggu depan, saat pelajaran saya, kamu saya hukum!"

Namun ucapan guru biologi itu sama sekali tak membuat si rambut ungu itu takut.

   Pada saat bel pulang berbunyi, Adit datang ke kelas Andira.

"Gue buru-buru, dan gue gak punya waktu buat ngeladenin orang gak jelas kek lo." Andira menabrak bahu Adit lalu keluar dari kelas.

"Gila, boleh juga ya penampilan lo sekarang." Mario yang lumayan jauh dari Andira bertepuk tangan.

"Eh Mario." Ucap Andira sambil tersenyum.

ANDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang