"Usaha aja dulu, masalah dapet apa nggaknya belakangan.""Yaampun, ini rumusnya apaan sih?" Andira mengacak rambutnya karna pusing.
"Dikaliin dulu." Ucap Ari sambil membawa satu keresek putih.
"Dih sotau." Ucap Andira kesal.
"Nih makan dulu." Ari membuka kresek putihnya lalu mengambil satu eskrim rasa oreo.
"Gue lagi sibuk!" Andira masih berpikir.
"Yakin nggak mau?" Tawar Ari. Ia membuka bungkus eskrimnya di atas buku milik Andira.
"ARI!!! BUKU GUE!" Andira menatap Ari tajam.
"Istirahat dulu kenapa?" Ucap Ari yang sama sekali tidak takut dengan tatapan Andira.
"Yaudah sini." Andira mengambil eskrim oreo yang sedang dipegang Ari lalu bersandar pada sofa.
"Lo ngapain kesini? Bukannya belajar."
"Kenapa? Nggak boleh?" Ari membuka eskrim miliknya.
"Yaa boleh sih," Andira masih menikmati eskrimnya.
Ari tak menjawab, ia pun sibuk dengan eskrimnya.
Karena sudah selesai memakan eskrim, Andira kedapur untuk mengambil segelas minum.
"Nih takut haus." Andira meletakkannya di meja didepan sofa.
"Diracunin nggak?" Ucap Ari sambil menatap wajah Andira yang sudah ngantuk.
"Iya gue racunin pake racun tikus." Andira langsung duduk kembali disofa dan memejamkan matanya perlahan.
Ari tersenyum melihat wajah kalem Andira saat tidur lalu melihat soal yang Andira kerjakan tadi.
"Mbak, nanti jam 10 an dibangunin ya suruh pindah ke kamar." Ucap Ari ke Mbak Siti yang sedang memasak Mie.
"Oh iya Den, Den Ari mau pulang ya? Hati-hati dijalan ya." Mbak Siti tersenyum.
Ari hanya mengangguk lalu keluar dari rumah Andira.
10:01
"Non, bangun non." Mbak Siti menggoyangkan bahu Andira.
Andira membuka matanya perlahan. Ia melihat Mbak Siti tepat berada di depannya.
"Den Ari tadi pesen ke Mbak katanya non disuruh pindah ke kamar."
Mata Andira membola sempurna. "Terus Arinya mana?"
"Udah pulang daritadi non."
Andira mengangguk sambil mengucek matanya. "Yauda Mbak tidur gih udah malem." Andira duduk lalu menatap televisi yang masih menyala.
"Udah gede masih aja nonton kartun." Andira tersenyum.
Andira terkejut ketika melihat buku fokusnya yang penuh coretan.
"Yaampun buku fokus gue!" Andira memeriksa buku fokusnya lalu matanya menyipit melihat semua coretan itu.
"Ini Ari yang ngerjain?" Andira terbengong dengan semua jawaban Ari.
"Gawat, Ari beneran pinter!"
Pagi hari, Andira terbangun dengan wajah yang ditekuk.
"Queen, kamu kenapa?" Adrian memperhatikan wajah Andira.
"Nggak, aku berangkat. Assalamu'alaikum." Andira menyalami Adrian dan melewati Ari yang sedang duduk didekat Adrian.
Ari berpamitan lalu menyusul Andira keluar. "Kenapa?"
"Nggak." Andira memakai helmnya dengan wajahnya yang masih seperti tadi.
"Saya ada salah?"
"Anter gue sekarang atau gue berangkat naik angkot?" Andira menatap Ari sebal.
Ari langsung memakai helmnya lalu naik ke motor sportnya.
"Karna semalem ya?" Tanya Ari tiba-tiba.
Andira tak menjawab.
"Kamu takut kalo kita tunangan?"
Andira masih tak menyahuti ucapan Ari.
Ari diam karna merasa percuma berbicara dengan Andira.
//
"Lemes amat Ri?" Ricky menepuk bahu Ari yang sedang melamun di kantin.
"Ruangan gue udah ada pengawas?" Ari menatap Ricky datar.
"Udah, barusan masuk." Ricky mengeluarkan rokok lalu memberi satu rokok untuk Ari.
"Lagi kesel kan?" Lanjut Ricky.
Ari mengambil rokok yang ricky berikan lalu memasukkannya kedalam minumannya.
"Lain kali rokoknya bakal gue bakar." Ari berdiri dari duduknya.
"Tapi sama lo juga." Ari langsung pergi.
"Eh Ri, kurang ajar lo! rokok gue!" Teriak Ricky.
Ari tak mempedulikan Ricky. Ia langsung masuk ke ruangannya.
"Kak, lembar jawabannya." Ucap seseorang disamping Ari sambil tersenyum ceria.
Ari tak menoleh, ia menerima lembar jawaban yang sebelahnya berikan.
Tak butuh waktu lama untuk Ari menyelesaikan soal-soal yang berada di hadapannya.
//
"Kusut amat tuh muka kek baju belum disetrika." Celetuk Mario.
Andira menoleh. "Eh elo."
"Kenapa sih?" Mario duduk disebelah Andira.
Andira menceritakan semuanya kepada Mario.
"Sekarang gue tanya ke lo, lo sayang gak sama dia?"
Tanpa pikir panjang Andira menjawabnya. "Gue cuma seneng pas dia ada di samping gue. Kalo sayang keknya gue belum sampe sejauh itu."
"Lo yakin? Lo ngerasa berdebar nggak pas lagi sama dia?"
Andira menggigit bibir dalamnya.
"Jangan bohongin perasaan lo sendiri Dir."
"Gak tau ah." Andira menutup wajahnya.
"Emang kalo tunangan kenapa sih? Lagian kan lo juga yang ngawalin."
"Ya tapi kan gue nggak siap Yo, dia itu orang baru buat gue. Pacaran aja nggak pernah masa mau langsung tunangan sama dia? Gila aja."
"Kenapa nggak dicoba dulu? Atau... lo mau tunangan sama gue?"
Andira menatap Mario tak percaya. Apa ini yang dinamakan sebuah pernyataan cinta?
"Sama lo? Ah ogah! Mending Ari kemana mana!" Andira memutar bola matanya.
"Hayooo barusan pilih siapa?" Goda Mario.
"Ah ngeselin lo!" Andira menoyor Mario lalu pergi dari tempatnya tadi.
Mario tersenyum kecut sambil melihat punggung Andira yang semakin menjauh.
//
Sampai setelah ulangan, masih belum ada percakapan antara Ari dan Andira.
"Queen, Ari kemana? Ko sekarang dia langsung pulang terus?" Tanya Adrian yang sedang berada di meja makan.
"Gak tau." Jawab Andira tak peduli.
"Kalian nggak lagi marahan kan?" Adrian menatap Andira curiga.
"Nggak, cuma lagi diem-dieman aja." Andira duduk di kursi sebrang yang berhadapan dengan Adrian.
"Kok diem-dieman?"
"Tau ah. Arinya aja nggak nelpon, nggak ngechat, nggak ngajak ngobrol, yaudah aku juga males sama dia." Andira mengerucutkan bibirnya.
"Oh karna itu? Papa kira ada hal lain."
Andira mengeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDIRA
Teen FictionAndira Jaqueenly, cewek menyedihkan yang pernah ada karna punya pacar yang modelannya kek orang ga waras. "Gue mah bangga punya cewek kek lo, gue nih punya cewek setia." - Aditya nandana. "Lah lo apa yang harus di banggain? Gue nih punya cowok gil...