Part 11

268 9 2
                                    


"Jangan serius-serius, nanti di mainin."

   Sabtu sore, Andira berniat untuk menginap di rumah Alika. Karna sudah lama juga ia tak menginap di rumah sahabatnya.

  "Perlu papa antar?" Tanya papanya.

   Andira menggeleng. "Nggak perlu, ada Pak Supto."

  "Yasudah, kamu baik-baik di sana. Papa ke kantor ya."

   Andira mengangguk. "Hati-hati pa!" Andira tersenyum.

   Senyum itu menular ke Adrian.

\\

  "Assalamu'alaikum, Alikaa setrees, gilaa, gak waras, gue dateng!" Panggil Andira dari depan pintu rumah Alika.

  "Udah teriak-teriak, ngatain lagi." Kepala Alika menyembul dari balik pintu.

   Andira hanya cengengesan.

  "Ayo masuk." Ajak Alika.

   Sesampainya di kamar Alika, Andira langsung mencari tempat yang enak untuk tidur.

  "Yaudah, anggep aja rumah Alika." Sindir Alika.

  "Ka, ka." Panggil Andira.

  "Tau nggak tujuan gue nginep di sini apaan?" Andira duduk menghadap Alika.

  "Numpang tidur kan." Jawab Alika asal.

  "Itu sih salah satunya." Andira memutar bola matanya.

"Terus apa?" Tanya Alika.

"Gue mau cerita sesuatu." Wajah Andira berubah menjadi serius.

"Dir, kok hawanya kek serius baget gitu." Alika menyilangkan tangannya di depan dada lalu mengusap kedua lengan atasnya.

"GAUSAH TEGANG!"

Alika tersentak kaget.

"Kaget bego!" Alika memukul Andira pelan.

Andira tertawa puas.

"Bodoamat Dir." Alika langsung berdiri dari duduknya.

"Ih Kaa, yang ini serius." Andira menarik baju Alika.

"Jangan serius-serius, nanti di mainin." Sahut Alika.

"Ish Alika," kesal Andira.

"Iya, apa?" Alika kembali duduk di dekat Andira.

"Gue udah baikan dong sama bokap gue." Andira tersenyum lebih bahagia dari sebelumnya.

  "Syukurlah." Alikapun turut berbahagia.

  "Ini pertama kali dari sekian lamanya, dan gue bener-bener bahagia."

   Alika tertunduk.

  "Ka, lo kenapa?" Tanya Andira saat menyadari Alika tak merespon ucapannya.

  "Gue ngerasa jadi sahabat yang gagal Dir."

  "Udah lah Ka, yang kemaren kan udah lewat. Lagian juga gue yang milih buat nggak ngasih tau lo." Andira menepuk bahu Alika.

  "Tapi tetep aja gue gabisa ngerasain gimana susahnya jadi lo." Alika menitikkan air matanya.

  "Ka, lo nangis?" Andira menyentuh dagu Alika dan menariknya perlahan ke atas agar wajahnya bertatapan dengan wajah Andira.

  "Maaf Dir." ucap Alika menyesal.

  "Ah Alika mah gak seru, gue disini bukan buat bikin lo sedih." Andira memeluk Alika.

ANDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang