Jakarta, Indonesia."Kak Alika ya? Ini ada paket." Ujar seorang pengirim paket sambil memberikan paketnya kepada Alika.
"Saya nggak merasa punya paket." Ujar Alika sambil berpikir dan meyakinkan bahwa ia memang tidak membeli apapun dari online shop.
"Tapi disini tertulis nama dan alamat Kakak." Ujar pengirim paket itu sambil memberikannya kepada Alika. "Mungkin saja dari teman jauh." Terusnya.
Alika nampak berpikir, mungkin saja salah seorang temannya mengirim paket kepadanya.
"Oke, makasih ya Mas." Ujar Alika sambil masuk kedalam rumahnya untuk menaruh paket tersebut lalu keluar kembali untuk pergi ke super market.
//
Sydney.
"Ari, Queen, bagaimana hubungan kalian?" Tanya Adrian sambil menatap keduanya yang sedang asyik melihat ipad yang kemarin diberikan oleh Ari.
"Lebih baik dari sebelumnya." Ujar Ari sambil tersenyum tipis lalu fokus menatap Adrian yang sepertinya ingin bertanya lebih jauh lagi.
"Ri, dessert gue mana?" Tanya Andira yang masih sibuk menggambar di ipad.
Ari mengambil dessert milik Andira lalu menyuapkannya kepada Andira yang terlihat sangat serius.
"Apa kalian tidak berencana untuk menikah?" Tanya Adrian yang membuat Ari menatap Andira yang sama sekali tidak menanggapi ucapan Papanya karena sibuk menggambar.
"Ada rekomendasi tanggal?" Tanya Ari yang membuat Adrian paham bawa Ari memang benar-benar serius kepada Andira.
"Dua belas." Ujar Adrian sambil tersenyum.
Ari mengangguk lalu menyuapi Andira kembali.
"Ri, Om kembali ke kantor sebentar, ada sesuatu yang tertinggal." Ujar Adrian sambil berdiri dari duduknya.
"Saya antar." Ujar Ari sambil berdiri juga.
"Tak perlu, kamu antar Queen pulang saja." Ujar Adrian sambil berlalu dari restauran yang sedang mereka singgahi untuk makan malam.
Setelah selesai menggambar, Andira menarih ipadnya di atas meja dan ia baru merasa kehilangan sesuatu.
"Ri, Papa mana?" Tanya Andira sambil celingak celinguk mencari keberadaan papanya.
"Balik ke kantor. Udah selesai?"
Andira mengangguk mengerti. "Se-fokus itu ya gue tadi." Ujar Andira sambil nyengir kuda.
"Mau pulang?" Tanya Ari yang langsung di angguki oleh Andira.
Ari dan Andira akhirnya berjalan keluar dari restoran lalu menaiki mobil milik Ari.
"Ri, ajak ngobrol dong, lo nggak seru banget sih diem aja." Ujar Andira karena Ari tak mengeluarkan sepatah katapun semenjak ia keluar dari restoran.
"Main game mau?" Tanya Ari.
"Boleh." Ujar Andira sambil tersenyum.
"Ulangin kata pertama yang saya sebutin dengan cepat."
Andira bersiap untuk itu.
"Lampu merah."
"Lampu!" Jawab Andira cepat.
"Kambing makan rumput."
"Kambing!"
"Suster ngesot."
"Suster! Ah gampang semua!" Ujar Andira sambil menatap Ari kesal.
"Mau jadi istri saya?"
"Mau!" Ujar Andira cepat.
Mobil Ari berhenti bertepatan dengan lampu merah.
Merasa ada yang salah akhirnya Andira memanggil Ari.
"Ri." Ujar Andira.
Ari merogoh sesuatu di sampingnya lalu memberikannya kepada Andira.
"Ini apa?" Tanya Andira sambil mengambil kotak kecil yang Ari berikan.
"Ya itu." Ujar Ari lalu melajukan mobilnya kembali karena lampu sudah hijau.
"Lo ngelamar gue?" Tanya Andira tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Menurut kamu?" Tanya Ari yang membuat Andira melongo.
"DEMI APAPUN, GUE BARU KALI INI DILAMAR DAN NGGAK ADA ROMANTIS ROMANTISNYA!" Ujar Andira kesal.
"Ini yang ke-3." Ujar Ari yang membuat Andira berpikir keras.
"Emang kapan? Ini kan yang pertama." Ujar Andira yang belum teringat sama sekali.
"Kamu lupa?" Tanya Ari yang membuat Andira berpikir lebih keras.
Setelah mengingatnya Andira memukul lengan Ari yang membuat Ari mengaduh.
"WOI BAMBANG! CEWEK MANA YANG BAKAL NGIRA ITU LAMARAN BENERAN? ORANG NGOMONGNYA JUGA DATAR TANPA EKSPRESI! TANPA TERSELIP BENIH-BENIH KESERIUSAN!" Ujar Andira berapi-api.
"Jadi?" Tanya Ari yang membuat Andira terdiam.
Setelah bermenit-menit tak ada jawaban, akhirnya Ari menoleh dan menemukan Andira sedang menahan tangisnya. Ari hanya diam lalu fokus menyetir kembali.
Setelah sampai, Ari membukakan pintu untuk Andira dengan Andira yang langsung memeluk Ari ketika ia keluar.
"Selamat, lo di nobatkan sebegai orang ter-nggak romantis sepanjang masa." Ujar Andira sambil terisak di pelukan Ari.
"Maaf." Ujar Ari yang membuat tangis Andira semakin menjadi.
"Makasih buat kesabaran lo selama ini." Ujar Andira sambil menyudahi pelukannya dan menyeka air matanya. "Mon maap ni baju lo jadi basah." Ujar Andira sambil tertawa.
"Mana cincinnya?" Tanya Ari yang membuat Andira memberikan kotak kecil yang Ari berikan di mobil tadi.
Ari berjongkok di hadapan Andira sambil membuka kotak kecilnya.
"Kamu benar, saya emang nggak romantis. Saya ulang perkataan saya, mau nggak kamu nikah sama saya?" Tanya Ari sambil menatap Andira yang sedang menggigit bibir dalamnya.
Andira mengangguk lalu Ari memasangkan cincinnya di jari manis Andira.
"Tanggal 11, kita kembali ke indonesia." Ujar Ari yang membuat kening Andira berkerut.
"Diresmikan oleh negara." Ujar Ari yang membuat Andira mesem-mesem nggak jelas.
•••
Hai gengs, minal aidzin ya. Gue mo kasi tau aj si, ini part paling menyebalkan karena cuma part ini yg bikin gue mikir berkali-kali bakal di up ap cuma menjadi arsipan dan yauda gue up aj drpd sayang ud nulis tp cm jd arsip ekwk
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDIRA
Teen FictionAndira Jaqueenly, cewek menyedihkan yang pernah ada karna punya pacar yang modelannya kek orang ga waras. "Gue mah bangga punya cewek kek lo, gue nih punya cewek setia." - Aditya nandana. "Lah lo apa yang harus di banggain? Gue nih punya cowok gil...